Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menantang Anak Remaja Naik Pesawat Seorang Diri

17 Mei 2017   21:09 Diperbarui: 17 Mei 2017   22:18 3552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara yang luas akan menjadi dunia pembelajaran dan praktek yang menantang bagi anak remaja. (sumber foto: wandererguide.com)

Anak remaja akan punya pengalaman menjaga dokumen penting seperti boarding pass. (sumber foto: tribunnews.com)
Anak remaja akan punya pengalaman menjaga dokumen penting seperti boarding pass. (sumber foto: tribunnews.com)
Anak-anak remaja bisa belajar untuk mulai punya kesadaran akan dokumen penting yang dibawa. Mereka harus lebih hati-hati menyimpan boarding pass, terlebih lagi jarak antara lokasi konter check-in dengan ruang tunggu dan pintu naik pesawat tidak dekat. Di antara kedua tempat itu, penumpang pesawat biasanya mampir ke toilet atau melihat-lihat lalu membeli makanan/minuman, buku, cenderamata, dan lain-lain. Pada kondisi itu boarding pass sangat rawan jatuh dari saku celana atau terselip di kantong tas.

Berbekal pengalaman kecil namun penting untuk mengurus boarding pass, anak remaja akan lebih bijak dalam menentukan dimana mereka sebaiknya menyimpan suatu dokumen. Mereka tidak bisa lagi tergantung pada orang tua untuk menyimpankan dokumen penting mereka. Hal ini bermanfaat bagi masa depan mereka karena nantinya saat dewasa akan punya banyak dokumen yang sifatnya strategis, mulai dari kartu identitas diri, kartu kredit/debet, kartu asuransi, hingga sertifikat tanah.

Kerapian penyimpanan dokumen itu, baik di tas dan dompet atau pada lemari di rumah akan berpengaruh pada keteraturan mereka dalam beraktivitas. Banyak orang dewasa yang teledor dalam menyimpan dokumen penting dan baru bingung saat dokumen tersebut hilang. Akibatnya, mereka harus kerepotan dan menghabiskan waktu untuk mengurus pelaporan dan penggantian dokumen yang hilang itu. Maka, biasakan mereka sejak kecil menghargai pentingnya menjaga dan mengatur dokumen dengan baik.

2. Belajar Mengelola Waktu

Naik pesawat tidak sama dengan naik bus atau kereta api. Para penumpang diwajibkan untuk sudah check in setidaknya satu jam sebelum waktu penerbangan. Petugas punya hak untuk menolak penumpang yang baru datang untuk check-in saat waktu take-off pesawat sudah kurang dari 30 menit.

Penumpang juga sebaiknya mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk melalui proses pengecekan dengan gerbang X-ray baik saat memasuki area check-in atau ruang tunggu. Ada waktu yang harus disediakan supaya tidak lari terburu-buru untuk mengejar pesawat yang sudah mengumumkan panggilan terakhir boarding.

Dalam situasi ini, anak remaja akan ditantang untuk belajar mengelola waktu dengan bijak. Mereka akan mendapat pemahaman dari praktek langsung bahwa mereka harus tiba di bandara jauh-jauh waktu sebelum jam penerbangan. Kemudian saat mereka selesai check-in dan menunggu waktu boarding, mereka harus tahu kapan mereka menyudahi jalan-jalan di sekeliling terminal keberangkatan dan lalu bergegas menuju ke pintu naik pesawat.

Aturan waktu yang ketat dalam penerbangan akan bermanfaat bagi pendewasaan anak remaja. (sumber foto: wego.co.id)
Aturan waktu yang ketat dalam penerbangan akan bermanfaat bagi pendewasaan anak remaja. (sumber foto: wego.co.id)
Hal itu akan lebih menantang karena mereka melakukannya seorang diri. Tidak ada orang tua yang mengingatkan mereka atau menggandeng tangan mereka untuk segera boarding apabila waktu pesawat take-off sudah dekat. Oleh karena itu, mereka harus peka pada pengumuman yang disampaikan melalui pengeras suara atau tulisan di layar.

Manajemen waktu dalam proses naik pesawat ini dapat menjadi pembelajaran yang nyata tentang pentingnya menghargai waktu dan patuh pada aturan waktu yang diterapkan dengan tegas. Anak remaja akan ditumbuhkan kesadarannya bahwa mereka tidak bisa menyepelekan waktu karena itu bisa berdampak buruk bagi mereka, yaitu ketinggalan pesawat. Saat mereka dewasa nanti, harapannya mereka akan lebih bijak dalam mengelola waktu, terutama terkait persiapan menuju sesuatu yang krusial bagi diri mereka.

3. Belajar Berkomunikasi Dengan Orang Asing

Saat bepergian sendiri, bukan berarti anak remaja kita lalu akan diam saja sepanjang perjalanan. Mereka akan menghadapi situasi yang mengharuskan mereka untuk berkomunikasi dengan orang asing. Misalnya saat mereka menemui petugas dari maskapai penerbangan untuk check-in, bertanya kepada staf bandara tentang arah menuju ke pintu naik pesawat yang ditentukan atau dilayani makanan oleh pramugari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun