Oleh : Gerry Aji Widi Pramana & Endy Gunanto Marsasi
Menumpuknya sampah rumah tangga yang banyak dikeluhkan oleh hampir seluruh orang ternyata dapat menjadi mission impossible bagi lingkungan hidup dan manfaat ekonomi. Waste4change, perusahaan social terbesar di Indonesia, menunjukan bahwa ide yang berpusat pada pemborosan tidak saja dapat menterekan jumlah kerja dan solusi dari "problem" sampah, akan tetapi juga menemukan jawaban terhadap aneka masalah lingkungan. Jadi, Waste4Change bukan saja merupakan perusahaam penangan sampah tapi pembalik ekosistem dengan pankiran dan strategi yang jelas. Akibatnya, pendapat Indonesia yang hold-up terhadap krisis global yaitu sampahlah yang mewujut dan Waste4Change merupakan inovator serta perintis besar dengan mission: merubah sikap Indonesia yang merupakan produser sampah tertinggi di dunia. Dari esai, ini saya akan memotong refleksi yang luas atas strategi dan inovasi dari Waste4Change yang teriak dengan dengan teory teory dari lecture 11-15. Kami akan membahas bagaimana approach tentang kemiskinan, technology, dan kerjasama dapat membuath originative ke lingkungan. Soccer on the go bikinapp.
When global crisis becomes global opportunityÂ
Berdasarkan data yang saya dapat pada tahun 2019, Indonesia merupakan negara ke 2 dunia produksi sampah plastik terbesar setelah Cina. Indonesia menghasilkan sampah plastik lebih dari 64 juta tiap tahunnya, tetapi yang dapat diturunkan hanya sekitar 7 persen. Akibatnya, perusahaan mencari solusi atas problem tersebut dan menciptakan sebuah perusahaan yang memiliki jiwa inisiatif dan menggunakan strategi based-on-technology yaitu Waste4Change. Company Profile MMA Apps Waste4 Change
Waste4Change merupakan sosial company yang concern pada sampah management dan samasaya. Waste4Change didirikan pada tahun 2014 oleh Muhammad Bijaksana Junerosano yang kini direktur di rugi. Waste4Change adalah sebuah perusahaan yang berlokaai di Kota Bandung, yang menawarkan solusi layanan kepada masyarakat maupun perusahaan. Tujuan perusahaan adalah agar sampah -- sampahnya tidak menunjukan ke TPA Semarapura.
* Visi, "Indonesia Bebas Sampah"
* Misi, mendidik, melibatkan pemangku kepentingan dan memberikan solusi pengeloaan sampah yang bertanggung jawab
Waste4Change menjunjung tinggi keyakinan bahwa sampah adalah sumber daya. Prinsip ini sejalan dengan teori Slide 15 (Bab 12). Dibangun berdasarkan keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih luas di pasar yang semakin besar sehingga ekosistem inovasi dapat diciptakan berdasarkan keinginan tersebut.
Studi Kasus: Waste4Change dalam Mengejar Inovasi pada Pengelolaan SampahÂ
Slide 19 (Bab 13) Membahas tentang strategi yang dimiliki perusahaan dalam menciptakan model bisnis baru untuk peluang pasar yang disebut Corporate Venturing. Waste4Change Memanfaatkan Ide Ini dengan Rangkaian Layanan
Layanan Nol Sampah ke TPA
Layanan ini mempunyai tujuan sampah nol persen ke TPA. Waste4Change telah memroses dan mendaur ulang limbah plastik fleksibel bersama perusahaan sudah-perusahaan besar, seperti Unilever. Hal ini dapat disebut dalam laporan Waste4Change 2023 kerja sama ini telah memproses lebih dari 500 ton limbah plastik dalam 1 tahun. Diteori keberhasilan yang dapat kita temukan dalam Slide 20, di mana hal itu membahas peran kerja sama aktif dengan sektor swasta dalam inovasi usaha perusahaan benar-benar bekerja.
Program Pendidikan oleh Zero Waste Living AcademyÂ
Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai limbah Inilah mengapa, Waste4Change mulai berinovasi dan membuat program pendidikan masyarakat yang dibuat menetak ingin mengubah pola pikir masyarakat tentang limbah, dalam enviroment society dan bekerja (ESD). Program ini meliputi pelatihan praktis tentang pemilihan limbah, daur ulang, dan penerapan gaya hidup yang ramah lingkungan. Karenanya, seperti yang disarankan dalam menciptakan bakat , "Bakat yang diciptakan berdasarkan perpindahan merupakan evolusi dari ekosistem bisnis." Hal ini tidak hanya berfungsi untuk mendidik, tetapi juga menjadi wadah agar ada komunitas yang menjadi tanda keberlanjutan.
Kisah Pertumbuhan Waste4Change Diversifikasi LayananÂ
Diversifikasi merupakan cara utama menuju kesuksesan untuk meningkatkan pangsa pasar daya saing perusahaan. Hal ini berlaku untuk Waste4Change melalui berbagai layanannya yang selain pengumpulan limbah, juga menciptakan nilai tambah. Awalnya, Waste4Change memulai bisnis pengelolaan limbah dengan mengelola limbah rumah tangga. Namun, kemudian, mereka menyadari pasar yang lebih besar tersedia untuk bisnisnya. Dengan demikian, mereka memperkenalkan Pengelolaan Limbah Perusahaan untuk tujuan perusahaan yang berangkat untuk menyediakan layanan inklusif untuk tujuan perusahaan yang lebih besar agar terpenuhi. Memang, mereka menyediakan laporan berbasis data untuk ESG. ESG adalah singkatan dari Lingkungan, Masyarakat, dan Tata Kelola perusahaan. Diversifikasi ini dipengaruhi oleh teori, yang menyatakan bahwa dominasi pasar tidak hanya saling terkait dari ekspansi ke luar.
Bank Sampah DigitalÂ
Waste4Change telah membangun sistem bank sampah digital melalui kolaborasi dengan komunitas lokal yang dapat membantu warga sekitar dalam mengelola sampah rumah tangga. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat menukar sampah dengan imbalan berupa uang tunai atau barang diuraikan pada "Diversifikasi yang berorientasi pada teknologi membuka peluang baru dalam memperluas pasar. Ia menang hanya dengan membuat berbagai hal lebih efisien tetapi juga dengan menciptakan komunitas di sekitar partisipasi dalam ekosistem.
Teknologi sebagai Pemberdaya Inovatif pada Bab 15 teknologi, banyak pengetahuan yang digunakan, dll.;KOMPETITIF kemudian; keuntungan dari pengetahuan yang mengelola pengetahuan yang kompetitif653 ini8910 kompetisi. Dari beberapa fungsi yang berkaitan dengan inovasi dapat disimpulkan bahwa Waste4Change juga menggunakan teknologi untuk menciptakan inovasi dalam pengelolaan sampah, yaitu menciptakan produk layanan baru. Untuk membuat sampah menjadi lebih berkelanjutan, perusahaan ini memiliki beberapa cara pengelolaan yaitu dengan:
Sistem pemantauan sampah ini memungkinkan Perusahaan untuk memantau arus sampah dari titik pengumpulan pelanggan hingga pemrosesan. dengan memiliki data ini, perusahaan akan dapat mengatur pola penggunaan bahan baku untuk menghindari pemborosan bahan.
Peta jalan ekonomi sirkularÂ
Menciptakan peta jalan ekonomi sirkular merupakan bagian dari inovasi terbesar Waste4Change. Hal ini memungkin limbah klien diubah kembali menjadi bahan baku baru, seperti plastik daur ulang untuk furnitur atau bahan bangunan.
