"Apa yang harus aku lakukan untuk mengatasi situasi ini?" tanya Joanne pada dirinya sendiri. Dia mulai mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecilnya.
"Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan", ucapnya dengan senang.
Joanne mengambil pekerjaan klerikal seperti  mengetik dan mengarsip di sebuah gereja di Edinburgh.  Dengan keterbatasan ekonominya, Joanne merasa tidak mampu untuk membiayai keperluan anaknya pada saat itu. Terpaksa ia menjelaskan situasinya kepada menteri dan diberikan izin untuk membawa putrinya yaitu Jessica bekerja dengannya. Saat Joanne sedang bekerja, biasanya Jessica tidur diatas kereta dorongnya. Uang hasil kerjanya semata-mata untuk mencegahnya tunjangan dari pemerintah.
Dalam kondisi hidupnya yang sulit, Joanne harus memfokuskan waktu luangnya untuk menulis. Dia pun berhenti dari pekerjaan sebelumnya. Saat Joanne sudah tidak terikat pada pekerjaan apapun, ia  memutuskan untuk berkonsentrasi melanjutkan serta serius dengan tulisannya. Pilihan yang dia ambil cukup berat, karena ia tidak memiliki pemasukan sedikitpun. Namun, Joanne sudah bertekad sejak awal bahwa ia ingin menjadi seorang penulis.
Ia memikirkan cerita apa yang harus ia buat. "Ah aku teringat sesuatu, mungkin itu bisa menjadi ide untuk aku jadikan cerita yang akan aku tulis ini". Joanne teringat pada perjalanan ia saat dulu menaiki kereta api. Joanne merasa ia melihat seorang anak laki-laki berkacamata bundar terbang menggunakan sapu terbang di luar jendela. Saat itulah perjuangan Joanne dimulai.
Saat itu hanya ada satu yang dimililinya, yaitu beberapa bab pertama novel yang dia buat. Dia sudah memiliki gagasan utama cerita itu dalam kepalanya. Ia tinggal memetakan plot utama di setiap waktu luangnya. Joanne memang sudah memiliki minat untuk menulus sejak usia dia masih terbilang dini. Jadi dia memiliki segudang imajinasi dalam kepalanya.
The Elephant House, sebuah tempat yang dimana menjadi saksi bisu Joanne untuk menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk  menuliskan karyanya disana walaupun hanya memesan secangkir kopi. Waktu terus berjalan, Joanne masih dengan kegiatannya menulis sebuah novel.
6 Bulan Kemudian
Saat sedang menulis novelnya, ia mendapatkan kabar buruk dari sang ayah.
"Halo Joanne" sapa sang ayah dalam telepon.
"Hai ayah, bagaimana kabarmu?" tanya Joanne pada ayahnya.