Ajang olahraga Asian Games akan dihelat kurang lebih empat bulan lagi. Segala persiapan akhir telah dilakukan oleh INASGOC selaku panitia penyelenggara bersama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Jakarta yang akan menjadi kota tuan rumah, didampingi oleh Palembang, terus berbenah. Salah satu masalah yang serius ditangani adalah kemacetan.
Kemacetan memang menjadi salah satu isu yang dikeluhkan oleh sebagian besar panitia, official, dan pemain dari negara-negara yang mengikuti test event Asian Games bulan Februari lalu. Waktu tempuh perjalanan dari Perkampungan Atlet di Kemayoran yang menjadi pusat akomodasi mereka menuju ke arena pertandingan menjadi lama dan melelahkan karena bus atau mobil mereka beberapa kali terjebak kemacetan. Patroli pengawalan dari polisi pun belum sepenuhnya membantu.
Serangkaian rapat diadakan untuk merumuskan kebijakan yang perlu diambil guna mengatasi masalah kemacetan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berulang kali mengatakan bahwa Asian Games 2018 harus sukses total karena membawa nama bangsa dan sekaligus mengangkat martabat Jakarta sebagai kota metropolitan. Ia tak ingin kemacetan menjadi duri yang mengganjal kesuksesan itu.
Kebijakan meliburkan siswa sekolah saat penyelenggaraan turnamen olahraga internasional seperti ini bukan hal yang baru. Kementerian Pendidikan Afrika Selatan meliburkan sekolah-sekolah di negaranya selama setidaknya tujuh hari saat Piala Dunia 2010 dipentaskan di sana. Sementara pemerintah kota Rio De Janeiro memutuskan memberi tiga hari libur khusus bagi semua institusi pendidikan di kotanya yaitu saat upacara pembukaan, pelaksanaan triatlon di jalanan kota dan hari setelah upacara penutupan Olimpiade 2016.
Meskipun suara kontra pasti selalu ada, namun nampaknya sebagian besar masyarakat setuju pada kebijakan yang akan berpengaruh pada jutaan siswa sekolah di ibukota ini. Para siswa sendiri tentu saja merasa senang jika mendapat libur ekstra. Agar libur sekolah sembilan hari khusus pada Asian Games ini tetap memberi manfaat bagi pelajar, pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini disebut-sebut sedang merancang pengaturan yang pas.
Penulis berpendapat bahwa kegiatan yang bisa disiapkan untuk para pelajar ibukota dalam mengisi libur khusus Asian Games 2018 adalah menjadi penonton sekaligus pendukung atlet Indonesia. Simpel namun punya banyak manfaat.
Hampir dipastikan bahwa INASGOC tidak mungkin melibatkan para pelajar sebagai liaison officer (LO) atau volunteer di acara Asian Games. Selain karena proses seleksinya yang sudah ditutup karena jumlahnya mencapai kebutuhan, menjadi LO atau volunteer di ajang sekelas Asian Games adalah pekerjaan yang tidak sederhana. Beraneka pelatihan telah dilakukan oleh INASGOC sejak dua bulan lalu agar kualitas sumber daya manusia pendukung teknis turnamen ini sesuai standar internasional. Tentu butuh waktu lebih bila akan melatih para pelajar lagi.
Para pelajar SD, SMP, SMA dan SMK dapat diarahkan untuk hadir sebagai penonton. INASGOC dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta bisa membuat jadwal dan mekanisme agar para siswa dari masing-masing sekolah di DKI Jakarta kebagian menonton langsung pertandingan Asian Games di arena. Fasilitas seperti tiket khusus dan transportasi bus apabila sekolah berlokasi jauh dari pusat acara Asian Games di Senayan dan Kemayoran bisa disediakan.
Kehadiran para pelajar sebagai penonton akan memeriahkan suasana pertandingan. Salah satu parameter sukses tuan rumah pesta olahraga menurut Komite Olimpiade Internasional adalah tingginya animo dan partisipasi masyarakat. Jadi daripada nampak banyak kursi kosong dan daripada atmosfer arena pertandingan adem-ayem saja, lebih baik mengarahkan para pelajar yang memang sedang diliburkan itu.
Dengan yel-yel dan atribut yang disiapkan, para pelajar ini siap menjadi pendukung yang menyemangati perjuangan para atlet Indonesia yang sedang berkompetisi. Hal ini mirip saat Olimpiade 2008 di Beijing dimana para pelajar dan mahasiswa di Negeri Tirai Bambu itu dimobilisasi menjadi suporter tim Tiongkok. Anak-anak remaja umumnya punya tenaga yang besar untuk meneriakkan yel-yel atau menyanyikan lagu-lagu yang secara psikologis bisa menyalurkan energi positif ke para atlet di lapangan.
Bagi para pelajar sendiri, menonton langsung pertandingan Asian Games 2018 bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Bahkan kesempatan ini mungkin sekali seumur hidup bagi mereka. Ada banyak pelajaran yang juga dapat diambil dari kegiatan ini seperti misalnya nasionalisme, sportivitas, pengorbanan, dan lain-lain.
Libur khusus Asian Games 2018 dapat ditransformasi sebagai sarana pendidikan yang membentuk karakter pelajar. Seperti yang sering disebutkan oleh para pemerhati pendidikan, karakter seperti cinta tanah air, bangga berbangsa Indonesia, sportivitas, dan lain-lain itu tidak pernah bisa diajarkan dengan maksimal di ruang kelas sekolah. Kini kita punya peluang menjadikan arena-arena pertandingan Asian Games 2018 sebagai "ruang kelas" untuk itu.
Oleh karena itu, bila ditanya lagi perlukah sekolah di DKI Jakarta diliburkan khusus saat Asian Games 2018? Jawabannya adalah PERLU untuk kepentingan bersama. Tidak hanya bagi keberlangsungan turnamen, namun juga agar bermanfaat bagi siswa-siswi itu sendiri.
Selamat menyambut Asian Games 2018!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H