Mohon tunggu...
Geni Astika
Geni Astika Mohon Tunggu... -

Jurnalis Cilik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menelusuri Jejak Langkah Aristan di Sigi

26 Januari 2015   23:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:19 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_393260" align="alignnone" width="589" caption="DISKUSI- Aristan mengangkat kursi, kemudian melanjutkan materi pengembangan pertanian alami di desa Pombewe beberapa waktu lalu. (Foto : Ist)"][/caption]

Sigi-Masyarakat awam mungkin belum terlalu mengenal Ketua harian Partai NasDem Sulawesi Tengah, Aristan yang beberapa waktu lalu telah mendaftarkan diri ke Pokja Partai Demokrat di Dolo sebagai bakal calon Bupati Sigi.

Kader NasDem Kelahiran Kayumalue yang selama ini diberi tugas memikirkan strategi dan taktik dalam pemenangan Pemilu 2014 lalu, memang jarang muncul di publik karena kesibukannya dalam mengkonsolidasikan kader-kader partai.

Baliho yang dipasang di beberapa tempat dengan ukuran 1 X 2 centimeter sebelumnya, sempat membuat pertanyaan warga, "sema Aristan," kata Ketua DPC Partai NasDem Kecamatan Marawola, Gafar. yang ditanya warga saat memasang balihonya.

"Jejak rekam hidup saya, sebenarnya, saya abdikan di Sigi," kata Aristan,Minggu  (25/1) saat diskusi bersama kelompok tani di Desa Pombewe Kecamatan Biromaru.

Menurutnya, sejak tahun 1984 semasa Sekolah Pertanian Menengah Atas  (SPMA) di Desa Sidera, Ia sudah berkeliling kampung hidup bersama petani. Setamat sekolah, Ia melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako (Untad) tahun 1987, dan Ia kembali keliling dari desa ke desa di Sigi membangun kesadaran dan belajar bersama petani.

Sebagai mahasiswa pertanian dan kecintaannya pada alam, Ia pun bergabung dalam organisasi intra kampus Sagarmata di fakultasnya, dan pada akhirnya dipercaya sebagai pengurus di Mapatala untuk tingkat universitas.

Antara tahun 93-94, Aristan terpanggil melihat ketidak adilan di lembah Sigi menyangkut pengelolaan sumber daya  tanah dan air seperti yang terjadi di desa Porame dan Bobo. Bersama rekan-rekannya, Ia hadir dan mengalir membangun kesadaran warga dalam memperjuangkan hak-haknya yang dirampas.

"Dari situlah pemahaman saya tentang Sigi mulai tumbuh, sampai pada akhirnya menjadi aktivis lingkungan hingga menjadi ketua Wahana Lingkungan Hidup Sulawesi Tengah," tutur Aristan.

Kemudian, lanjut Aristan, aktifitas itu berlanjut saat warga Dongi-dongi di Kecamatan Palolo mengalami masalah yang sama, dan hingga sekarang dirinya masih setia dalam memberikan pendampingan terhadap petani melalui lembaga Bina Desa.

Menurutnya, membangun kesadaran politik warga melalui pendidikan politik jauh lebih berharga yang tidak hanya sekedar mengadvokasi hak-hak dasar ekonomi warga terhadap perlakuan yang tidak adil dalam memperoleh akses kesejahteraan di republik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun