Mohon tunggu...
Ges Saleh
Ges Saleh Mohon Tunggu... Buruh - Menulis supaya tetap waras

Bercerita untuk menasihati diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lubang

6 Januari 2021   15:09 Diperbarui: 6 Januari 2021   21:45 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada konferensi pers sudah ditegaskan bahwa interupsi hanya dilakukan Master Kei dari balik pipa atau tombol daruratnya. Tujuannya agar konsentrasi Master Kei tidak buyar saat sedang meditasi. Tentu saja itu hanya alasan karena Master Kei tak akan bisa menjawab lantaran tidur sepanjang waktu.

Efek obat sudah hilang. Jam digital yang sudah diatur waktu mundur masih menyisakan sembilan puluh delapan jam atau lebih dari empat hari lagi. Master Kei mulai menggerogoti sakunya dan mengambil makanan ringan. Lidahnya mati rasa karena ia tidak merasakan apa-apa selain teksturnya yang lumer dalam mulutnya. Setelahnya Master Kei kembali menenggak butir obat keduanya.

Hari yang ditunggu akhirnya datang. Kurang dari lima menit lagi seluruh angka di jam tangan Master Kei berubah ke angka nol. Saat waktu habis, akan ada alarm yang dibunyikan secara meriah. Setelahnya lagu We Are The Campions milik band legendaris Queen akan dikumandangkan menyambut pembongkaran kubur Master Kei.

Master Kei sudah membayangkan betapa namanya akan terkenal tidak hanya di negaranya saja. Orang-orang di seluruh dunia akan menyebut namanya, membicarakan aksinya, dan wajahnya akan bertebaran di seluruh linimasa jagad dunia maya. Dia akan dikenal sebagai orang yang pernah dikubur hidup-hidup selama tujuh hari tujuh malam dan masih tetap hidup untuk menceritakan pengalamannya.

Ia kembali mengingat-ingat pidato yang akan ia sampaikan saat konferensi pers kedua. Tidak lupa juga beragam cerita mistis yang sudah ia siapkan bersama timnya jauh-jauh hari. Master Kei akan bercerita tentang sosok cahaya beraroma bunga datang menemaninya dalam kegelapan.   Ia juga akan mengaku mendengar suara mencekam orang-orang yang meminta tolong karena sedang kesakitan. Cerita-cerita itu adalah bumbu penyedap dalam pertunjukannya.

Alarm berbunyi samar dari jam tangan Master Kei, dan tidak ada alarm besar yang terdengar dari permukaan. Padahal, waktu sudah saling dicocokkan sampai ke detik terkecil. Mungkin saja ada kesalahan teknis sehingga jam di permukaan tidak berubah ke angka nol, pikir Master Kei. Ia lalu membunyikan tombol darurat berkali-kali sambil berteriak memanggil orang di permukan lewat pipa penghubung. Terus begitu selama beberapa lama dan tetap tidak ada jawaban.

Ia mencoba berkosentrasi mendengar suara dari pipa pengubung. Tidak ada apa-apa selain kesunyian. Kepanikan membuatnya memukul-mukul papan di atas kepalanya. Sebuah usaha sia-sia karena suara pukulannya akan menghilang diserap berkubik-kubik tanah di atasnya.

Masteri Kei semakin lemah. Meski begitu, sisa-sisa tenaganya masih ia gunakan untuk meminta pertolongan. Rasa cemas kembali mendera dirinya, membuat udara dari pipa penghubung terasa begitu padat untuk masuk ke paru-parunya. Lubang yang ia tempati terasa semakin sempit dan semakin dingin. Meski begitu, keringat keluar amat deras dari setiap bagian pori-porinya.

Hilangnya ketenangan membuat rasa sakit bermunculan di sekujur tubuh Master Kei, terutama di bagian kakinya. Ia merasakan kesemutan di kaki yang begitu menyiksa, dan jauh lebih sakit dari seluruh kesakitan yang pernah dirasakan Master Kei. Semakin ia berusaha untuk mengalirkan darah di kaki dengan mengubah posisi kakinya, malah semakin terasa menyiksa karena ia tak pernah berhasil melakukannya.

Detak jantung Master Kei meningkat cepat, disambut dengan gemetar di sekujur tubuhnya, lalu ia menangis.

Master Kei sudah tidak peduli lagi dengan popularitas atau rasa malu yang akan diterimanya karena menangis meronta-ronta. Ia juga tidak lagi peduli pada celananya yang basah karena mengompol dan media akan menyebarkannya ke seluruh dunia. Ia hanya ingin diselamatkan dari lubang terkutuk itu. Ia bahkan berjanji akan menyumbangkan seluruh hartanya jika ia selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun