Mohon tunggu...
Niko Nababan
Niko Nababan Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang berproses menjadi seorang guru

Temukan saya di: http://nikonababan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Secangkir Kopi

29 April 2019   19:28 Diperbarui: 29 April 2019   20:19 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasaku. Meluap bersama larutan hangat. Pahit lalu bercinta. Menyisakan hampa dalam serpihan. Aku yang dimabuk amarah. Menistakan rasa yang ditawarkan. Di dalam segelas sajian.

Untukmu yang mendekap. Di dalam rayuan senja. Kembalilah. Sosokmu kurindukan. Aku medambakan di awal. Sebelum petang berakhir. Di dalam gelap sekawanan awan.

Manis. Dekap aku semalam. Di secangkir itu. Bersama kita meracik rasa. Aku enggan menyisakan masa dengan sia-sia. Aku ingin mengenalmu. Lewat serpihan. Lewat setiap letupan yang menjadi candu di secangkir itu. Oleh karena pesona yang kau umbar disetiap lawatanmu.

Ingatlah aku. Yang mencintaimu sehabis fajar dan selepas petang. Mereka yang menuntunku di awal. Tawarkan rasa yang sejati dan kekal. Tentang bagaimana cara mencintai dengan tulus dan masuk akal.

Palembang, 29/4/19

Dok. Kompal
Dok. Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun