Promosi Kesehatan dan Perubahan Perilaku
Henrik L. Blum, tokoh penting Kesehatan Masyarakat, menyebutkan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor penting yaitu faktor lingkungan, kesediaan layanan kesehatan, genetik, dan perilaku. Salah satu faktor yang berperan besar dalam hal ini adalah perilaku yang akan berhubungan dengan kegiatan promosi kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO), Promosi Kesehatan merupakan proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan kemampuan atas kontrol faktor-faktor penentu kesehatan yang secara umum bertujuan untuk mengubah perilaku hidup masyarakat. Kegiatan ini memerlukan sebuah media sebagai alat bantu penyalur informasi. Tujuannya, agar masyarakat sasaran dapat dengan mudah menerima dan memahami informasi yang disampaikan.
Peranan Media dalam Kegiatan Promosi Kesehatan
Media dengan berbagai macam jenisnya dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menyalurkan informasi. Dalam penggunaannya, media harus disesuaikan dengan kondisi yang ada agar pesan dapat diterima dengan baik. Media cetak menjadi jenis media yang paling banyak dan umum digunakan saat ini. Penggunaan yang cukup mudah dan hanya memerlukan dana yang minim menjadi alasan media cetak banyak digunakan. Namun, seiring perkembangan zaman, mulai banyak dikembangkan jenis media lainnya.
Media audio merupakan salah satu jenis media lain yang sering digunakan. Media ini menggunakan suara dalam menyampaikan informasi. Penggunaannya lebih sering terjadi pada ruangan tertutup agar suara yang disampaikan dapat terdengar dengan jelas. Media audio dapat kita jumpai salah satunya di Cinema XXI Araya Mall, Blimbing. Untuk mengetahui penggunaan lebih lanjut, kami melakukan observasi pada Cinema XXI Araya Mall, Blimbing pada senin (13/02).
Penggunaan Media Audio di Cinema XXI
Cinema XXI menggunakan media audio yang menjadi ciri khasnya, yang semula hanya sebagai sarana pemberi informasi pemutaran film, kini juga menjadi penyedia informasi protokol kesehatan. Secara singkat, isi pesan mengimbau pengunjung agar selalu menerapkan protokol kesehatan di lingkungan bioskop. Berikut ini adalah isi pesan lengkap dari audio yang ditayangkan:
“Selamat datang kepada para pengunjung bioskop, terima kasih karena kita dapat bertemu kembali. Setelah melakukan check-in di aplikasi Pedulilindungi, saat memasuki area bioskop. Para pengunjung juga dimohon untuk melakukan check-out di aplikasi Pedulilindungi sebelum meninggalkan bioskop. Selain itu, untuk menjaga keamanan dan kenyamanan bersama, para pengunjung dimohon untuk selalu menggunakan masker, selalu menjaga kebersihan tangan, serta menjaga jarak minimal 1 meter selama berada di lingkungan bioskop. Para pengunjung juga dapat menggunakan fasilitas sabun cuci tangan dan handsanitizer yang telah kami sediakan. Terima kasih”
Atau anda dapat melihat di video YouTube ini:
Audio ini akan diputar menjelang pemberitahuan penayangan film. Dengan kata lain, pemberian informasi dilakukan ketika biokop didatangi banyak pengunjung. Audio diputar dengan volume yang pas sehingga dapat terdengar dengan jelas oleh telinga. Selain itu, pesan juga disampaikan dengan nada dan gaya bahasa yang terbilang sangat menarik.
Bagaimana Respons Pengunjung?
Meskipun media sudah dikemas dengan menarik, pengunjung tidak terlalu menghiraukan audio yang ditayangkan. Beberapa pengunjung terlihat sibuk memainkan gawai atau melanjutkan obrolan. Terlihat beberapa pengunjung memperhatikan audio di awal pemutaran. Namun, ketika mengetahui pesan yang disampaikan tidak sesuai keinginannya, mereka akan mengalihkan fokus pada hal lain.
Kami melakukan survey singkat kepada pengunjung yang ada di bioskop. Sebagian kami tanyakan sesaat setelah mendengarkan audio dan sebagian lagi sekitar 150 menit setelah mendengarkan audio.
Dari 10 orang yang kami tanyakan setelah mendengar audio, 7 orang dapat menjelaskan tujuan singkat pesan tersebut dan hanya 3 orang yang dapat menjelaskan dengan detail. Hasil menjadi mengejutkan ketika kami bertanya kepada pengunjung saat keluar dari ruang theater. Dari 10 orang yang kami tanyakan, hanya 2 orang yang dapat menjelaskan secara singkat pesan yang disampaikan. Sedangkan, 8 orang lainnya tidak dapat menjawab bahkan tidak mengetahui audio tersebut pernah diperdengarkan.
Apakah Media Audio Tepat Digunakan untuk Masyarakat dengan Minat Baca Rendah?
Indonesia menempati peringkat 2 terbawah dunia terkait minat baca pada masyarakat. Data tersebut dikeluarkan oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2016. Singkatnya, data tersebut menyebutkan bahwa membaca bukan budaya masyarakat kita. Oleh karena itu, apakah penggunaan media audio sudah tepat untuk masyarakat sasaran dengan kondisi tersebut?
Berdasarkan observasi yang kami lakukan, masyarakat masih banyak yang mengabaikan pesan melalui media audio. Ditambah dengan tingkat pemahaman yang dihasilkan media audio masih tergolong rendah, kami menemukan hanya sebagian kecil masyarakat yang dapat memahami dan mengingat maksud dari pesan yang disampaikan.
Hasil observasi menunjukan kesesuaian dengan Teori Kerucut Edgar Dale. Menurut teori tersebut, hanya 20% informasi yang akan diingat sasaran jika menggunakan media audio. Dapat dikatakan, penggunaan media audio saja masih kurang tepat untuk diterapkan.
Alternatif lain: Audiovisual
Media audio dapat dikembangkan menjadi media audiovisual. Pengunjung nantinya tidak hanya mendengar tetapi juga menonton sebuah video animasi atau demonstrasi yang ditayangkan pada layar. Dengan tujuan akan menambah fokus pengunjung ketika menerima informasi terutama akibat penambahan visual yang menarik. Selain itu, otak manusia akan cepat menangkap maksud visual dari pada verbal yang abstrak sehingga pengunjung dapat mengingat pesan lebih lama. Namun, pengembangan media audio menjadi audiovisual akan memerlukan sumber daya yang banyak.
Apakah Media Audio dapat menjadi Alternatif?
Penggunaan audio sebagai alat bantu penyalur informasi masih dipertanyakan ketepatannya terutama di tempat umum. Diperlukan kolaborasi antarmedia sehingga masyarakat sasaran dapat dengan mudah menerima dan mengingat informasi. Tentunya, hal ini akan berujung pada perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih sehat.
Referensi
Participants at the 6th Global Conference on Health Promotion. The Bangkok Charter for health promotion in a globalized world. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 2005 Aug 11.
Rachmawati, Windi Chusniah (2019). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Malang: Wineka Media. hlm. 1–2. ISBN 978-602-5973-60-4.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H