Kendati demikian isu suap ini tidak pernah jelas dan diusut hingga tuntas. Tak heran, jika sejak pertemuan mereka di ajang Merdeka Games 1978, perkembangan sepak bola Indonesia dan Irak bak langit dan bumi.
Pada medio 1980-an, Ievel sepak bola Irak mencatatkan era emas mereka.
Singa Mesopotamia telah mampu tiga kali tampil di putaran final Olimpiade, yakni pada 1980, 1984, dan 1988.
Irak juga mampu tampil di Piala Dunia 1986 mendampingi Korea Selatan sebagai perwakilan Asia.
Kendati sepak bola Irak sempat dilanda ketidakpastian akibat kondisi politik setelah runtuhnya rezim Saddam Husein, Indonesia belum bisa dan tidak pernah bisa menyaingi level persepakbolaan Irak.
Ajang Pembuktian
Pada tiga pertemuan terakhir, tim nasional Indonesia belum mampu berbicara banyak ketika berhadapan dengan Irak.
Sebelum kalah di ajang kualifikasi Piala Dunia di Basra, November tahun lalu, Garuda telah terlebih dahulu menelan kekalahan beruntun dari Irak pada dua duel di ajang Kualifikasi Piala Asia 2015.
Sempat dikalahkan 0-1 di Dubai, Uni Emirat Arab, Februari 2013, skuad Indonesia kembali tumbang pertemuan ke dua di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, dengan skor 0-2, November 2013.
Pertemuan dengan Irak di ajang Piala Asia 2023 sejatinya dapat menjadi penegasan akan adanya peningkatan kualitas tim nasional Indonesia atau tidak dibawah asuhan STY.
Setidaknya jika tim nasional Indonesia mampu  menahan Irak atau bahkan mengalahkan Irak, skuad Asnawi Mangkualam Bahar dan kawan kawan pantas membusungkan dada untuk menyebut sudah ada peningkatan kualitas level permainan.
Tetapi, jika skuad tim nasional Indonesia kembali harus menelan kekalahan dari Irak, maka harus diakui bahwa level kualitas sepak bola Indonesia kian tertinggal di Asia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H