Keturunan /ke-tu-ru-nan/ n 1 anak cucu; generasi;angkatan: keturunan raja; 2 kemasukan (orang halus dsb); 3 hal turun: keturunan harga barang: 4 menderita atau membuat sesuatu (penyakit dsb) yg menurun dr generasi sebelumnya; ia keturunan buta warna;
Banyak sekali dari orang-orang kaum Tionghoa yang dibenci oleh orang-orang pribumi. Hal ini terjadi karena VOC atau Belanda takut kalau orang-orang Tionghoa dan orang-orang pribumi bersatu dan mengalahkan Belanda. Jadi untuk menanggulangi hal itu untuk terjadi, Belanda memberikan fasilitas lebih bagi orang-orang Tionghoa. Fasilitas seperti di bangunnya pecinan untuk orang-orang Tiongoa.
Beberapa bukti bahwa Belanda adalah yang memulai semua ini adalah pada tahun 1740. Pada tahun itu terjadi pembantaian sekitar 10,000 orang Tionghoa di Batavia oleh Jendral Adriaan Valckenier. Di tahun yang sama pada 9 Oktober, orang orang keturunan Tionghoa dibantai di halaman gedung yang sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta.
Hal ini berlanjut pada masa perang Jawa (1825-1830) ketika orang Tionghoa difitnah sebagai “pembuang sial” dalam barisan prajurit Diponegoro. Lalu, pada tengah tragedi 1965, orang-orang Tionghoa dikaitkan dengan komunis dan dianggap mendukung PKI. Hal ini dijadikan senjata politik untuk mendiskriminasi orang Tionghoa di depan publik.
Berlanjut pada masa Orde Baru, kebencian terhadap orang Tionghoa tidak berhenti. Soeharto adalah orang yang mejadikan orang Tionghoa sebagai sapi perah ekonomi untuk menarik sebanyak mungkin keuntungan untuk bisnis.
Barulah pada saat Gus Dur menjadi presiden, kebijakan diskriminatif terhadap komunitas Tionghoa dicabut. Hal ini dilakukan melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000, Gus Dur mencabut Instruksi Presiden terbitan Soeharto pada 1967, yang membatasi ruang gerak dan ekspresi kebudayaan orang Tionghoa.
Hal ini menyebabkan orang-orang pribumi merasa bahwa mereka hanya berperan sebagai pesuruh. Karena pembedaan perilaku ini orang-orang pribumi membenci orang-orang Tionghoa. Kebencian yang telah terbentuk lama ini lalu dapat dengan mudahnya dibangkitkan kembali dengan oknum oknum yang ingin menjatuhkan orang Tionghoa.
Bisa dilihat di Indonesia saat ini bahwa orang-orang dengan garis keturunan Tionghoa di Indonesia dijadikkan sasaran kebencian. Kebencian ini lalu lebih terlihat pada saat proses Pilkada DKI Jakarta 2017, ketika Ahok beradu kekuatan dengan Anies Baswedan.
Ahok yang adalah keturunan Tionghoa juga dan Anies yang adalah keturunan Arab.
Bisa dilihat dari Pilkada DKI Jakarta tenyata kebencian terhadap orang Tionghoa belum surut juga. Orang-orang Tionghoa sering dicap sebagai orang yang hanya memikirkan akan dirinya sendiri dan dianggap tidak cocok untuk dijadikan pemimpin hanya dikarenakan garis keturunan.
Dilihat dari sejarah Ahok, sebenarnya beliau adalah orang yang ingin mengubah dunia. Pada saat interviewnya mengenai ayahnya, Ahok mengatakan bahwa awalnya dia adalah orang yang memiliki ambisi untuk mengubah dunia. Akan tetapi saat ayahnya mendengar itu dia mengatakan bahwa kalau mau mengubah dunia dan kamu hanya bekerja sebagai pebisnis maka kamu hanya akan bertahan sebentar. Hal ini karena jika kamu melayani dengan uangmu maka lama kelamaan uang tersebut akan habis.
Lalu kata ayah Ahok jika Ahok ingin mengubah dunia maka dia harus terjun ke dunia politik untuk mempengaruhi orang dengan skala yang lebih besar daripada ia hanya bekerja sebagai pebisnis.
Ahokpun memulai dengan mencalonkan diri sebagai bupati di Belitung. Langkah demi langkah dia ambil sampai ahkirnya kembali ke Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dilihat bahwa sebaik apapun niat orang Tionghoa masih susah untuk mendapatkan jabatan. Hal ini disebabkan image orang-orang Pribumi bahwa orang Tionghoa hanya ingin memperkaya dirinya sendiri. Padahal di kehidupan nyata ini tidak semua orang Tionghoa adalah orang yang jahat atau jelek. Banyak orang pribumi yang menganggap bahwa orang Tionghoa adalah orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak orang lain.
Padahal sekarang ini di Indonesia tidak semua orang-orang Tionghoa adalah orang yang hanya memikirkan mengenai kepentingan dirinya sendriri. Banyak orang dengan garis keturunan lain yang memiliki pemikiran seperti itu. Juga ada banyak pahlawan dengan garis keturunan Tionghoa seperti John Lie yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia karena dia berhasil menyelundupkan senjata. Ada juga Letkol Ong Tjong Bing yang berperan dalam pertempuran 10 November dimana dia merawat korban peperangan tersebut.
Jadi Orang Tionghoa juga bisa menjadi pahlawan yang menunjukkan bahwa ras bukanlah suatu hal yang menyebabkan orang menjadi egois. Orang dari ras apapun bisa menjadi orang yang memiliki sikap nasioalis dan cinta tanah air. Jadi seharusnya ras bukanlah masalah untuk seseorang sehingga siapapun bisa menjadi pemimpin di Indonesia.
Menurut saya sendiri ras bukanlah masalah. Ras hanyalah suatu hal yang kita bawa saat kita lahir. Ras ini hanyalah hal yang terlihat dari luar atau dari secara fisik bukan sesuatu yang memberikan suatu perilaku atau sikap dari ras tersebut. Juga ras bukanlah suatu hal untuk menghakimi seseorang. Kamu tidak bisa menentukan sikap orang hanya dari ras mereka.
Kita sebagai generasi penerus bangsa adalah generasi yang harus membenahi semuanya. Apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita bukanlah suatu hal yang dapat mendefinisikan siapa kita sebenarnya. Selama ini ras menjadi hal yang sangat besar. Juga ras adalah penghalang yang besar bagi Indonesia untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Tidak usah jauh jauh mari kita lihat Negara tetangga kita Singapore. Singapore adalah negara kecil yang tidak memiliki kekayaan alam apapun dan orang-orang yang hidup di sana adalah orang Cina, Melayu, India, Arab dan juga Kaukasoid. Jadi jika melihat dari penduduk mereka, semuanya memiliki background yang berbeda. Akan tetapi,Singapura adalah negara yang sangat maju bahkan lebih maju daripada Indonesia.
Jadi seharusnya ras bukan menjadi masalah bagi Indonesia untuk menjadi negara yang maju karena bisa dilihat dari Singapore bahwa orang dengan ras yang berbeda bisa bekerja sama dan membangun Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
Indonesia negara kita yang memiliki banyak sekali kekayaan alam kalah dengan negara tetangga kecil yang tidak memiliki kekayaan alam apapun Singapore. Jadi kita, generasi penerus bangsa haruslah menjadi orang orang yang memiliki cara pandang yang berbeda daripada pendahulu kita. Jika kita tidak mengubah cara pikir kita maka kita tidak berbeda dengan orang-orang pada zaman penjajahan Belanda dulu.
Saat ini Indonesia adalah negara yang orang-orangnya lebih mementingkan ras daripada niat. Banyak sekali orang-orang dengan ras yang berbeda, ras minoritas yang memiliki niat yang baik. Negara dimana orang dengan ras mayoritas dianggap memiliki kualitas lebih daripada orang dengan ras Tionghoa. Jika pada saat Pilkada DKI Jakarta adalah suatu hal yang dapat menunjukkan semuanya.
Ahok adalah orang yang memiliki garis keturunan Tionghoa sedangkan Anies adalah orang dengan garis keturunan Arab. Jadi kalau memang ras adalah masalah dalam kepemimpinan maka seharusnya Anies juga bukanlah kandidat yang cocok untuk dijadikkan pemimpin
.
Jadi perbedaan ras atau diskriminasi haruslah dihapuskan karena hal tersebut adalah salah satu hal yang menghalangi Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju dan negara yang lebih baik. Itulah tugas kita sebagai generasi penerus bangsa untuk membenahi sesuatu yang telah dirusak oleh Bangsa Belanda pada masa penjajahan mereka di Indonesia.
Marilah kita membenahi masalah diskriminasi ini dan membuat Indonesia menjadi negara yang lebih lagi karena Indonesia adalah negara yang memiliki potensi untuk menjadi negara yang lebih besar lagi bahkan melebihi Singapore.
Pikiran yang selama ini dibuat atau dicapkan terhadap Orang- orang dengan garis keturunan Tionghoa tidaklah berlaku untuk semua orang yang mempunyai garis keturunan Tionghoa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H