Berkesempatan datang ke New York adalah hal yang didambakan oleh banyak orang. Kota metropolitan yang dijuluki "The City That Never Sleeps" karena gemerlap kehidupannya yang tak mengenal batas siang dan malam ini memang menyimpan sejuta pesona. Walaupun bukan Ibu Kota Amerika Serikat (AS) tapi nyatanya New York adalah kota AS yang paling terkenal sejagad.
Banyak landmark populer dengan arsitektur megah yang berdiri di kota ini. Tak heran bila ribuan film, acara TV, video musik, atau iklan internasional menjadikan New York sebagai lokasi pengambilan gambar. New York pun sudah diabadikan dalam beberapa lagu, salah satunya adalah "Empire State of Mind" oleh Alicia Keys dan Jay-Z.
Mungkin karena saking banyaknya pilihan destinasi wisata di New York, maka orang yang melancong ke kota itu pun lalu bingung menentukan apa saja tempat yang harus dikunjungi. Patung Liberty? Times Square? Central Park? Tempat-tempat itu memang sangat ikonik dan mencatat jumlah pengunjung yang sangat tinggi tiap tahunnya. Tapi penulis berpendapat bahwa Museum dan Memorial 11 September (umumnya disebut sebagai 9-11) harus ada di daftar tempat yang wajib didatangi bila kita sedang di New York.
Berikut ini 3 alasan kenapa kita wajib ke Museum dan Memorial 9-11 saat di New York berdasarkan pengalaman penulis ketika kesana bulan Mei lalu.
Pertama, objek ini hanya dapat ditemukan di New York
Museum dan memorial ini hanya ada satu di dunia dan itu berlokasi di New York. Dibangun di Ground Zero yang dulunya adalah kompleks menara kembar World Trade Center (WTC), bangunan ini bertujuan untuk mengenang dan menghormati para korban tragedi hancurnya gedung WTC karena serangan pesawat yang dibajak gerombolan teroris pada tanggal 11 September 2001.
Meskipun serangan teroris itu telah menjadi catatan sejarah yang kelam bagi New York, namun bukan berarti mereka mengubur dalam-dalam segala sesuatu tentangnya. Konstruksi pembangunan museum dan memorial ini dimulai pada Maret 2006 atas dukungan penuh dari masyarakat New York dan keluarga korban. Publik memandang eksistensi tempat ini sebanding dengan monumen serupa di berbagai negara yang didirikan atas dasar peristiwa tragis seperti Perang Dunia I dan II maupun konflik-konflik sosial politik lainnya.
Kini museum dan memorial yang beralamat di 180 Greenwich Street ini telah diakui sebagai salah satu landmark yang "sangat New York" bagi wisatawan maupun warga lokal. Posisi pentingnya boleh disejajarkan dengan ikoniknya Patung Liberty atau kerennya Times Square. Situs-situs dan blog perjalanan internasional pun sudah banyak memberikan ulasan tentang museum dan memorial tersebut.
Selain untuk mengenang para korban tragedi 9-11, pendirian museum dan memorial ini juga memiliki misi sebagai pusat edukasi bagi para pengunjung. Mengapa penting mempelajari peristiwa 9-11? Karena serangan teroris terburuk yang dialami oleh Amerika Serikat ini telah mendorong adanya banyak perubahan dalam sejarah dunia.Â
Berbagai hal terjadi sebagai dampak setelahnya seperti misalnya invasi militer AS ke Afghanistan, perang melawan terorisme yang digaungkan oleh banyak negara, munculnya Islamophobia di dunia Barat, reformasi sistem keamanan penerbangan internasional, pengetatan aturan imigrasi dan lain-lain. Diskusi dan debat menyangkut serangan terorisme 9-11 dan relasinya dengan kebijakan politik luar negeri AS maupun konstelasi politik global pun sampai sekarang masih terjadi.Â
Dengan koleksi berupa 40.000 foto, 14.000 artefak, 3.500 rekaman suara, dan ratusan video, museum ini menyajikan layanan Informasi yang super lengkap bagi para pengunjung. Informasi pun sangat beragam dan disusun secara kronologis mulai dari latar belakang peristiwa, situasi di kompleks WTC dan New York pada umumnya beberapa saat sebelum peristiwa, menit per menit saat berlangsungnya peristiwa serta proses tanggap darurat yang dilakukan setelahnya. Semua ditata dengan apik dan dijelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Dari pengamatan penulis, ada beberapa hal seputar peristiwa 9-11 yang mungkin kita tidak pernah mengetahuinya dari pelajaran di bangku sekolah. Misalnya tentang bagaimana keberagaman respon masyarakat Amerika dalam memandang isu 9-11 dan macam-macam sudut pandang media massa internasional dalam memberitakan peristiwa ini. Kita juga bisa mengetahui kerumitan proses yang ditempuh oleh regu penyelamat dan para sukarelawan dalam mengatasi krisis pasca peristiwa tersebut.
Selain itu, salah satu yang menarik bagi penulis adalah bagaimana informasi tentang peristiwa 9-11 di museum ini berada dalam posisi netral. Beberapa orang mengatakan bahwa konten museum 9-11 diarahkan untuk menyudutkan dunia Islam yang terseret karena para pelaku teror memiliki latar belakang agama Islam.Â
Padahal sesungguhnya tidak demikian karena di museum 9-11 kita juga menemukan fakta-fakta tentang bagaimana Muslim Amerika juga menjadi korban dari peristiwa keji tersebut dan dukungan penuh yang diberikan oleh komunitas Muslim di New York atas upaya rehabilitasi kompleks Ground Zero. Museum 9-11 juga mengecam munculnya Islamophobia di AS melalui beberapa foto dan video.
Tidak banyak tempat wisata di dunia yang memberi kesempatan bagi pengunjungnya untuk mengasah kepekaan empati. Museum 9-11 mengajak warga dunia untuk mengetahui bagaimana alam perasaan dan pikiran warga New York saat serangan teroris itu berlangsung. Tujuannya tak lain adalah agar siapapun bisa memahami kedalaman rasa duka dan sekaligus kekuatan mereka untuk bangkit dari keterpurukan.
Di salah satu bagian dari museum, pengunjung dapat mendengarkan kisah-kisah mengharukan tentang para korban yang dituturkan oleh orang-orang terkasih mereka. Kisah itu bisa berupa kalimat perpisahan, impian yang belum sempat terwujud atau hal berkesan yang ditinggalkan oleh para korban yang kebanyakan adalah para pegawai kantoran di gedung menara kembar itu. Pikiran dan hati kita pun langsung membayangkan bagaimana jika diri kita sendiri atau keluarga kita yang berada di posisi tersebut.
Selain itu, juga terdapat beragam cerita mengharukan dari mereka yang lolos dari tragedi nahas tersebut. Sejumlah orang berhasil menyelamatkan diri dengan turun melalui tangga darurat, keluar dari gedung dan berlari menjauh sebelum bangunan pencakar langit itu runtuh berkeping-keping. Waktu selama kurang dari 30 menit adalah batas antara hidup dan mati bagi mereka.
Kiprah para sukarelawan dan regu penyelamat yang terlibat dalam aksi tanggap darurat pun sangat menarik untuk diketahui. Pengunjung dapat meneladani keberanian dan patriotisme mereka dalam membantu para korban yang selamat, mengevakuasi jenazah korban yang meninggal dan membersihkan lokasi dari puing-puing. Mereka berpacu dengan waktu dan sekaligus meletakkan nyawa mereka sendiri dalam resiko saat bertugas di lokasi.
Selamat jalan-jalan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H