Kalau menilai tulisan Kartini biasa-biasa saja, kamu benar-benar harus banyak baca! Tanpa Kartini, dunia memang tahu Hindia Belanda. Tapi siapa sih yang tahu soal Koja kalau bukan dari reportase Kartini? Serius, Kartini tuh mereportase, dan bertitimangsa 1890-an. Ini soal sejarah Kepala Bumipuetra pertama di Indonesia… Kartini jadi pahlawan karena ia meninggalkan tulisan. Tulisannya bukan pepesan kosong…Pemikiran Kartini jauh melampaui orang-orang di zamannya, bahkan bangsawan dan lelaki sekalipun.
Sumber : http://www.biografipahlawan.com/2014/11/biografi-ra-kartini.html
Â
Surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa, sehingga menimbulkan simpati dari masyarakat Belanda dan menentang kebijakan-kebijakan parlemen Belanda yg merugikan kaum pribumi Jawa. Kartini telah memikirkan tentang pendidikan kaum wanita di masyarakat Jawa pada waktu itu yg terpaku dengan segala adat-adatnya yang kaku, seolah wanita sudah tidak perlu pendidikan, bisa bahasa Belanda saja sudah cukup, kemudian tinggal menunggu dinikahi dan kemudian dimadu. Kartini telah memikirkan ini di awal 1900-an.
Sumber : http://www.biografipahlawan.com/2014/11/biografi-ra-kartini.html
Â
Inilah yang menyebabkan ia menjadi seorang pahlawan wanita yang terlihat spesial, tanpa bermaksud mengecilkan peran pahlawan wanita lainnya di Indonesia. Kartini telah berpikir jauh ke depan dan pemikirannya dituangkan dalam bentuk tulisan (*paper-paper) yang bisa diteruskan dari generasi pada generasi. Sayang beliau meninggal di usia yang relatif sangatlah muda, 25 tahun pada tanggal 17 September 1904. Seandainya beliau hidup lebih lama lagi, tentu banyak hal yang bisa diperbuat beliau bagi bangsa ini.
Pesan inilah yang saya dapatkan dalam filmnya, bahwasanya Kartini telah menggugah kita tentang arti perjuangan. Perjuangan bukan lagi sekedar angkat senjata secara fisik, tetapi Kartini berjuang lewat gagasannya. Pada masanya, perjuangan masih secara luas masih diartikan secara fisik tetapi Kartini telah berpikir lebih jauh. Seolah mencoba membangunkan bangsanya bahwa perjuangan tidak bisa dimenangkan hanya sekedar lewat perang secara fisik, tetapi lewat perjuangan dalam bentuk gagasan atau pemikiran, mungkin semangat inilah yang diambil dalam gerakan revolusi mental di masa kini.
Setali tiga uang, dalam kasus Panama Paper, perang yang terjadi bukan lagi sekedar perang secara fisik, tetapi perang data/informasi. Pada masa internet dan globalisasi ini, bukan yang memiliki senjata dan pasukan terbanyak yang berkuasa tetapi siapa yang memiliki informasi, dialah yang berkuasa. Bayangkan saja, kebocoran data informasi rahasia yang terjadi dalam skandal Panama Paper ini mencapai 11 juta dokumen tersebut terdiri atas 4,8 juta e-mail; 3 juta database; 2,1 juta dokumen PDF; 1,1 juta foto; 320.000 dokumen teks; dan 2.000-an file lainnya. Sebagai perbandingan, Wikileaks yang dibocorkan Assange berukuran file 1,7 GB, sementara "Panama Papers" mencapai 2,6 TB. Badai !!
Â