Mohon tunggu...
Ave Maria Georgina
Ave Maria Georgina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pertamina

girl just wanna have funDAMENTAL HUMAN RIGHTS

Selanjutnya

Tutup

Money

Cross-selling: Taking a Big examples from Starbucks

15 Agustus 2022   21:34 Diperbarui: 15 Agustus 2022   21:37 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Apa itu cross-selling dan kenapa kamu harus mulai menerapkan di strategi pemasaran kamu?

Sebelum mulai, aku mau bagi info sedikit, nih, menurut Lead Squares keberhasilan cross-selling berkontribusi pada revenue tahunan McDonalds sebanyak 14-16%.

Bayangkan saja, dengan hanya bertanya "Do you want fries with that?", dapat memberi dampak besar dalam revenue.

Kontribusi yang cukup besar, bukan?

Namun, apa sebenarnya itu cross-selling?

Cross-selling adalah strategi untuk menawarkan produk tambahan atau pelengkap pada konsumen. Atau, dengan kata lain cross-selling juga dapat diartikan sebagai cara untuk mendorong pembelian apapun yang berhubungan dengan produk utama.

Sampai sini paham, kan?

Atau masih belum paham?

Kita tuntaskan bersama dengan contoh-contohnya juga, ya! Dan tentunya, membawa brand besar yang sukses, serta untuk membuktikan tingkat keberhasilan dari strategi ini.

Kalian yang pernah, atau bahkan sering ke Starbucks, secara tidak langsung, sadar maupun tidak sadar, 'kena' strategi cross-selling dari para Barista-nya! Misalnya kalian mau memesan Ice Caf Latte, secara otomatis mereka akan menawarkan paket dengan makanan (Pairing Set) yang tersedia, tentunya dengan harga 'steal deal' yang rasanya sayang untuk dilewatkan.

Tentu, ini menguntungkan buat pembeli, namun keuntungan lebih besar didapatkan oleh perusahaan seperti Starbucks, mengingat target-target penjualan, sales, hingga mendorong Key Performance Indicator (KPI) yang ditargetkan. Cross-selling yang dilakukan para Barista Starbucks ini terbukti meningkatkan keberhasilan mereka, khususnya ditengah tingginya tren kedai kopi lokal di Indonesia.

Penasaran kan strategi cross-selling ini bagaimana sih bisa langgeng bagi para pelakonnya?

Let me spill a little tips that we can take from Starbucks.

1. Merekomendasikan produk yang tepat dan relevan.

Selain minuman dan makanan, Starbucks memiliki fokus lain yaitu merchandise termasuk botol minum / tumbler. Botol minum yang ditawarkan memberi fungsi yang relevan terhadap produk yang dijual Starbucks, yaitu minuman. Tentunya berfungsi untuk menjaga minuman yang dibuat tetap fresh (tidak dingin / es batu tidak meleleh).

2. Mempertimbangkan harga yang diberikan.

Harga minuman Starbucks terbilang tinggi dibanding dengan gerai-gerai lain, namun pertimbangan untuk strategi cross-selling adalah harga makanan yang ditawarkan, tidak sama atau lebih mahal dari minuman-minuman best seller mereka.

3. Menawarkan pelayanan lebih.

Barista Starbucks terkenal dengan keramahan mereka. Dengan menjalin komitmen "make every customer feel special", mereka berhasil menjalin hubungan dan relasi baik dengan para konsumen. Hal ini meningkatkan revenue dan loyalitas konsumen. Jujur saja, siapa yang menolak tawaran 'tulus' mereka terhadap produk?

Jadi, gimana? Sudah paham kan bagaimana cross-selling dapat dijadikan sebagai salah satu strategi pemasaran untuk bisnis kalian?

Semoga seluk beluk dari cross-selling ini bisa berguna untuk mendorong perkembangan bisnis kalian, ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun