Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Curhat Mantan Pemain Pelatnas PBSI tentang Kejamnya Perundungan Warganet

20 November 2018   15:34 Diperbarui: 21 November 2018   05:56 3508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayu dan Kenas juga angkat bicara tentang pengorbanan luar biasa yang dilakukan oleh para atlet pelatnas mulai dari jadwal latihan yang padat, program latihan yang berat dari pelatih, tinggal jauh dari orang tua, nyeri dan sakit badan karena cedera, dan lain-lain. 

Hal-hal seperti ini tidak banyak diketahui oleh warganet dan tidak menjadi pertimbangan sebelum mengarahkan jari-jari mereka untuk mengetik komentar pedas di akun media sosial si pemain.

Dua pemain yang masih berusia muda ini juga menyanggah komentar nyinyir warganet yang kadang menuduh atlet bermain tidak semangat dan berujung kekalahan. 

Tentu tidak ada pemain yang mau tampil apa adanya dan kalah. Semua sudah berusaha dengan kemampuan mereka. Jika itu masih belum cukup membawa kemenangan, maka bukan berarti mereka tidak berjuang. Justru harus didorong agar semakin tangguh dalam bertanding di kesempatan berikutnya.

Pendukung bulutangkis wajib mengapresiasi keringat dan air mata perjuangan para atlet. Foto: PBSI.
Pendukung bulutangkis wajib mengapresiasi keringat dan air mata perjuangan para atlet. Foto: PBSI.
Akibat buruk dari perundungan juga sekilas disampaikan oleh mereka. Tidak semua atlet memiliki mental baja yang kuat untuk tetap tegar di tengah banyaknya komentar nyinyir tentang cara mereka bermain. 

Para atlet juga manusia yang punya aneka kepribadian. Tidak sedikit yang akhirnya malah jadi terpuruk mentalnya karena perundungan yang terus terjadi pada mereka.

Lalu apakah para warganet tidak boleh memberikan kritikan kepada pebulutangkis kita? Kalimat "Ini adalah bentuk kritik saja." kerap menjadi excuse bagi para pecinta bulutangkis untuk berkomentar ini-itu saat si pemain kalah atau tampil tidak sesuai ekspektasi.

Menurut penulis, kritikan itu berbeda sangat jauh dengan perundungan. Kritikan sifatnya adalah konstruktif, jadi tidak sekedar menyalahkan namun juga memberikan kata-kata penyemangat untuk bisa menjadi lebih baik. Kritikan juga tidak boleh menggunakan kata-kata yang kasar, nyinyir atau asal lempar saja.

Fans bulutangkis Indonesia perlu bersikap lebih dewasa saat mengkritik atlet. Foto: Detik.
Fans bulutangkis Indonesia perlu bersikap lebih dewasa saat mengkritik atlet. Foto: Detik.
Masyarakat Indonesia punya hak untuk ikut memonitor dan mengkritik pebulutangkis yang bermain di pelatnas PBSI. 

Pembiayaan untuk mereka berlatih dan bertanding memang sebagian berasal dari pajak negara yang disetor oleh masyarakat, selain pemasukan lainnya dari para sponsor. Salah besar jika ada yang mengatakan bahwa pebulutangkis itu boleh antikritik.

Yang harus diperhatikan adalah bagaimana kritikan dari kita itu berada dalam batas yang wajar, disampaikan dengan baik dan tentunya sesuai kapasitas kita sebagai penikmat atau pengamat bulutangkis. Kita tidak boleh terlalu jauh menghakimi si pemain, bahkan hingga menyentuh ranah pribadi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun