Mohon tunggu...
Gennaro Adhi
Gennaro Adhi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa MMI Stembi Bandung

Mahasiswa Magister Manajemen Inovasi STEMBI Bandung Business School

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menempuh 1.747 km Perjalanan Darat dan Laut guna Observasi 3 Provinsi

20 April 2022   11:37 Diperbarui: 20 April 2022   12:15 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. pribadi (tangkap layar)

Saat ini penulis berdomisili di provinsi Kepulauan Bangka Belitung tepatnya di kota Pangkalpinang. Provinsi ini terdiri dari 2 pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung, dan semuanya dibatasi dengan air laut. Sehingga apabila akan melakukan perjalanan keluar provinsi berarti akan menyeberangi laut, baik melalui kapal laut maupun pesawat udara. Mempertimbangkan kondisi jarak, dan keterbatasan lain, serta protokol Pandemi COVID-19 maka penulis memutuskan untuk mengunjungi 3 (tiga) daerah pada 3 (tiga) provinsi lain yang berada di Pulau Jawa yaitu :

  • Jawa Tengah, di Kabupaten Grobogan dan sekitarnya
  • D.I.Y, di desa Wukirsari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul
  • Jawa Timur, di desa Pengkol Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi

Perjalanan ini melalui jalur darat dan laut. Berangkat dari kota Pangkalpinang menuju Kabupaten Grobogan yaitu di Jawa Tengah sebagai tempat menginap sementara untuk melakukan observasi di 3 daerah tersebut di atas. Dengan mengendarai kendaraan pribadi, berangkat pada tanggal 1 Januari 2022 dari kota Pangkalpinang pukul 03.15 WIB menuju ke kota kecil Muntok. Awal perjalanan ini sengaja pada dini hari, yaitu untuk mengejar kapal penyeberangan pertama yang berangkat pada pukul 07.00 dari Pelabuhan penyeberangan Tanjung Kalian. Sedangkan jarak dari kota Pangkalpinang ke Pelabuhan tersebut kurang lebih 138 km dalam waktu sekitar 2 jam 39 menit menurut Googla Maps. Di Kota kecil Muntok ini perjalanan akan dilanjutkan dengan kapal laut melalui Pelabuhan Tanjung Kalian yang berada di ujung kota Muntok menuju Pelabuhan Tanjung Api-Api yang berada di pulau Sumatera tepatnya bagian Selatan.

Dari Pelabuhan Tanjung Kalian Muntok lanjut dengan menggunakan kapal penyeberangan menuju Pelabuhan Tanjung Api-Api. Perjalanan kurang lebih sejauh 50 km jarak garis lurus laut, dengan waktu tempuh kurang lebih 5 jam termasuk bongkar muat kendaraan di kapal saat berangkat maupun berlabuh.

Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan perjalanan darat dengan rute Pelabuhan Tanjung Api-Api Palembang, kemudian menuju Kota Palembang, lalu dilanjutkan menuju Lampung terus lanjut ke Kota Bandar Lampung hingga sampai pada Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni -- Merak.

Dari Pelabuhan Tanjung Api-Api hingga ke Pelabuhan Bakauheni kurang lebih menempuh perjalanan sejauh 460 km dengan waktu tempuh perjalanan selama kurang lebih 6 jam 44 menit.

Dari Pelabuhan Tanjung Api-Api hingga ke Kabupaten Grobogan di Jawa Tengah kurang lebih menempuh perjalanan sejauh 1.099 km dengan waktu tempuh perjalanan selama kurang lebih 17 jam 44 menit non-stop.

Pengamatan daerah tujuan dimulai dari daerah Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah) kemudian dilanjutkan ke Desa Mantingan (Jawa Timur) dan terakhir di desa Jetis (Yogyakarta).

Pengamatan di daerah-daerah tersebut dilakukan dengan singkat dengen mempertimbangkan keterbatasan. Metode yang dilakukan minimal secara visual mengunjungi tempat dimana masyarakat di daerah tersebut. Dengan harapan dari observasi visual ini dapat memberikan gagasan atau ide yang dapat digunakan sebagai usulan ataupun peluang perbaikan. Latar belakang observasi tidak semuanya karena ditemukan permasalahan, akan tetapi yang diutamakan oleh penulis, apakah ada peluang perbaikan ataupun potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa tersebut.

Demografi Kabupaten Grobogan terdiri mayoritas adalah masyarakat yang beragama Islam, yaitu sebesar 98,95%, diikuti Kristen sebesar 0,95%, sisanya Budha, Hindu dan Kepercayaan. Jumlah Masjid di Kabupaten Grobogan data menunjukan 159 masjid dan terus berkembang.

Sedangkan angka Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2020 tercatat sebesar 69,87 sehingga masuk dalam kategori Sedang.

Apabila Anda melakukan perjalanan melintasi jalan umum di kabupaten ini, Anda akan sering menemui adanya kotak amal masjid yang berada di tengah-tengah jalan. Biasanya kotak amal ini untuk penggalangan dana dalam rangka renovasi atau pembangunan masjid. Kali ini penulis menemukan beberapa tempat masih menggunakan cara yang sama, yaitu sama dengan tahun-tahun sebelumnya, dengan cara meletakan kotak amal masjid di persis pertengah jalan, baik jalan raya maupun jalan perkampungan.

Sepertinya metode ini sudah menjadi budaya, dan memang hal ini sering dijumpai juga di daerah bahkan di kota lainya. Sebenarnya hal ini kurang baik jika dilihat dari sudut pandang keamanan pengguna jalan raya, dan dapat menggangu minimal kelancaran lalu lintas dan keamanan pengguna jalan. Seringkali tidak hanya kotak amal yang diletakan saja di tengah-tengah jalan akan tetapi sering juga dengan orang yang bertugas sebagai penggalang dana, yang akan mengangkat kotak tersebut lebih dekat ke pintu pengemudi kendaraan roda 4 atau lebih, atau kepada pengemudi kendaraan bermotor. Bahkan seringkali dilengkapi dengan sound system dengan berisi nada-nasa sholawatan maupun bacaan religius lainya. Berikut hasil dokumentasi penggalangan dana pembangunan masjid atau renovasi masjid yang berada di pertengahan jalan.

Penggalangan dana dalam rangka untuk kebutuhan renovasi masjid ataupun pembangunan masjid seperti ini masih umum dijumpai di kalangan masyarakat yang berlokasi di tepi jalan raya. Menurut mereka penggalangan dana seperti ini menjadi pilihan yang cukup menarik, karena melihat dengan jumlah pengguna jalan raya yang melintasi jalan tersebut. Padahal kebanyakan pengurus masjid, penggalangan dana juga menggunakan metode kotak amal yang diletakkan di masjid, melalui iuran dood to door masyarakat lingkungan masjid, proposal ke Lembaga atau instansi terdekat. Akan tetapi metode melalui kotak amal jalan raya masih menjadi salah satu cara penggalangan dana yang menarik dilakukan.

Hal ini sebenarnya memiliki risiko lebih besar daripada metode yang lain, diantaranya :

  • Risiko keselamatan jiwa pengguna jalan
  • Risiko keselamatan jiwa pengawal atau petugas kotak amal yang di tengah jalan
  • Risiko mengganggu kelancaran lalu lintas
  • Risiko image negative umat islam, seolah mengemis, menggangu, dimata umat agama lain

Dan penggalangan dana seperti ini, penulis masih sering menjumpai di daerah lain di pulau Jawa, bahkan di pulau luar Jawa. Berarti secara umum sebenarnya penggalangan dana seperti ini sudah menjadi metode umum di masyarakat Indonesia. Namum bagi penulis hal seperti ini dapat diminimalisir dengan adanya metode lain penggalangan dana yang dilakukan, dengan inovasi.

Perjalanan dilanjutkan. Ngawi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Ngawi. Kabupaten ini terletak di bagian barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (keduanya termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah), dan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Madiun di timur, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun di selatan, serta Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) di barat.

Kemudian penulis memilih salah satu dusun bernama Kenteng. Dusun ini berada di wilayah kelurahan Pengkol kecamatan Mantingan. Mantingan sendiri adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini berjarak sekitar 36 Kilometer dari ibu kota kabupaten Ngawi ke arah barat. Pusat pemerintahannya berada di desa Mantingan. Kecamatan Mantingan menjadi pintu gerbang perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah bagian tengah. Kecamatan ini memiliki populasi sebanyak 41.919 jiwa.

Desa ini dilintasi jalan tol, rel kereta api dan jalan raya utama jawa tengah -- jawa timur. Mata pencaharian penduduk di Desa Pengkol sebagian besar masih berada di sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam bidang ekonomi masyarakat.

Desa ini mata pencaharianya adalah petani. Hamparan sawah terbentang dari ujung ke ujung. Jika diamati dari kualitas tanaman padi di sawah tersebur, nampak berkembang dengan baik, subur. Di desa sawah yang ada merupakan tipikal sawan tadah hujan, yaitu pengairan sawahnya tergantung dari hujan turun.

Akan tetapi ternyata masyarakat di desa tersebut telah memiliki inovasi tersendiri untuk bagaimana menjaga pengairan sawah-sawah mereka. Mereka membangun instalasi pompa air sebagai irigasi mandiri. Setiap pemilik sawah memiliki instalasi pompa air irigasi. Sehingga banyak dijumpai di tepi sawah adanya rumah-rumah instalasi pompa air.

Pompa air tersebut ternyata membutuhkan daya listrik yang besar, dilihat dari instalasi kelistrikan pada rumah pompa, ditemukan kwh meter menggunakan tipe kwh meter phasa 3, artinya daya listrik tersebut minimal berukuran 6.600 va karena system listrik 3 phasa yang disediakan oleh PLN paling kecil adalah sebesar 6.600 va. Daya sebesar ini dominanya digunakan untuk pompa air, hanya sebagian kecil saja yang digunakan untuk titik lampu penerangan dan itupun tidak banyak. Sehingga para petani telah menginvestasikan biaya yang tidak sedikit untuk system pengairan sawah menggunakan pompa air ini, disamping biaya operasional pengisian token listrik dan pemeliharaan lainya. Penulis melihat sistem pengairan ini memiliki risiko-risiko sebagai berikut :

  • Mengurangi kandungan air bawah tanah yang menopang tanah sawah
  • Potensi konflik perebutan debit mata air, maksudnya siapa yang cepat memompa air maka dia akan mendapatkan debit air yang banyak dan siapa yang terlambat maka akan berpotensi tidak mendapatkan debit air yang dibutuhkan
  • Biaya investasi dan biaya operasional masing-masing petani meningkat

Mempertimbangkan hal tersebut sebenarnya masih terdapat peluang untuk perbaikan kondisi ini.

Perjalanan dilanjutkan. Imogiri adalah sebuah kapanewon di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Dalam bahasa Jawa, Imogiri berarti "gunung yang berkabut". Kapanewon dan kemantren adalah pembagian wilayah administratif di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kapanewon setara dengan kecamatan tingkat kabupaten sementara kemantren setara dengan kecamatan tingkat kota. Kapanewon dipimpin oleh panwu, sedangkan kemantren yang dipimpin oleh mantri pamong praja. Penyebutan tersebut diberlakukan pada tahun 2020 sesuai dengan Pergub No 25 tahun 2019.

Kali ini penulis memutuskan untuk mengamati salah satu kalurahan di kecamatan ini, yaitu kalurahan Wukirsari. Wukirsari merupakan salah satu kalurahan di Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak di sebelah selatan Kota Yogyakarta. Luas wilayah lebih kurang 15 km2, dibagi menjadi 16 Dusun dan 91 RT.

Jumlah penduduk Wukirsari berdasarkan sensus penduduk tahun 2007 mencapai 14.000 jiwa, dengan kepadatan lebih dari 1.500 jiwa/km2. Berdasarkan data tahun 2007, jumlah angkatan kerja mencapai sekitar 77.762 jiwa, dan sebagian besar bekerja di sektor ekonomi sekunder seperti kerajinan, disusul sektor ekonomi tersier seperti perdagangan dan jasa pekerjaan di swasta.

Selain memiliki kekayaan seni budaya itu, Wukirsari juga layak dikembangkan menjadi desa wisata karena memiliki situs purbakala seperti Permakaman Imogiri.Selain itu terdapat wisata belanja yaitu kerajinan tatah sungging di dusun pucung. Tatah sungging merupakan proses dalam pembuatan wayang kulit dengan cara ditatah.

Desa ini telah memiliki upaya peningkatan potensi wisata dengan membuka track trail off road bernama Mbolo Under Mountain. Relief desa ini sangat bervariatif dan relatif memiliki banyak bukit, lereng, dan pemandangan bukit. Nampak juga kebun-kebun masyarakat yang terlihat hijau. Penulis melihat bahwa wisata track motor trail ini belum optimal, terlihat dari kondisi yang sudah tidak terawatt walaupun sepertinya track tersebut masih relatif baru.

Beberapa gagasan yang bisa memberikan pilihan perbaikan diantaranya, terkait dengan pengamatan di Grobogan, dari risiko yang telah diungkapkan pada pembahasan di atas maka dapat diupayakan perbaikan dengan melakukan inovasi. Sebagiamana crowd funding dari filantropi yang lain maka penggalangan dana seperti ini juga bisa dimigrasikan menjadi berbasis digital. Manfaat yang pertama yang dapat dilihat adalah potensi peningkatan jumlah donator dan otomatis peningkatan jumlah dana yang tergalang. Karena jika bermigrasi menjadi berbasis digital maka target market ataupun target sebaran donator akan lebih luas bahkan bisa mencakup seluruh masyarakat Indonesia. Dan masih dapat diungkapkan lagi manfaat-manfaat yang lain yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Yang lebih penting adalah manfaat positif terhadap image penganut agama islam.

Kemudian dari pengamatan di desa Pengkol, untuk mengurangi biaya investasi dan biaya operasional maka masih terdapat peluang penghematan yaitu dengan membangun pompa air bersama. Tentu dengan kajian dan kerjasama pihak-pihak terkait mulai dari masyarakat desa, aparat desa sampai aparat kecamatan. Penekanan biaya investasi akan teras ajika investasi dipikul bersama-sama. Dan juga penekanan biaya operasional dapat ditekan dengan hanya menggunakan 1 mesin dengan kemampuan dan kapasitas tertentu yang mencukupi kebutuhan persawahan desa tersebut. Biaya operasional terkait listrik akan signifikan dapat ditekan. Dan masih terdapat peluang dari manfaat lainya misalnya keberlanjutan mata air di bawah sawah-sawah di sana. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi daerah lain yang sudah melakukan hal serupa.

Lalu dari pengamatan di desa Wukirsari, upaya yang telah dilakukan masyarakat di desa ini masih dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan bisnis samping dari wisata alam track trail yang telah ada. Salah satu contoh adalah dibuka warung-warung dengan view pemandangan alam di sana, semisal warung minuman segar kelapa muda. Yang dilengkapi dengan tempat-tempat duduk menghadap pemandangan serta menghadap track motor trail tersebut.

Dari pengamatan pada lokasi di 3 provinsi di atas, maka usulan perbaikannya diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Pemanfaatan platform penggalangan dana (crowd funding) untuk kebutuhan pembiayaan renovasi ataupun pembangunan masjid / tempat ibadah.
  • Pembangunan pompa air terpusat yang digunakan untuk irigasi menggantikan sumur air masing-masing petak sawah, sehingga 1 pompa air terpusat dapat mencukupi seluruh sawah di desa Pengkol
  • Mendirikan warung-warung yang memiliki fasilitas tempat duduk untuk mendukung wisata alam track motor trail di desa Wukirsari dengan view track motor serta pemandangan sekitar.

Tentu gagasan di atas detail lebih lanjut dapat dilakukan kajian yang komprehensif untuk mendapatkan perbaikan yang diinginkan. Beberapa usulan perbaikan ini tentu diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat. Diantaranya meminimalisir risiko keselamatan jiwa pengguna jalan raya, meminimalisir risiko keselamatan petugas kotak amal, meminimalisir risiko gangguan lalu lintas, meminimalisir risiko image negatif umat islam, meningkatkan potensi jumlah besaran penggalangan dana, meningkatkan kecepatan pemenuhan kebutuhan penggalangan dana renovasi masjid, meningkatkan kesejahteraan petani di desa Pengkol, meningkatkan kerukunan masyarakat desa Pengkol, meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan sumber mata air di persawahan desa Pengkol. meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Wukirsari. meningkatkan potensi wisata alam sekitar desa Wukirsari, mendukung program pemerintah Yogyakarta dalam upaya meningkatkan potensi wisata alam.

*) Mahasiswa Magister Manajemen Inovasi STEMBI Bandung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun