Mohon tunggu...
Getha Dianari
Getha Dianari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Tunggu sesaat lagi, saya akan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mari, Pertimbangkan Lagi Pentingnya Gadget untuk Hidup Kita

4 Mei 2019   13:56 Diperbarui: 4 Mei 2019   19:03 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sifat alami manusia. Mengutip renungan Neil Degrasse Tyson dalam Astrophysisc For People in A Hurry,

Anak-anak tak tahu apa yang dianggap masalah sungguhan karena kekurangan pengalaman membatasi sudut pandang. Anak belum tahu bahwa dunia tak berputar di sekeliling dirinya. Sebagai orang dewasa, beranikah kita mengakui kepada diri sendiri bahwa kita juga sama-sama berpandangan belum dewasa? Beranikah kita mengakui bahwa pemikiran dan perilaku kita berasal dari kepercayaan bahwa dunia berputar di sekeliling kita? Selama hidup yang singkat di Bumi, kita punya utang kesempatan menjelajah kepada diri sendiri dan keturunan kita. Di hari ketika pengetahuan kita mengenai jagad raya berhenti berkembang, kita berisiko mundur ke pandangan kekanak-kanakan bahwa alam semesta berputar di sekeliling kita. Dalam dunia suram itu, negara dan bangsa bersenjata dan haus sumber daya bisa saja bertindak berdasarkan prasangka rendah.

Jika ketergantungan kita pada media sosial disebabkan karena kita percaya dunia mengelilingi kita, hanya soal kita dan bagaimana reaksi sekitar terhadap tindakan kita, maka kita memberi ruang lebih sedikit untuk melihat masalah sebenarnya: masalah-masalah yang terjadi di sekeliling kita, karena kita terlalu fokus hanya pada apa yang terjadi pada diri sendiri. Kelengahan itu bisa berarti mengendurnya fungsi kontrol kita terhadap masalah sosial, kinerja pelayanan publik, kebijakan pemerintah atau diplomasi multilateral.

Sepulangnya saya dari Yogyakarta, saya jadi punya komitmen baru. Komitmen untuk mengalokasikan waktu pada kegiatan-kegiatan yang lebih produktif, menaruh perhatian pada apa yang saya lakukan sekalipun itu adalah hal-hal yang sebelumnya dianggap sepele, lebih peka memandang masalah dalam lingkaran terkecil hingga terbesar (diri sendiri, keluarga, kerabat, pekerjaan, negara, hingga jika perlu alam semesta), dan bertindak untuk membantu kesulitan orang-orang di sekitar saya. Salah satu cara dan imbasnya adalah mengurangi penggunaan gadget hanya pada saat-saat dibutuhkan dan mendayagunakannya secara bijaksana.

Konsumen Produktif
Setelah komitmen itu, saya jadi bertanya-tanya, mengapa saya secara khusus atau kita secara umum kecanduan gadget beserta konten-konten di dalamnya? Sejak kemunculan Facebook tahun 2004? Sejak kemunculan 3G di Indonesia tahun 2006? Sejak kemunculan OS Android tahun 2008?

Namun jika dipikirkan kembali, kecanduan juga tidak ada salahnya selama kita bisa mengendalikan diri sebagai konsumen yang menyebarkan pengaruh positif (setidaknya tak termakan dan menyebarkan hoax), serta lebih baik lagi jika bisa menjadi konsumen produktif.

Dari sekian banyak netizen yang berseliweran di dunia maya, berapa banyak sih yang bisa memanfaatkan internet untuk kegiatan produktif? 

Di saat kebanyakan dari kita menggunakan Instagram untuk upload foto narsis, ternyata ada sebagian orang yang mengambil peluang pemasaran atau berjualan di situs tersebut. Muncul juga Bukalapak atau GOJEK, keduanya unicorn karya anak bangsa loh! 

Mereka melihat netizen sebagai peluang pasar, lebih dari sekadar follower atau corong pertemanan. Nah apa kabarnya Kitabisa yang memandang netizen sebagai potensi donatur atau sukarelawan untuk membantu masalah-masalah di banyak sudut negeri melalui community based?

Begitu pula para blogger Kompasiana telah secara sukarela berbagi inspirasi dan pengetahuan untuk memperkaya wawasan bangsa mengenai berbagai fenomena di sekitarnya. 

Saya pikir tidak semua orang mampu berinisiatif mengambil tindakan ini. Menjadi konsumtif atau produktif, negatif atau positif, ditentukan karena dan oleh diri sendiri. Setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun