Ajang yang juga dijadikan sebagai kualifikasi menuju Piala Thomas 2018 ini bisa dianggap sebagai "pemanasan" bagi tim putra kita. Indonesia berhasil mengalahkan Tiongkok dengan skor 3-1 di partai final dan memastikan piala yang pada tahun 2016 juga direbut Indonesia itu tetap bertahan di Cipayung.
Tunggal putra adalah nomor yang sangat krusial di ajang beregu seperti Piala Thomas. Hal itu karena dari lima partai yang dipertandingkan, tiga diantaranya adalah tunggal putra. Tak hanya itu, tunggal putra juga menjadi partai pertama yang dilabeli sebagai pembuka jalan bagi rekan-rekan yang bertanding berikutnya. Kemenangan atau kekalahan di partai pertama punya pengaruh yang cukup besar secara psikologis bagi pemain-pemain yang turun di partai kedua dan ketiga.
Di Kejuaraan Beregu Asia 2018 yang berlangsung di Alor Setar, Malaysia ini, Indonesia menempatkan Jonatan Christie sebagai tunggal pertama. Jonatan punya peringkat dunia yang lebih baik dibandingkan Ginting pada saat pendaftaran nama-nama pemain bulan Januari lalu. Ginting menjadi tunggal kedua dan kemudian dilapis oleh Ihsan Maulana Mustofa atau Firman Abdul Kholik sebagai tunggal ketiga.
Tanggung jawab sebagai tunggal pertama sukses diemban oleh Jonatan yang tidak pernah kalah selama 6 kali bermain. Hebatnya lagi, tiga diantara enam kemenangan itu diraih Jonatan atas pemain yang berperingkat di atasnya yaitu Srikanth Kidambi (India) di babak grup, Son Wan Ho (Korea Selatan) di semifinal dan Shi Yuqi (Tiongkok) di final. Banyak orang yang tak menyangka Jonatan mampu meraih pencapaian ini karena prestasinya yang kurang konsisten di tahun 2017 lalu.
Kemenangan Jonatan sebagai tunggal pertama diakui membantu membawa semangat positif bagi pemain-pemain yang beraksi di partai berikutnya. Hal itu disampaikan oleh Susi Susanti selaku Manajer Tim dan beberapa pemain ganda putra seperti Mohammad Ahsan, Angga Pratama dan Kevin Sanjaya Sukamuljo. Dalam partai-partai sengit yang mempertemukan pemain-pemain dengan kekuatan seimbang seperti melawan Jepang di perempatfinal dan Korea Selatan di semifinal, skor 1-0 untuk Indonesia di partai pertama adalah suatu keuntungan besar.
Saat Piala Thomas 2018 yang akan digelar Bangkok pada tanggal 20-27 Mei besok, Jonatan kemungkinan besar tidak akan menjadi tunggal pertama. Posisinya akan digantikan oleh Anthony Ginting yang peringkat dunianya melesat dalam dua minggu terakhir setelah meraih juara di Indonesia Masters 2018. Per 8 Februari 2018, Ginting berada di peringkat 9 sementara Jonatan di peringkat 13.
Sementara itu, Jonatan sebagai tunggal kedua juga diberikan ekspektasi untuk bisa tampil luar biasa dan tak terkalahkan di Bangkok nanti, seperti halnya di Alor Setar kemarin. Banyak pecinta bulutangkis Indonesia yang memuji Jonatan sebagai pemain yang penampilannya seolah berubah drastis saat di kejuaraan beregu dibandingkan di perorangan. Aura dan semangat kebersamaan tim disinyalir menjadi bahan bakar yang menyalakan daya juang dan kegigihan Jonatan di Alor Setar kemarin.
Apabila ada catatan yang bernada kurang positif yang harus diperhatikan oleh PBSI, maka itu adalah kesiapan tunggal ketiga Indonesia.
Di Alor Setar, Indonesia memasukkan nama Ihsan dan Firman dalam tim. Ihsan tampil baik saat menjadi penentu kemenangan Indonesia atas India di babak grup. Namun penampilannya angin-anginan saat melawan Jeon Hyeok Jin dari Korea Selatan di semifinal. Ihsan kalah dua set langsung dari Jeon yang secara usia dan jam terbang tidak beda jauh dari dirinya. Bila Ihsan dibawa ke Bangkok nanti, semoga ia bisa lebih konsisten.
Firman sudah sejak dua tahun terakhir menjadi bulan-bulanan para pecinta bulutangkis Indonesia karena prestasinya yang buruk di berbagai turnamen perseorangan. Yang terbaru adalah pada Indonesia Masters 2018 kemarin ketika ia bahkan tidak sanggup lolos dari babak kualifikasi karena kalah dari pemain muda Thailand, Kantaphon Wangcharoen.Â
Namun di luar dugaan ia menjadi bintang yang menyelamatkan Indonesia dari kekalahan saat partai semifinal Indonesia melawan Korea Selatan harus diselesaikan dengan partai kelima. Di set ketiga, ia mampu membalikkan keadaan dari tertinggal 14-20 menjadi menang 22-20 atas Lee Dong Keun yang lebih senior darinya. Semoga kejutan manis seperti ini bisa dihadirkan lagi oleh Firman bila ia ikut ke Bangkok nanti.