Cinta diam-diam datang. Padahal gairah, berulang kali aku buang. Di setiap petang. Di setiap kata-kata yang aku panjatkan.
Aku tidak mahir mengatur diri. Bagai daun kering yang siap jatuh, dari jemari ranting.
Hatiku tak berteguh. Terombang-ambing, dalam kata-kata. Hingga tak tuntas aku, merangkai setiap cerita.
Di lembaran kertas, aku berbalas-balas. Terbayang wajah-wajah sekilas. Wajah yang hilangkan waras. Yang singkirkan culas dari paras.
Kupandangi lembaran kertas. Di kertas itu aku mengatur skenario. Agar terlihat bagus peranku. Ku bungkam semua lara, pada setiap tetes tinta hitam. Impi tak elok ditelan mimpi. Kuhelai senyum, petanda kelas akan dimulai.
Aku ingin mengasihi diriku. Bukan karena kata-kata. Bukan juga oleh sebuah pengakuan.
Aku ingin mengasihi diriku. Lewat setiap basah, yang singgah pada lembaran kertas. Tempat dimana "cinta" diam-diam datang.
Palembang, 16/3/19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H