Setiap kata yang tertuang adalah nyanyian jiwa yang memujamu.
Namun kini, semua itu hanyalah kenangan. Kenangan yang terlalu indah untuk dilupakan, namun terlalu menyakitkan untuk diingat. Aku memandang keluar jendela, menatap awan-awan yang berarak pelan di langit biru. Mereka seolah mengejekku, bebas bergerak tanpa beban, sementara aku terjebak dalam pusaran kesedihan yang tak berujung.
Diana, mungkinkah kau tahu betapa sakitnya hatiku melihat postingan cerita Instagrammu?
Setiap pixel gambar itu bagaikan pecahan kaca yang menggores jiwaku,
Meninggalkan luka yang tak kasat mata, namun begitu nyata terasa.
Aku mencoba untuk tersenyum, berusaha meyakinkan diriku bahwa ini adalah yang terbaik. Bahwa kebahagiaanmu adalah yang utama, meski itu berarti aku harus rela melepaskanmu. Tapi mengapa begitu sulit? Mengapa setiap tarikan nafas terasa begitu menyakitkan?
Kutatap kembali layar ponselku, jemariku bergetar di atas tombol "unfollow". Haruskah aku mengakhiri semua ini? Menutup buku tentang kita dan memulai lembaran baru? Atau haruskah aku bertahan, berharap suatu hari nanti kau akan kembali, mewarnai kanvas hidupku seperti dulu?
Diana, kau yang pernah menjadi bintang paling terang di langit malamku,
Kini menghilang, meninggalkan kegelapan yang mencekam.
Namun, meski kau telah pergi, jejakmu masih terukir jelas,
Di setiap sudut hatiku yang kini remuk redam.