Apa itu cross-selling dan kenapa kamu harus mulai menerapkan di strategi pemasaran kamu?
Sebelum mulai, aku mau bagi info sedikit, nih, menurut Lead Squares keberhasilan cross-selling berkontribusi pada revenue tahunan McDonalds sebanyak 14-16%.
Bayangkan saja, dengan hanya bertanya "Do you want fries with that?", dapat memberi dampak besar dalam revenue.
Kontribusi yang cukup besar, bukan?
Namun, apa sebenarnya itu cross-selling?
Cross-selling adalah strategi untuk menawarkan produk tambahan atau pelengkap pada konsumen. Atau, dengan kata lain cross-selling juga dapat diartikan sebagai cara untuk mendorong pembelian apapun yang berhubungan dengan produk utama.
Sampai sini paham, kan?
Atau masih belum paham?
Kita tuntaskan bersama dengan contoh-contohnya juga, ya! Dan tentunya, membawa brand besar yang sukses, serta untuk membuktikan tingkat keberhasilan dari strategi ini.
Kalian yang pernah, atau bahkan sering ke Starbucks, secara tidak langsung, sadar maupun tidak sadar, 'kena' strategi cross-selling dari para Barista-nya! Misalnya kalian mau memesan Ice Caf Latte, secara otomatis mereka akan menawarkan paket dengan makanan (Pairing Set) yang tersedia, tentunya dengan harga 'steal deal' yang rasanya sayang untuk dilewatkan.
Tentu, ini menguntungkan buat pembeli, namun keuntungan lebih besar didapatkan oleh perusahaan seperti Starbucks, mengingat target-target penjualan, sales, hingga mendorong Key Performance Indicator (KPI) yang ditargetkan. Cross-selling yang dilakukan para Barista Starbucks ini terbukti meningkatkan keberhasilan mereka, khususnya ditengah tingginya tren kedai kopi lokal di Indonesia.