Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Greysia Polii dan Apriani Rahayu Akhirnya Sukses Tembus Barikade Jepang

15 Juli 2018   19:42 Diperbarui: 16 Juli 2018   09:01 3495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sektor ganda putri di dunia bulutangkis saat ini dikuasai oleh Jepang. Ada tiga pasangan Jepang dalam lima besar peringkat dunia yang dirilis oleh Badminton World Federation (BWF) minggu ini. Mereka adalah Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, dan Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto.

Seakan itu belum cukup, Jepang menempatkan tiga pasangan lainnya di jajaran elit, masing-masing di posisi 12 (Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara), 13 (Naoko Fukuman/Kurumi Yonao) dan 20 (Ayako Sakuramoto/Yukiko Takahata). Jadi bisa disimpulkan bahwa lebih dari seperempat dari Top 20 ganda putri saat ini berasal dari Jepang.

Maka muncullah istilah "barikade Jepang" untuk menyebut deretan pemain ganda putri Jepang yang kini mendominasi bulutangkis dunia. Mereka saling bergantian lolos ke final dan memuncaki podium. Jepang memenangi 7 dari 13 piala ganda putri di BWF World Tour 2018 sejauh ini.

Para pemain Jepang di podium juara Piala Uber 2018. Foto: BadmintonPhoto.
Para pemain Jepang di podium juara Piala Uber 2018. Foto: BadmintonPhoto.
Jangan lupakan juga bahwa para pemain ganda putri Jepang punya kontribusi signifikan dalam membawa negaranya menjuarai Piala Uber 2018 pada bulan Mei lalu. Mereka tidak pernah absen menyumbangkan angka di setiap pertandingan sejak babak grup hingga final.

Kekuatan "barikade Jepang" cukup sulit ditembus karena boleh dibilang secara tak langsung mereka bahu-membahu mengalahkan pemain-pemain unggulan dari negara-negara lain agar jalan bagi Jepang menuju final makin mudah digapai. Tiongkok yang beberapa tahun lalu gilang-gemilang di ganda putri kini kesusahan untuk bahkan bisa konsisten mempunyai wakil di final.

Kekompakan "barikade Jepang" itu dibarengi dengan persaingan di antara mereka sendiri. Mereka tak mau kalah dari sesama pemain Jepang dan punya gengsi tersendiri bila sukses menjungkalkan seniornya. Final sesama pemain Jepang di nomor ganda putri tetap berlangsung sengit.

Kekompakan para pemain putri Jepang. Foto: YONEX Japan.
Kekompakan para pemain putri Jepang. Foto: YONEX Japan.
Hari ini di Bangkok, Greysia Polii/Apriani Rahayu yang merupakan pasangan ganda putri andalan Indonesia mampu menembus barikade itu. Di final Thailand Open yang berstatus Super 500, Greysia/Apriani menang dua set langsung dengan skor cukup telak: 21-13 21-10 atas Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.

Keberhasilan Greysia/Apriani di Thailand bukan hanya karena mampu 'pecah telor' setelah selalu kalah dari Misaki/Ayaka dalam lima pertemuan mereka sebelumnya. Mereka juga membuktikan diri sanggup menjadi kampiun di turnamen yang diikuti oleh kekuatan penuh ganda putri Jepang. Sesuatu yang tak boleh dilupakan begitu saja.

Greysia/Apriani membuktikan diri mampu menembus barikade Jepang. Foto: PBSI.
Greysia/Apriani membuktikan diri mampu menembus barikade Jepang. Foto: PBSI.
Di Thailand Open kali ini, Jepang tampil serius dengan lima pasangan ganda putrinya yang bercokol di Top 20. Hanya Ayako/Yukiko saja yang tidak dimainkan. Turnamen dimulai dengan posisi unggulan pertama, kedua dan ketiga yang ditempati oleh putri-putri Jepang.

Kelima pasangan Jepang tersebut lolos ke babak perempatfinal. Ada dua partai yang mempertemukan sesama Jepang sehingga otomatis dua dari mereka harus tersingkir. Satu pasangan secara mengejutkan takluk dari andalan tuan rumah Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai dalam tiga set.

Meskipun hanya tersisa dua pasangan ganda putri dari Jepang di babak semifinal, namun keduanya adalah kelas berat. Misaki/Ayaka adalah unggulan ketiga sekaligus bergelar juara Olimpiade 2016 dan Shiho/Koharu adalah unggulan kedua yang memenangkan Superseries Finals di Dubai tahun lalu.

Greysia/Apriani dihadapkan pada Shiho/Koharu di babak semifinal dengan rekor imbang: 1 kali menang dan 1 kali kalah. Diprediksi bakal terjadi pertarungan sengit dengan durasi pertandingan melebihi satu jam, ternyata pasangan kombinasi senior-junior dari Indonesia ini cuma butuh dua set selama 45 menit untuk menang.

Greysia/Apriani di babak semifinal Thailand Open. Foto: BWF.
Greysia/Apriani di babak semifinal Thailand Open. Foto: BWF.
Setelah memastikan tiket ke babak final, Greysia/Apriani tak bisa rileks dulu karena calon lawannya adalah Misaki/Ayaka. Mereka dibayangi catatan head-to-head 0-5 dari pasangan Jepang yang sudah seperti saudara kandung karena bermain olahraga tepok bulu bersama-sama sejak duduk di bangku SD itu.

Untungnya mereka tidak ambil pusing dengan rekor di atas kertas itu. Niat untuk mencetak kemenangan perdana atas Misaki/Ayaka yang dibarengi dengan usaha pun tak dikhianati oleh hasil cemerlang. Dua set langsung dibukukan untuk mempertahankan gelar juara Thailand Open yang mereka rebut tahun lalu.

Podium ganda putri Thailand Open 2018. Foto: Badminton Granular.
Podium ganda putri Thailand Open 2018. Foto: Badminton Granular.
Permainan taktis dengan penempatan bola yang cerdik dan serangan balik dalam reli yang panjang ditampilkan Greysia/Apriani di final. Mereka juga mengurangi berbuat kesalahan sendiri dan mampu meladeni adu reli yang memang tipikal pemain Negeri Matahari Terbit.

Nampaknya Greysia/Apriani bersama pelatihnya, Eng Hian sudah menemukan resep untuk mengalahkan pasangan ganda putri Jepang. Di beberapa turnamen tahun ini, langkah Indonesia sangat sering terganjal oleh kekuatan "barikade Jepang" itu. 

Greysia/Apriani bertekuk lutut dari pasangan Jepang di Indonesia Masters, Kejuaraan Individu Asia, Kejuaraan Beregu Putri Asia, dan Indonesia Open.

Kesuksesan menembus "barikade Jepang" ini diyakini mampu meningkatkan level kepercayaan diri Greysia/Apriani dalam menghadapi Kejuaraan Dunia di Nanjing pada akhir bulan ini dan Asian Games di Jakarta-Palembang pada pertengahan bulam depan. Target mereka adalah bisa mempersembahkan medali untuk Indonesia, apapun warnanya.

Greysia/Apriani punya target medali di Asian Games 2018. Foto: BadmintonPhoto.
Greysia/Apriani punya target medali di Asian Games 2018. Foto: BadmintonPhoto.
"Barikade Jepang" yang ditakuti oleh pemain-pemain dari seluruh negara, tak hanya Indonesia ini akan kembali ditemui di dua turnamen maha penting itu. Greysia/Apriani sudah harus siap melawan lebih dari satu pasangan Jepang untuk bisa melangkah jauh.

Semoga saja Greysia yang merupakan juara Asian Games 2014 di Incheon dan peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia 2015 di Jakarta bersama Nitya Krishinda Maheswari ini berhasil mengulangi dan bahkan melampaui prestasi tersebut tahun ini dengan menggandeng mitra barunya: Apriani Rahayu. Amin.

Yuk bersama-sama kita dukung perjuangan Greysia/Apriani dan para pebulutangkis Indonesia lainnya di Asian Games 2018! Bagi yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya, silahkan ramai-ramai datang nonton langsung di Istora Gelora Bung Karno. Bersama kita satukan energi untuk Indonesia di Asian Games 2018!

Jayalah terus bulutangkis Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun