Italia adalah salah satu negara tujuan wisata yang paling populer di dunia. Pada tahun 2018, tercatat 63 juta turis mancanegara berkunjung ke negara di Eropa bagian selatan itu. Hal itu sangat wajar karena negara ini punya sederetan hal yang menarik minat orang, mulai dari peninggalan sejarah, keunikan budaya, kuliner dan lain sebagainya.
Namun banyak orang Indonesia yang masih mengurungkan niat untuk berlibur kesana. Salah satu penyebabnya adalah karena persepsi bahwa jalan-jalan ke Italia pasti butuh biaya yang sangat besar, hingga berpuluh-puluh juta rupiah.
Padahal di masa sekarang, berlibur dengan cara backpacking yang hemat sudah semakin mungkin untuk dilakukan. Tentu dengan berbagai penyesuaian dan kompromi di satu dan lain hal. Namun yang jelas, pengalaman liburan backpacking ke Italia tidak akan berbeda jauh dengan liburan pada umumnya.
Di artikel ini, penulis ingin berbagi pengalaman tentang vakansi ke Italia dengan cara backpacking pada bulan Maret lalu.
Pertama, menjelajah empat kota dalam tujuh hari.
Liburan dengan cara backpacking bukan berarti bebas suka-suka saja. Perencanaan yang matang tetap diperlukan dan justru menjadi salah satu kunci agar liburan berjalan lancar. Alih-alih ambisius mengunjungi sebanyak mungkin kota yang letaknya berdekatan, lebih baik sudah menetapkan kota-kota tujuan sejak sebelum berangkat.
Penentuan kota-kota tujuan itu bisa berdasarkan beberapa faktor seperti kelengkapan atraksi wisatanya, keunikan yang hanya dimiliki kota itu, dan ketersediaan moda transportasi yang menghubungkan antar kota dengan biaya terjangkau.
Penulis memilih Roma, Venice, Turin dan Milan sebagai kota-kota yang akan dijelajahi selama 7 hari berada di Italia. Kebetulan juga, di kota-kota tersebut tersedia banyak pilihan akomodasi yang terjangkau seperti misalnya hostel dengan tempat tidur tingkat, hostel yang satu kamar untuk dua orang, atau hotel budget.
Penulis tiba dengan pesawat di Roma dan kemudian kembali ke Jakarta dengan pesawat yang terbang dari Milan. Untuk tiket penerbangannya, penulis memilih naik Etihad Airways yang transit di Abu Dhabi saat keberangkatan maupun kepulangan. Tiket dengan harga lebih murah bisa didapatkan saat acara-acara travel fair atau promo khusus di website.
Untuk berpindah dari satu kota ke kota lainnya, penulis menggunakan kereta dan bus. Pembelian tiket dapat dilakukan secara online maupun di mesin tiket otomatis yang ada di stasiun. Jadwal keberangkatan kereta dan bus setiap harinya tepat waktu sehingga wisatawan bisa merancang agenda perjalanan dengan akurat.
Kedua, mengagumi sejarah dan budaya di Italia.
Salah satu alasan kenapa penulis hanya mengunjungi empat kota dalam tujuh hari perjalanan adalah karena penulis ingin punya lebih banyak waktu untuk menikmati atraksi sejarah dan budaya di Italia.
Negara ini punya peradaban yang sudah tua usianya, yaitu sejak zaman Romawi. Begitu banyak peristiwa sejarah yang terjadi di Italia dan punya dampak hingga ke benua lain.
Ada banyak museum dan situs bersejarah yang dapat disinggahi di Italia. Sebagian besar dari mereka memungut biaya tiket masuk yang tidak murah kepada wisatawan asing. Terdapat juga pilihan paket mengunjungi beberapa museum sekaligus dengan harga lebih ekonomis.
Oleh karena itu, kita harus pilih-pilih museum mana yang memang penting dikunjungi. Pilihan pun jatuh pada Museum Vatikan yang merupakan museum terbesar nomor lima di dunia sekaligus yang terlengkap di Italia.
Meskipun merupakan wilayah negara yang independen dari Italia, namun Vatikan berada di tengah-tengah kota Roma sehingga dapat diakses dengan mudah.
Selain berkunjung ke museum, banyak situs bersejarah yang bisa dikunjungi secara gratis misalnya Roman Forum, Trevi Fountain, Pantheon (Roma); Duomo di Milano, Galleria Vittorio Emanuelle II (Milan); Mole Antonelliana, Piazza Castello, Porta Palatina (Turin) dan lain-lain.
Sementara di Venice, semua sudut di kota itu sangat kaya akan sejarah dan punya sisi kebudayaan yang sangat menarik. Tempat yang wajib dikunjungi diantaranya adalah Saint Mark's Basilica, Rialto Bridge dan Grand Canal.
Ketiga, memaksimalkan penggunaan transportasi publik.
Salah satu hal pokok yang harus dilakukan untuk menghemat pengeluaran dalam backpacking adalah dengan menggunakan transportasi publik untuk bepergian dari satu titik ke titik lainnya.
Kita bisa memilih membeli paket tiket untuk harian atau beberapa hari, tergantung durasi kita akan tinggal di kota itu. Harganya lebih murah daripada beli tiket sekali jalan.
Jaringan transportasi publik di Roma, Milan dan Turin sudah bagus dengan kualitas armada yang modern. Selain bus yang sudah pasti ada, pilihan lainnya adalah dengan metro/subway dan tram. Dikombinasikan dengan berjalan kaki, kita tidak akan mengalami kesulitan apapun untuk menjelajah kota.
Untuk memudahkan penggunaan transportasi publik, sebaiknya wisatawan unduh aplikasi navigasi transportasi publik yang tersedia baik untuk iPhone maupun Android.
Penulis memilih menggunakan "Citymapper" yang tampilannya mudah dimengerti dan informasinya detail, mulai dari rute, waktu, jarak tempuh, titik naik dan turun, bahkan hingga jumlah kalori yang terbakar dalam perjalanan itu.
Empat, memanjakan lidah dengan kuliner Italia.
Siapa yang tidak kenal dengan pizza dan spaghetti? Yak, dua makanan itu berasal dari Italia dan sudah kondang seantero jagad.
Sebelum berangkat liburan, banyak yang berpesan ke penulis bahwa merupakan suatu keharusan untuk mencoba makanan-makanan Italia langsung di negara asalnya.
Konon, rasanya berkali-kali lipat lebih lezat dibandingkan yang kita bisa temukan di Indonesia.
Selama di empat kota itu, penulis mencoba beberapa makanan Italia yang disebut-sebut sebagai yang terbaik seperti Pizza Napoletana, Lasagna Bologna, Gelato, Spaghetti alla Carbonara.
Orang Italia rata-rata sangat ramah pada wisatawan. Mungkin karena mereka sudah biasa kedatangan begitu banyak turis. Selain itu, mereka juga sangat bangga pada budaya mereka, termasuk kuliner.
Jadi, ketika kita meminta pendapat mereka, dengan senang hati mereka akan menunjukkan arah menuju tempat makan yang paling populer di wilayah itu.
Lima, menonton pertandingan sepakbola di stadion.
Olahraga apa yang paling terkenal di Italia? Jawabannya sudah pasti: sepakbola. Olahraga ini bahkan sudah menjadi identitas bagi orang-orang Italia.
Tim nasional Italia termasuk yang paling berprestasi dengan torehan empat gelar juara dunia. Beberapa klubnya juga punya pencapaian luar biasa di level kontinental dan punya fans yang tersebar di seluruh dunia.
Oleh karena itu, penulis berkeinginan merasakan pengalaman menonton pertandingan sepakbola langsung di Italia.
Kebetulan, pada saat itu sedang akan berlangsung pertandingan seru di Liga Champion Eropa antara Juventus melawan Atletico Madrid dari Spanyol. Pertandingan dilangsungkan di Allianz Stadium, Turin.
Berdasarkan informasi yang dihimpun di beberapa blog, penulis memutuskan untuk membeli tiketnya terlebih dulu secara online. Hal itu agar penulis bisa memastikan nonton pertandingan ini sebagai agenda fix dan tidak khawatir jika kehabisan tiket pada hari pertandingan.
Harganya memang tidak murah namun cukup wajar dengan mempertimbangkan level kompetisi pertandingan yang akan dilihat yaitu Liga Champions Eropa, salah satu ajang antarklub paling prestisius di dunia.
Terlebih lagi, kedua tim bertabur bintang-bintang top, termasuk langganan pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo.
Perbedaan mungkin baru terasa ketika di dalam stadion. Klub sebesar Juventus memang sudah dikelola dengan super profesional. Banyak fasilitas yang mereka siapkan untuk memberikan kenyamanan bagi para penonton, mulai dari aneka permainan berhadiah, pilihan makanan besar dan jajanan ringan, jasa lukis wajah gratis hingga penjualan merchandise klub dengan harga diskon. Juventus Museum juga merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
Pertandingan berlangsung sangat seru dengan kemenangan 3-0 yang diraih Juventus atas Atletico Madrid. Skor itu memastikan mereka melaju ke babak perempatfinal dengan agregat skor 3-2. Pada pertandingan sebelumnya di kandang Atletico Madrid, Juventus takluk dengan dua gol tanpa balas.
Orang-orang Italia memang sangat mencintai sepakbola, sepanjang pertandingan mereka terus menyanyikan yel-yel pemberi semangat.
Nampak juga sejumlah orang yang beberapa kali khusyuk berdoa agar tim yang didukungnya bisa mencetak tambahan gol.
Setelah pertandingan usai, para tifosi berpesta hingga keluar stadion. Beberapa bahkan terus bernyanyi di bus-bus yang membawa mereka pulang.
Demikianlah lima pengalaman penulis saat melakukan backpacking trip ke Italia. Bila dapat disimpulkan, maka kunci bagi setiap liburan yang menyenangkan, baik itu dengan model berhemat maupun glamor adalah adanya riset terlebih dulu terkait profil kota dan atraksi wisata yang ada.
Orangtua selalu menasehati kita bahwa perencanaan yang matang akan berbuah hasil yang memuaskan. Kalimat itu juga berlaku buat liburan.
Selamat jalan-jalan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H