Mohon tunggu...
Yohanes Gerhard
Yohanes Gerhard Mohon Tunggu... -

Perjuangan belum berakhir bung!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Warung Kopi Menuju Perubahan

2 Desember 2017   02:05 Diperbarui: 2 Desember 2017   08:50 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obrolan di kursi panjang warung kopi terkadang lebih asyik daripada obrolan di kursi empuk yang bisa diduduki oleh orang-orang berplat mobil merah. Memperbincangkan segala hal mulai dari susahnya mencari pekerjaan sampai gadis mana lagi yang harus dinikahi. 

Mengkritisi kinerja pemerintah pasti selalu ada dalam setiap seruputan kopi yang diminum, tanpa harus takut salah mengucap kata-kata yang memang seharusnya dikatakan. Rokok dan kopi yang sudah menjadi "starter pack" untuk mengeluarkan segala kata-kata bijak dan segala pemikiran yang tidak bisa disampaikan karena takut dilempar ke bui.

Saya tidak tahu jimat apa yang dipakai oleh pemilik warung kopi itu, mulai dari pengunjung  yang memakai baju kucal dan bersendal jepit, aparat berseragam yang penuh debu dan keringat di wajahnya, mahasiswa dan ke-idealisme-an mereka sampai  orang-orang berkemeja yang berintelektual bisa datang kesitu dan mencurahkan segala isi hati dan pikirannya tanpa harus takut salah kata dan salah perbuatan. 

Tetapi yang pasti pemerintah harus bertanya kepada pemilik warung kopi, jimat apa yang dipakai agar bisa seperti itu. Pemerintah harus memakai jimat itu kepada seluruh rakyatnya, biar pemerintah bisa mendengar curahan hati rakyat terhadap kinerjanya agar lebih baik, tanpa suatu kebohongan pun dari mulut orang-orang. Malah terkadang aku berpikir, seharusnya pak presiden blusukannya ke warkop saja, tidak perlu repot-repot menyambangi rumah satu-satu. Karena orang-orang di warkop menurutku sudah mewakili segala aspek golongan masyarakat.

Terkadang yang kudengar dan kubaca dari sorotan-sorotan media semakin menjadi panas ketika dijadikan suatu topik bahasan di warung kopi. Begitu hebatnya kinerja pemerintah yang ku lihat di media terkadang  mendapat respon yang seru dari peserta forum diskusi berbagai golongan yang ada di warkop tersebut. Semua kudengar dimulai dari suara radio yang menyorot tentang BPJS dan Kartu Indonesia Sehat. 

Orang-orang berseragam dan orang yang berkemeja juga berpomade itu mulai menyanjung kinerja pemerintah tentang BPJS. Lalu munculah celetukan dari kursi sebrangyang ternyata keluar dari mulut seorang yang memakai baju seragam pabrik, dengan nada medoknya beliau berkata, "Ya sampean wuenak sudah jadi pegawai tetap, malahan dibayarin pemerintah semuanya, boro-boro BPJS aku aja pusing mikirin besok masih bisa kerja atau udah digeser sama orang-orang freelance baru". 

Dari situ mulailah diskusi-diskusi panas dari orang golongan menengah keatas dengan orang-orang golongan bawah. Suatu perdebatan yang mungkin tidak didebatkan oleh para petinggi diatas ketika ingin meluncurkan program BPJS atau KIS itu. Yang pasti obrolan itu ujung-ujungnya mengkritik pemerintah lagi.

 Dalam pertarungan dalam diskusi itu tiba-tiba masuk perkataan dari depan warkop itu yang ternyata adalah seorang yang lagi duduk dengan sapu di sampingnya. "Yaelaah.. ngeluh terus, kritik terus, ngape sih orang endonesa bisanye ngritik terus, saran terus, banyak kali selain itu kinerja pemerintah yang sip sip".  

Namun yang menarik ketika forum diskusi tersebut hening karena perkataan orang yang sedang ngopi diluar, tiba-tiba munculah bantahan yang memantik api diskusi untuk menjadi pencerahan dalam forum ini dari sekumpulan mahasiswa yang sedang bermain ML (Mobile Legend). Dengan pemikiran idealis dan bekal dialektika, retorika yang ia kantongi maka berkatalah dia setelah menghisap rokok kretek temannya, "Maaf ya nih pak, tapi saya emang lebih setuju sama bapak-bapak yang lagi mengkritik pemerintah ini. 

Memang banyak menurut saya kinerja pemerintah yang bagus dalam membuat program. Tapi itu kan memang sudah menjadi tugas dan kewajiban pemerintah toh? Kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia menurut saya belum terpenuhi, jadi wajarlah kalo bapak-bapak ini lagi mengeluh karena merasa dibohongi oleh janji-janji pemerintah.". 

Semua mata tertuju kepada seorang mahasiswa itu. Orang berkemeja dan berparfum 15ribuan yang tadi menyanjung pemerintah itu pun merespon, "iya ya dek, kadang-kadang media yang kita denger ini suka lebay menyanjung pemerintah. Biar kita lupa sama tugasnya mereka, belum tentu orang yang denger berita ini bisa denger juga keluh kesah dari bapak yang kerja di pabrik ini.".

Melihat dari dasar negara kita Pancasila, isinya mengutamakan kepentingan rakyat. Sampai Konstitusi negara kita UUD 1945 dari Pasal 26 sampai Pasal 34 juga mengatur tentang kesejahteraan rakyat. Jadi sudah bisa kita lihat apa sebenarnya tugas pemerintah disini. Kemakmuran dan Kesejahteraan untuk rakyat sebenarnya bukan lagi sebagai janji-janji kampanye yang bisa dijual kepada masyarakat, karena memang itu yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah. 

Rakyat selalu dibuai dengan sanjungan-sanjungan pada pemerintahan dari media atau sekelompok tim sukses dari pemerintah, tentang rakyat yang makmur namun belum tentu itu mencakup semuanya. Jangankan di ujung-ujung Indonesia sana, di samping istana kepresidenan pun masih banyak orang-orang yang tertipu dengan bualan itu.

Apresiasi terhadap pemerintah sangat diperlukan, namun kritik dan saran juga harus dijunjung tinggi. Terkadang media yang seharusnya menjadi suatu alat untuk menyampaikan suara rakyat malah sekarang media jadi alat untuk menentukan suara rakyat. Memang terkadang hanya sisi terang lah yang terlihat, namun kita juga tidak boleh menghindar dari sisi gelap. 

Bukan hanya siang yang kita lalui tapi malam juga kita lalui walaupun terkadang kita menghindari malam dengan tertidur. Tapi janganlah kita tertidur ketika ada suara-suara orang menderita yang menagih janji dari Pancasila dan UUD 1945 itu kepada pemerintah. Yang aku tahu, segala sesuatu yang besar berawall dari yang kecil, obrolan-obrolan di warung kopi terkadang bisa menjadi awal perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. 

Orang daerah manapun anda, Agama apapun anda, Darah biru atau merahkah anda, Hitam atau putih kah kulit anda, Miskin atau kaya kah anda, Mari kita luruskan segala lika-liku problematika yang ada di Indonesia bersama-sama!

Selamat Berjuang!

Bersatu kita teguh, Bercerai kita mulai dari awal lagi...

 Srupuuutttt....  *glek* Aaaahhhh.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun