Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Perlukah Sekolah di Jakarta Diliburkan Saat Asian Games 2018?

8 April 2018   23:16 Diperbarui: 10 April 2018   14:17 2038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajang olahraga Asian Games akan dihelat kurang lebih empat bulan lagi. Segala persiapan akhir telah dilakukan oleh INASGOC selaku panitia penyelenggara bersama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jakarta yang akan menjadi kota tuan rumah, didampingi oleh Palembang, terus berbenah. Salah satu masalah yang serius ditangani adalah kemacetan.

Kemacetan memang menjadi salah satu isu yang dikeluhkan oleh sebagian besar panitia, official, dan pemain dari negara-negara yang mengikuti test event Asian Games bulan Februari lalu. Waktu tempuh perjalanan dari Perkampungan Atlet di Kemayoran yang menjadi pusat akomodasi mereka menuju ke arena pertandingan menjadi lama dan melelahkan karena bus atau mobil mereka beberapa kali terjebak kemacetan. Patroli pengawalan dari polisi pun belum sepenuhnya membantu.

Serangkaian rapat diadakan untuk merumuskan kebijakan yang perlu diambil guna mengatasi masalah kemacetan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berulang kali mengatakan bahwa Asian Games 2018 harus sukses total karena membawa nama bangsa dan sekaligus mengangkat martabat Jakarta sebagai kota metropolitan. Ia tak ingin kemacetan menjadi duri yang mengganjal kesuksesan itu.

Kemacetan jadi masalah serius jelang Asian Games. Foto: Okezone.
Kemacetan jadi masalah serius jelang Asian Games. Foto: Okezone.
Beberapa hari lalu, pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya mengeluarkan pernyataan terkait perlunya meliburkan seluruh sekolah yang berada di wilayah administratifnya saat Asian Games 2018. Libur khusus ini akan berlangsung selama 9 hari dan berlaku untuk semua tingkat (SD-SMP-SMA-SMK) dan semua status (negeri maupun swasta). Asumsinya, bila semua siswa sekolah serentak libur maka jumlah mobil dan motor yang melintas di jalanan pada pagi dan sore hari akan berkurang drastis.

Kebijakan meliburkan siswa sekolah saat penyelenggaraan turnamen olahraga internasional seperti ini bukan hal yang baru. Kementerian Pendidikan Afrika Selatan meliburkan sekolah-sekolah di negaranya selama setidaknya tujuh hari saat Piala Dunia 2010 dipentaskan di sana. Sementara pemerintah kota Rio De Janeiro memutuskan memberi tiga hari libur khusus bagi semua institusi pendidikan di kotanya yaitu saat upacara pembukaan, pelaksanaan triatlon di jalanan kota dan hari setelah upacara penutupan Olimpiade 2016.

Meskipun suara kontra pasti selalu ada, namun nampaknya sebagian besar masyarakat setuju pada kebijakan yang akan berpengaruh pada jutaan siswa sekolah di ibukota ini. Para siswa sendiri tentu saja merasa senang jika mendapat libur ekstra. Agar libur sekolah sembilan hari khusus pada Asian Games ini tetap memberi manfaat bagi pelajar, pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini disebut-sebut sedang merancang pengaturan yang pas.

Jutaan siswa di Jakarta akan terpengaruh libur khusus Asian Games 2018. Foto: Okezone.
Jutaan siswa di Jakarta akan terpengaruh libur khusus Asian Games 2018. Foto: Okezone.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno hanya berujar bahwa siswa-siswi akan dilibatkan untuk menyukseskan ajang empat tahunan itu. Hal ini tentu sangat positif agar libur khusus tersebut tidak hanya perlu untuk solusi mengurangi kemacetan tapi juga perlu bagi proses pendidikan generasi muda. Sayangnya, bentuk keterlibatan itu masih belum jelas dan mungkin baru disampaikan pada satu atau dua bulan sebelum Asian Games 2018 dibuka.

Penulis berpendapat bahwa kegiatan yang bisa disiapkan untuk para pelajar ibukota dalam mengisi libur khusus Asian Games 2018 adalah menjadi penonton sekaligus pendukung atlet Indonesia. Simpel namun punya banyak manfaat.

Hampir dipastikan bahwa INASGOC tidak mungkin melibatkan para pelajar sebagai liaison officer (LO) atau volunteer di acara Asian Games. Selain karena proses seleksinya yang sudah ditutup karena jumlahnya mencapai kebutuhan, menjadi LO atau volunteer di ajang sekelas Asian Games adalah pekerjaan yang tidak sederhana. Beraneka pelatihan telah dilakukan oleh INASGOC sejak dua bulan lalu agar kualitas sumber daya manusia pendukung teknis turnamen ini sesuai standar internasional. Tentu butuh waktu lebih bila akan melatih para pelajar lagi.

Para pelajar SD, SMP, SMA dan SMK dapat diarahkan untuk hadir sebagai penonton. INASGOC dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta bisa membuat jadwal dan mekanisme agar para siswa dari masing-masing sekolah di DKI Jakarta kebagian menonton langsung pertandingan Asian Games di arena. Fasilitas seperti tiket khusus dan transportasi bus apabila sekolah berlokasi jauh dari pusat acara Asian Games di Senayan dan Kemayoran bisa disediakan.

Pelajar siap dikerahkan sebagai suporter. Foto: Liputan6.
Pelajar siap dikerahkan sebagai suporter. Foto: Liputan6.
Para pelajar ini nantinya akan mengisi kursi-kursi kosong yang ada di arena pertandingan. Apakah kursi kosong itu ada? Kemungkinan besar iya, terutama pada pertandingan yang berlangsung di hari dan jam kerja. Ada 32 cabang olahraga yang bakal digelar di Senayan, Kemayoran dan lokasi-lokasi lain di Jakarta seperti Rawamangun, Pulomas, Ancol dan Taman Mini Indonesia Indah. Dapat dibayangkan ada berapa ratus ribu kursi penonton yang tersedia, kan?

Kehadiran para pelajar sebagai penonton akan memeriahkan suasana pertandingan. Salah satu parameter sukses tuan rumah pesta olahraga menurut Komite Olimpiade Internasional adalah tingginya animo dan partisipasi masyarakat. Jadi daripada nampak banyak kursi kosong dan daripada atmosfer arena pertandingan adem-ayem saja, lebih baik mengarahkan para pelajar yang memang sedang diliburkan itu.

Dengan yel-yel dan atribut yang disiapkan, para pelajar ini siap menjadi pendukung yang menyemangati perjuangan para atlet Indonesia yang sedang berkompetisi. Hal ini mirip saat Olimpiade 2008 di Beijing dimana para pelajar dan mahasiswa di Negeri Tirai Bambu itu dimobilisasi menjadi suporter tim Tiongkok. Anak-anak remaja umumnya punya tenaga yang besar untuk meneriakkan yel-yel atau menyanyikan lagu-lagu yang secara psikologis bisa menyalurkan energi positif ke para atlet di lapangan.

Bagi para pelajar sendiri, menonton langsung pertandingan Asian Games 2018 bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Bahkan kesempatan ini mungkin sekali seumur hidup bagi mereka. Ada banyak pelajaran yang juga dapat diambil dari kegiatan ini seperti misalnya nasionalisme, sportivitas, pengorbanan, dan lain-lain.

Menyaksikan para atlet bertanding adalah bentuk pendidikan karakter. Foto: VIVA.
Menyaksikan para atlet bertanding adalah bentuk pendidikan karakter. Foto: VIVA.
Menyaksikan para pahlawan olahraga bangsa berjuang mengibarkan bendera Merah-Putih di tempat tertinggi mampu memberikan inspirasi bagi para siswa. Mereka yang punya bakat dan ketertarikan sebagai atlet akan makin semangat berlatih agar suatu saat di masa depan bisa tampil pada ajang semegah Asian Games juga. Untuk yang tidak meniti langkah sebagai olahragawan, perjuangan atlet dapat memotivasi mereka untuk tidak mudah menyerah dalam mengejar cita-cita masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun