Kendati merasakan hal pilu, Hanipa dan Tia masih tergolong beruntung karena keduanya "diselamatkan" tim Jawa Barat untuk mengikuti Kualifikasi PON Aceh-Sumatera Utara 2024, Oktober lalu. Selepas Liga 1 2019 usai digelar, banyak klub sepak bola putri membubarkan diri hal inilah yang mendorong Tia dan Hanipa untuk bergabung dengan tim Jawa Barat untuk PON Papua 2021.
Namun, tidak semua pemain seberuntung Tia dan Hanipa dalam meniti karir di dunia sepak bola, karena tidak semua provinsi membentuk tim sepak bola putri. Ada beberapa teman Tia dan Hanipa yang akhirnya tidak memiliki klub dan menganggur, atau kembali lagi menjalani profesi awal ketika sebelum menjadi atlet.
Kompetisi Harus Bergulir
Titik terang bagi pembinaan dan pengembangan sepak bola putri sebenarnya sempat terlihat ketika PSSI mendorong tim putra peserta BRI Liga 1 untuk memiliki AFC Club Licensing Regulation. Lisensi yang wajib didapat jika memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia). Salah satu syarat untuk mendapatkan lisensi tersebut adalah peserta atau tim BRI Liga 1 memiliki tim putri yang berbadan hukum.
Persis Solo yang merupakan tim baru promosi ke liga 1 berusaha memenuhi persyaratan tersebut dengan membentuk tim sepak bola putri bernama Persis Solo Women. Bryan Barcelona selaku Media Officer Persis Solo mengatakan, bahwa Persis Solo Women juga memiliki tujuan jangka pendek untuk dapat mengikuti dan mengarungi kompetisi profesional yang digelar PSSI, serta tujuan jangka panjang untuk dapat berkontribusi terhadap pembinaan persepakbolaan putri Indonesia.
Karena "hilal" bergulirnya kompetisi sepak bola putri yang tak kunjung muncul, Persis Solo mulai mempertanyakan keseriusan federasi dalam hal ini PSSI untuk membangun industri sepak bola putri. Persis Solo akhirnya menyerah dan memilih membubarkan tim untuk mengkaji ulang model pembinaan mereka.
Bryan juga menegaskan, Persis telah memastikan kewajiban terhadap pemain tetap terpenuhi sesuai kontrak yang telah disepakati dan Persis tetap berharap kompetisi sepak bola putri segera bergulir. "Dengan kompetisi, kita bisa melihat mimpi untuk bermain sepak bola itu bukan cuma jadi milik pesepak bola putra saja. Mimpi ini bisa menjadi milik teman-teman perempuan yang juga punya ketertarikan pada sepak bola," tutur Bryan.
Senada dengan Bryan, Teddy Tjahjono selaku Deputi CEO PT Persib Bandung Bermartabat juga mengatakan, ketiadaan dan ketidakjelasan kompetisi akan menyulitkan pembinaan sepak bola putri. Persib melalui Akademi Persib Putri tidak bisa melakukan perencanaan dan pengelolaan bakat-bakat pesepak bola putri yang menurut Teddy berlimpah. Teddy turut menjelaskan sebenarnya kompetisi sepak bola putri di Indonesia berpotensi dari segi komersial maupun industri.
Vivin Cahyani selaku Ketua Komite Sepak Bola Wanita PSSImengatakan, pihaknya sebenarnya sedang menyusun rencana besar kompetisi sepak bola putri ditahun depan. PSSI berencana menyelenggarakan liga sepak bola putri dengan 10 tim peserta.
Pembinaan
Di lain sisi, pembinaan sepak bola putri sebenarnya telah dilakukan pada level kelompok umur. Kompetisi kelompok umur sepak bola putri rutin digelar baik dari asosiasi maupun pihak tertentu. Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI) misalnya, sukses menggelar ASBWI Cup U-15 Nasional 2023 selama satu pekan pada Agustus lalu. Total sebanyak delapan tim peserta dari beragam provinsi di Indonesia mengikuti kompetisi itu. ASBWI juga berencana akan menyelenggarakan turnamen U-17 tahun depan.
Djarum Foundation juga tercatat menginisiasi turnamen sepak bola putri bertajuk "MilkLife Soccer Challenge 2023" untuk kelompok umur U-12 dan U-10. Sepanjang tahun, kompetisi ini dilaksanakan sebanyak tiga kali di Kudus, Jawa Tengah. Pada edisi ketiga, MilkLife Soccer Challenge 2023 dilaksanakan 15-17 Desember dan diikuti total 40 tim.
Yoppy Rosimin yang merupaka Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation berharap melalui kompetisi yang diselenggarakan itu muncul talenta-talenta muda pesepak bola putri yang kelak membawa Indonesia ke kancah dunia. Yoppy juga menuturkan, bahwa penyelenggaraan kompetisi itu merupakan upaya untuk menumbuhkan minat anak-anak perempuan terhadap dunia sepak bola.