Itulah sebagian besar alasan resign atau pensiun dini menjadi keputusan anti populis.
Terbiasa aktif dan bersosialisasi
Wanita karir tidak bisa membayangkan dirinya punya banyak waktu menganggur, berotak tumpul karena kebanyakan menonton infotainment, atau menjadi kegemukan karena seharian memakan cemil-cemilan. Padahal tidak juga ya?
Pekerjaan mempertemukan mereka pada jati dirinya yang aktif, tertantang menghadapi konflik-konflik, kritis, cerdas, diakui, dan memiliki jaringan luas karena bersosialisasi dengan banyak orang. Gairah ini yang membuat wanita bertahan untuk tetap berkarir sekalipun berumah tangga.
Asisten Rumah Tangga (ART) bisa diandalkan
Bisa dikatakan, 6 dari 10 karyawati berumah tangga yang saya kenal menggunakan jasa Asisten Rumah Tangga (ART). Tujuannya tentu untuk menggantikan peran wanita yang tak bisa hadir untuk anak-anak atau urusan rumah di kala bekerja, juga menjadi alternatif nilai energi yang terkuras karena wanita bekerja seharian.
Alternatif Berumah Tangga dan Berkarir Sekaligus
Ada beberapa pekerjaan yang sering dipandang ramah untuk wanita berumah tangga. Waktu kerja cukup fleksibel, risiko tekanan pekerjaan lebih kecil, namun tetap bergengsi. Apa sajakah pekerjaan-pekerjaan itu? Guru sekolah, dosen, guru les, pegawai negeri administratif, penulis, designer, dokter praktik, konsultan independen, atau pemilik sebuah bisnis.
Wanita masa kini memiliki lebih banyak pilihan. Apapun pilihannya, saya rasa setiap pilihan punya konsekuensi tersendiri, tinggal bagaimana kita yakin akan pilihan itu dan berani menghadapi tantangan demi tantangan yang datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H