Sedangkan penonton yang memang tidak terbiasa update dengan bulu tangkis akan sering terlihat bertanya kepada rekan nonton mereka. Jangankan peringkat dunia dan status unggulan dari pemain yang sedang bertanding, terkadang mereka pun tidak mengenal atlet-atletnya. Misalnya saja, mereka tidak bisa membedakan antara Della Destiara Haris dan Rosyita Eka Putri Sari saat pasangan ganda putri itu bermain. Selain itu, bagi yang baru pertama kali nonton langsung bulu tangkis di stadion, mereka akan dilanda kekaguman pada kecepatan permainan raket dan kekuatan smash para atlet dunia itu.
3. Ekspresif atau datar-datar saja
Penonton bulu tangkis di Indonesia dikenal ekspresif. Mereka akan menepuk-nepuk balon stik sambil berteriak yel-yel "IN-DO-NE-SIA" untuk menyokong atlet Indonesia yang sedang berjuang melawan atlet dari negara lain. Tak jarang mereka akan ramai menyoraki para pemain ketika terlibat reli-reli yang panjang atau saat pemain Indonesia dirugikan oleh keputusan wasit/hakim garis yang dinilai tidak adil. Teriakan kekecewaan pun tidak dapat mereka sembunyikan apabila pemain jagoan mereka kalah dan harus tersingkir dari turnamen.
Penonton yang ekspresif akan berinisiatif tampil sebagai koordinator yel-yel. Mereka adalah yang pertama kali memimpin teriakan "IN-DO-NE-SIA" untuk kemudian diikuti oleh penonton lain dengan menepuk balon stik. Dalam beberapa kesempatan seperti saat jeda diantara set atau interval di poin 11, penonton tipe ini tak malu-malu melemparkan celetukan untuk memberi suntikan semangat seperti misalnya "fokus..fokus!", "ayo masih bisa", "sabar..sabar", dan lain-lain.
4. Selalu optimistis atau mudah pesimistis
Saat mendukung pebulutangkis Merah-Putih menghadapi lawan dari negara lain, ada dua tipe penonton yang dapat dilihat berdasarkan sikap mereka. Ada penonton yang selalu optimis sejak awal pertandingan bahwa Indonesia pasti menang. Saat pemain Indonesia dalam posisi tertinggal di papan skor, mereka tetap yakin ketertinggalan itu bisa dikejar dan bahkan dibalikkan. Demikian juga saat pemain Indonesia harus kalah di set pertama, mereka tetap yakin bahwa set kedua masih bisa dimenangkan dan kemudian berlanjut dengan keunggulan di set ketiga yang menjadi penentuan. Mereka akan tetap antusias meneriakkan dukungan pada pemain Indonesia.
Hal ini berbanding terbalik dengan penonton yang mudah pesimistis. Mereka akan cepat lesu jika pemain Indonesia sudah tertinggal dengan jarak dua poin atau lebih dari pemain lawan. Jeleknya, kadang beberapa dari mereka meneriakkan kata-kata yang bernada negatif saat pemain kita gagal meladeni permainan lawan. Hal ini sebenarnya sangat disayangkan karena penonton sebaiknya terus menyaluran energi positif kepada para pemain melalui kata-kata yang memotivasi.
5. Fanatik pada atlet atau bukan
Hampir sebagian besar penonton di Indonesia Open adalah anak muda, baik laki-laki maupun perempuan. Para penonton yang umumnya berusia di bawah 30 tahun dan bahkan banyak yang masih duduk di bangku sekolah/kuliah itu terbagi menjadi dua macam yaitu yang punya fanatisme tinggi pada atlet dan yang bukan.
Mereka yang fanatik pada atlet biasanya datang ke JCC bukan cuma untuk menonton pertandingan bulu tangkis saja. Ada hal lain yang mereka incar yaitu berfoto bersama para atlet yang jadi idola sekaligus meminta tanda tangan. Oleh karena itu, para penonton tipe ini umumnya akan hadir di arena lebih awal, saat para pemain mulai berdatangan. Mereka siaga menunggu di dekat pintu menuju ruangan yang dikhususkan bagi para atlet dan lalu siap mencegat untuk berfoto bersama dengan telepon pintar masing-masing.