Wrend bersama rekannya Todd A. Membaca Data dan Teknologi untuk Menemukan Solusi Inovasi ini merupakan bukti bahwa Waste4Change tidak hanya mengelola limbah tetapi mampu menghasilkan sikus nilai baru. Kolaborasi lintas sektor, khususnya konsep lingkungan untuk memulihkan lingkungan. Waste4Change tahu bahwa Waste4Change tidak hanya disuarakan melalu ketekunannya di kantor pusat, melainkan juga saat mengembangkan inovasi. Waste4Change diurusnya dengan baik dan ini didukung oleh kemitraan dengan pihak lain.
Menggunakan Technology: Data dan OptimasiÂ
Saya melihat bahwa Waste4Change bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam berbagai program seperti integrated waste management di beberapa kota. Ini mencakup peragaan kapasitas masyarakat, pusat daur ulang, dan kampanye kesadaran. Sekali waktu, Waste4Change didirikan dengan perusahaan seperti Danone dan Coca-Cola untuk menyediakan solusi daur ulang berskala besar. Pendekatan ini membantu mitranya mencapai tujuan ESG dan juga membantu Waste4Change memperluas skala layanannya.
Menemukan hidup setelah semuanya matiÂ
Waste4Change menggunakan inovasi, kolaborasi, dan teknologi untuk mengubah sampah menjadi aset. Berkat strategi jangka panjang, perusahaan pionir ini melahirkan sebuah lingkungan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, tidak merusak lingkungan, dan memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk daerah. Hughes mengemukakan dalam Bab 15 bahwa "dengan memanfaatkan wawasan yang kami miliki, dengan teknologi kami miliki, kami bisa lebih baik membentuk solusi yang relevan dan yang bisa berlangsung selamanya bagi keadaan yang kami usahakan untuk ingin flus.". Karena tidak hanya membantuan solusi dalam masalah sampah, tetapi juga ke dalam kehidupannya.
Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Waste4Change bisa dilihat sebagai sebuah konsep yang tertuang dalam jurnal tersebut. Waste4Change sebagai salah satu perusahaan pengolahan sampah yang menjunjung tinggi prinsip keberlanjutan lebih kepada memberikan solusi nyata guna mengurangi dampak pembuangan sampah terhadap lingkungan. Di antaranya program edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya melakukan pemilahan rongsokan, meratakan disamping menempuh kerjasama dengan masyarakat setempat untuk memberi perhatian mengenai isu lingkungan, menciptakan identifikasi pelanggan yang mendalam pada perusahaan.
"Zain & Marsasi pada tahun 2023 mengatakan bahwa: 'Kewajiban Sosial Perusahaan harus diukur bukan hanya dari sudut pandang kimia, tapi juga dari pandang manusia. Saya menemukan bahwa banyak fasilitas yang disediakan untuk staff bisa sangat menunjang human performance, artinya CSR dapat meningkatkan citra perusahaan".
Hal ini sejalan dengan temuan Zain dan Marsasi (2023) yang menyatakan bahwa CSR dapat meningkatkan CCI Customer Company Identification. Konsumen pada dasarnya cenderung mengidentifikasi perusahaan yang memiliki reputasi positif di masyarakat dan dalam tanggung jawab sosialnya. Waste4Change telah membangun reputasi yang baik karena bersikap transparan mengenai kegiatan CSR-nya dan inklusif dalam melibatkan masyarakat.
Selain itu, Waste4Change dihadapkan pada permasalahan yang sama seperti yang tercatat dalam jurnal tersebut, yaitu bagaimana kepercayaan konsumen terhadap inisiatif keberlanjutan dapat diubah menjadi niat membeli atau keterlibatan aktif. Misalnya, meskipun banyak konsumen yang awalnya mendukung inisiatif pengelolaan sampah, mereka masih terbebani oleh hal-hal seperti kurangnya fasilitas atau kurangnya kebiasaan.
Waste4Change, sebagai salah satu model bisnis yang mampu membawa perubahan dalam industri bangsa, menguasai masalah ini berhasil. Ini bisa dicapai dengan melaporkan secara transparan dampak dari program-program CSR yang mereka lakukan. Misalnya, mereka bisa merilis informasi mengenai berapa ton sampah yang dikeluangkan atau daerah mana yang bisa diuntungkan secara langsung dari mereka. Tindakan semacam ini bukan hanya menambah rasio kepercayaan konsumen, tetapi juga menambah tingkat kesetiaan kepada pelayanan Waste4Change.
Segi ini, Waste4Change terampil dalam memposisikan dirinya di echelon teratas di industri pengelolaan sampah di seluruh Indonesia, sekaligus membuktikan bahwa CSR juga bisa menjadi alat strategis untuk mendorong perubahan di dalam perilaku para konsumen secara berkelanjutan.
Menerapkan efektivitas strategi pemasaran media sosial secara optimal dibutuhkan untuk membangun kesadaran akan merek sekaligus mempertahankan relasi yang akrab dengan pelanggan melalui kontribusi yang maksimal dan bernilai. Selain itu, flow experience memiliki peran fungsional dalam penguatan hubungan emosional dengan merek." (Ibrahim & Marsasi, 2024).
Waste4Change berpotensi besar untuk berupaya memanfaatkan sosial media demi meningkatkan brand awareness,membangun brand loyalty,mo Image Selan Meraka Khususnya Gen Y dan Z
1. Marketing Social Media and Brand Awareness
Jurnal ini menekankan kepada konten yang dihasilkan dalam media sosial yang lebih relevan untuktarget dan mengedukasi konsumen yang lebih luas.
Hampir-hampir seperti panduan untuk mengatasi krisis bahaya ekosistem dunia, Waste4Change -- Masyarakat yang fokus dalam masalah mitigasi -- perlu mengubah dasein mereka dengan ketekunan, dedikasi, dan hasil yang membenarkan upaya-usaha mereka. Dalam hal ini strategi yang lebih tepat untuk diterapkan adalah mengeksplorasi masalah melalui konten yang berdampak dengan melakukan kolaborasi dengan organisasi-organisasi yang ingin melakukan pemberdayaan untuk menangani masalah ini. Didorongnya rasa tanggung jawab masyarakat dan semakin banyak upaya yang relevan diharapkan mampu mempertahankan kepercayaan kepada masyarakat bahwa brand akan selalu berusaha untuk mengedepankan dampak positif dan mendorong keberlangsungan ekosistem.
Berkisar dibilang bahwa sikap mementingkan keuntungan -- profit over everything -- sangatlah tidak koheren dengan apa yang dibawa oleh Waste4Change, sebagai lembaga yang berkeinginan untuk mempromosikan keberlanjutan. Menciptakan pengalaman bersentuhan yang mendalam- deeply engaged, berperan aktif dalam pembukuan planet dan menempati tempat sebagai konsumen yang percaya akan keberlanjutan serta tangguh -- tough customer who believe in sustainability. Dengan kata lain, walau kita mampu merujuk pada literature yang menunjukan bahwa blazar mampu menciptakan prima donnanya, setidaknya kita memiliki kelebihan untuk tetap berinovasi dan walau pada kenyataan ini mampu mempertahankannya.
Akibat laporan yang bisa dipertanggungjawabkan, reputasi dari Waste4Change bisa rugi atau bisa untung. Satu strategi mereka yakni core social responsibility, artinya pada tahapan awal, untuk merimplan tujuan sosial tepat sasaran, indicator sukses untuk meraba permulaan. Berola mendefinisikan hal dalam perusahaan bisnis berkomitmen pada tanggung jawab sosial, dan inilah keuntungan dari berkolaborasi.
Atau, individu-individu yang memberikan penekanan tinggi pada pelestarian lingkungan cenderung mendukung merek yang memiliki nilai yang sama -- tampaknya hal ini cukup ilustratif. Dengan mempertimbangkan hal ini, Waste4Change dapat membantu merancang kampanye media sosial yang berpusat pada bagaimana keterlibatan dalam program mereka berkaitan dengan identitas dan nilai-nilai konsumen.
Artikel karya Achmad Aflah Aufa dan Endy Gunanto Marsasi (2023) menelaah dampak bersamaan dari risiko finansial dan risiko privasi, serta pengukuran kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap niat untuk melakukan pembelian di ecommerce. Hasil temuan ini relevan untuk Waste4Change, lebih lebih mengenai bagaimana teknologi yang dampaknya mengecewakan dapat merangsang penetrasi didalam layanan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah.
1. Relevansi Risiko yang Dirasakan (Perceived Risk) dengan Layanan Waste4Change
Menurut Aufa dan Marsasi (2023), risiko finansial dan privasi menjadi penghalang utama bagi konsumen dalam menggunakan layanan e-commerce. Dalam konteks Waste4Change, risiko finansial dapat muncul karena biaya layanan yang dianggap mahal oleh masyarakat, terutama bagi pengguna individu. Sedangkan risiko privasi dapat berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap keamanan data mereka saat mendaftar atau melakukan pembayaran.
Strategi mitigasi risiko ini dapat dilakukan dengan:
- Transparansi Biaya: Memberikan rincian biaya yang jelas dan manfaat langsung yang dirasakan pelanggan.
- Keamanan Data: Memastikan bahwa data pelanggan dilindungi melalui sistem keamanan yang tersertifikasi.
2. Loyalitas dan Keberlanjutan Layanan
Artikel tersebut menemukan bahwa kepuasan pelanggan meningkatkan niat pembelian dan loyalitas (Aufa & Marsasi, 2023). Hal ini juga relevan bagi Waste4Change untuk menciptakan basis pelanggan setia yang berkontribusi pada keberlanjutan bisnis. Misalnya, pelanggan yang puas dengan pelayanan daur ulang sampah yang efektif akan cenderung merekomendasikan layanan ini kepada komunitas mereka.
3. Inovasi Pemasaran Berbasis Kepuasan Pelanggan
Mengacu pada Aufa dan Marsasi (2023), strategi pemasaran berbasis pengalaman pelanggan dapat meningkatkan loyalitas. Waste4Change dapat memanfaatkan pendekatan ini melalui:
- Memberikan insentif seperti voucher atau penghargaan bagi pelanggan yang rutin menggunakan layanan.
- Menyediakan edukasi berkelanjutan mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan melalui webinar atau kampanye media sosial.
Sehingga memberikan landasan teori yang kuat bagi Waste4Change dalam merancang strategi mitigasi risiko, meningkatkan kepuasan, dan membangun loyalitas pelanggan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, Waste4Change dapat lebih efektif memperluas adopsi layanan pengelolaan sampah berbasis teknologi.
REFERENSI
Aufa, A. A., & Marsasi, E. G. (2023). The Influence of Perceived Risk and Loyalty on Purchase Intention of Fashion Products. Journal of Economic and Management, 22(1), 62--72.
Bessant, J., & Tidd, J. (2015). Innovation and entrepreneurship (3rd ed.). John Wiley & Sons.
Data Statistik Pengelolaan Sampah Indonesia (KLHK, 2022).
Ibrahim, A. M., & Marsasi, E. G. (2023). The Influence of Social Media Marketing and Self-Concept on Brand Loyalty by Applying the Flow Experience Theory in Islamic-Based Online Course. Journal of Management and Business, 10(2). DOI: https://doi.org/10.33096/jmb.v10i2.603
Laporan Tahunan Waste4Change 2023.
Materi Kuliah Inovasi, Chapter 11--15 (Slide 14--35).
Waste4Change Official Website: www.waste4change.com.
Zain, L. R., & Marsasi, E. G. (2023). Social Responsibility on Purchase Intention Based on Customer Company Identification. Jurnal Keuangan dan Bisnis, 21(1), 39--59.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H