Mohon tunggu...
Getha Dianari
Getha Dianari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Tunggu sesaat lagi, saya akan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Semua yang Kualami di Usia 26

10 Oktober 2022   07:16 Diperbarui: 10 Oktober 2022   07:25 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di satu sisi, mengenai terbuka...
Jalanku untuk lebih terbuka adalah dengan mau mendengarkan. Dunia ini adalah tempat tak berbatas. Satu masalah yang sama bisa menimbulkan pengalaman yang beragam, sebab pada dasarnya manusia adalah entitas yang unik. Semua orang bisa jadi benar dengan cara pandang dan pengalamannya yang unik. Dengan begitu, tidak ada alasan seseorang untuk tidak menghargai pendapat atau gagasan orang lain.

Menghimpun lebih banyak sudut pandang seperti sebuah seni dalam kehidupan. Pada akhirnya kita harus memilih percaya atau tidak, sepakat atau tidak, atau... yang seringnya aku lakukan adalah meramu beberapa gagasan menjadi sebuah kesimpulan baru yang lebih solutif.

Bermimpi lagi, belajar lagi, berjuang lagi.
Setelah aku mengingat semua yang terjadi selama setahun kebelakang di usia 26, aku menjadi lebih bersyukur. Tuhan telah memberiku banyak kesempatan baik, bertemu orang-orang baik, memberiku karunia sehat dan energi positif untuk merespon semua momen berharga.

Sesungguhnya ada rencana besar yang ingin dicapai saat ini dan aku fokus untuk mencapai tujuan tersebut. Namun kemarin malam aku mendengar impian yang disampaikan laki-laki yang aku kasihi sekaligus aku hormati, dan aku menyadari satu hal darinya. Tidak ada salahnya bermimpi lebih besar dan memandang lebih jauh kedepan. Saat mendengar apa impiannya, aku dengan lantang menyampaikan bahwa cita-citanya akan menjadi cita-citaku juga. Aku mendapat lebih banyak kekuatan untuk bermimpi.

Berani bermimpi artinya harus siap belajar lagi, harus menata hidup lebih baik lagi, harus memupuk lebih banyak kebiasaan baik, dan harus mau berjuang. Sehingga langkahku menjadi lebih mantap dan keyakinan hatiku menjadi lebih kuat.

Untuk semua sahabat, keluarga, dan orang yang hadir dalam hidupku sampai saat ini, aku sangat berterima kasih untuk kesetiaan dan dukungan yang diberikan.

Ada nama yang belum aku sebut dalam tulisan ini, tapi sesungguhnya dari lubuk hati terdalam, aku sayang dan selalu mengkhawatirkan kalian. Papa, Mama, keponakan-keponakanku yang imut-imut Lulu, Mika, Mita, Tasha, kakak-kakak yang selalu kudoakan kesuksesan kalian Gege, Gerha, Mbak Shinta, Mbak Indri, teman-temanku Zahrina, Sari, Nadia, Rania, Imun, Tania, Sarah, Tsana M, Vidra, Bayu, Faza, Fiat, Hanan, serta orang-orang luar biasa yang kutemui di kantor Tsana Z, Trysha, Mas Fandy, Kang Galih, Pak Dodi, Teh Ecy, Mbak Alit, Ajeng, Mas Bayu, Mas Julitra, Mbak Wulan.

---

Semoga refleksi dan doa ini menghantarkan diriku pada masa depan gemilang.
Welcome, 27.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun