Mohon tunggu...
Annisa Rahmatia
Annisa Rahmatia Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi.

an ordinary student, daughter, and teleporter. Beware, I can be anywhere (as long as I got money to travel).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Masa Depan Jurnalisme, Lahirnya Konsep Multimedia, dan Runtuhnya "Benteng" Antar Jurnalis

17 Februari 2020   11:15 Diperbarui: 19 Februari 2020   08:20 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Snow Fall oleh New York Times (cr: Nieman Foundation)

Interaktivitas yang dimaksud oleh Robyn adalah data reporting, penerapan dari database, dan berbagai aplikasi berita yang membantu pembaca memahami informasi yang mereka dapatkan. Pembaca dapat berinteraksi langsung dengan produsen berita untuk memberi feedback.

Snow Fall oleh New York Times (cr: Nieman Foundation)
Snow Fall oleh New York Times (cr: Nieman Foundation)

Akan tetapi, multimedia pada nyatanya tetap menjadi perhatian dalam masa depan jurnalisme. Salah satu contoh project berbasis multimedia yang cukup mencuri perhatian adalah "Snow Fall", sebuah cerita digital yang diterbitkan oleh New York Times pada tahun 2012. Proyek yang banyak menuai pujian ini dibagi menjadi enam bagian.

"Snow Fall" merupakan gabungan antara cerita sepanjang 17.000 kata dengan video, animasi, grafik, peta, audio, dan slideshow foto-foto. Meskipun "Snow Fall" bukan digital story pertama yang mengusung konsep multimedia, kesuksesan "Snow Fall" cukup tinggi. Cerita ini berhasil memperoleh tiga juta penonton di hari kesepuluh setelah perilisannya.

Berakhirnya Fortress Journalism

Menurut Peter Horrocks (Director of BBC World Service pada Februari 2009), kebanyakan jurnalis tumbuh dengan mindset fortress journalism. Para jurnalis bekerja dengan batas yang tinggi antara satu jurnalis dan jurnalis lainnya. Mereka bekerja keras agar dapat bersaing dengan jurnalis lain dan mengalahkan mereka.

Peter Horrocks (sumber: BBC)
Peter Horrocks (sumber: BBC)

Pada masa penerapannya, fortress journalism mampu membuat para jurnalis bekerja keras. Setiap institusi media seakan dituntut untuk memiliki jurnalis dengan kemampuan handal. Persaingan antar media begitu ketat, sehingga mereka berlomba-lomba untuk menghasilkan berita terbaik. Pihak perusahaan media pun tidak segan untuk memberi pembelaan terhadap jurnalis mereka yang terkena masalah saat meliput berita di lapangan.

Fortress journalism meningkatkan daya saing (cr: merdeka.com)
Fortress journalism meningkatkan daya saing (cr: merdeka.com)

Konsep fortress journalism mulai berakhir ketika Internet based journalism mulai muncul. Model fortress journalism dinilai mahal sehingga banyak media mulai beralih menggunakan internet based journalism yang lebih cepat dan murah. 

Internet based journalism membuat semuanya lebih praktis (cr: Muck Rack)
Internet based journalism membuat semuanya lebih praktis (cr: Muck Rack)

Jika fortress journalism dengan jelas dapat dikonsumsi menggunakan TV, radio, atau media cetak, internet based journalism dapat diakses dimanapun secara lebih praktis. Internet juga memiliki space lebih luas dan tak terbatas sehingga pembaca dapat mengakses banyak berita hanya dalam beberapa kali klik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun