Investasi saham belakangan banyak diminati oleh beberapa individu sebagai sebuah instrumen investasi dengan tujuan meningkatkan kekayaan.
Saham sebagai instrumen investasi tidak kalah popular jika dibandingkan dengan instrumen investasi lain seperti cryptocurrency, mata uang asing, atau surat berharga negara.
Kendati demikian sebagai sebuah instrumen investasi, saham tetaplah memiliki potensi risiko bagi investornya. Salah satu alat yang paling populer digunakan untuk mengurangi potensi risiko selain analisa fundamental adalah analisa teknikal saham. Melalui artikel ini, kami akan membahas apa itu analisis teknikal dalam saham.
Apa itu Analisis Teknikal?
Analisis Teknikal merupakan salah satu metode pendekatan dalam perdagangan saham yang berlandaskan data historis harga saham serta volume perdagangan saham tersebut guna memprediksi pergerakan harga saham di masa yang akan datang.
Analisa teknikal berbeda dengan analisa fundamental yang menggunakan data keuangan serta faktor-faktor fundamental perusahaan. Selain itu, analisis teknikal dapat membantu investor dan trader dalam mengambil keputusan investasi yang lebih baik.
7 Indikator Penting dalam Analisis Teknikal Saham
1. Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Indikator analisis teknikal saham yang paling umum dan banyak dikenal oleh investor adalah MACD atau Moving Average Convergence Divergence.
MACD berfungsi sebagai indikator momentum yang dapat digunakan untuk membaca arah trend pergerakan harga saham. Pengaturan dasarnya, indikator MACD akan menghitung dengan mengurangi rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 26 periode dari EMA 12 periode.
Biasanya ada dua garis warna yang digunakan dalam analisa MACD, merah dan biru. Ketika dua garis indikator tersebut saling bersilangan maka sinyal saham telah terkonfirmasi.
Ketika garis warna biru bersilangan dengan warna garis merah misalnya, trader atau investor dapat mengartikannya sebagai sinyal oversold. Trader mengasumsikan sinyal oversold sebagai peluang terbaik untuk membeli saham favorit.
Sementara ketika garis warna merah bersilangan dengan garis warna biru, trader atau investor saham dapat mengambil keputusan untuk menutup transaksi saham dengan memperoleh capital gain, atau tidak membeli saham karena harga saham tersebut telah terlanjur naik (overbought).
2. Stochastic Oscillator
Indikator Stochastic Oscillator merupakan indikator dalam analisa teknikal yang cukup populer bagi pemula. Dalam menggunakan indikator ini investor wajib mencermati posisi rata-rata yang terjadi pada suatu trend harga saham. Sebenarnya dalam penggunaannya hampir sama dengan MACD hanya saja perbedaannya ada dari segi visual tampilan, yakni terdapat satu ruang besar yang berada di tengah-tengah antara overbought dan oversold.
Seorang trader atau investor wajib mengetahui keberadaan garis ini, apabila garis merah sedang terletak pada area bawah, hal ini berarti oversold yang artinya trader atau investor direkomendasikan pembelian sementara jika garis berwarna biru berada pada area atas berarti harga sedang mengalami over bought.
3. Relative Strength Index (RSI)
Relative Strength Index yakni RSI agak sedikit berbeda dengan sebelumnya, pengaturan RSI dasar untuk indikator RSI adalah 14-periode. Hal ini berarti setiap 14 candle terakhir atau 14 bar terakhir pada grafik harga.
RSI dapat menggunakan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya 5 periode akan mengakibatkan garis RSI bergerak sensitif. Area support berada pada 30, area resisten berada pada 70.
Seorang trader dapat melakukan transaksi beli ketika garis merah sudah berada pada area 30. Juga bisa melaksanakan penjualan saham ketika sudah berada pada garis 70.
4. Moving Average (MA)
Teknik Moving Average atau MA merupakan teknik analisa teknikal yang banyak digunakan oleh para investor atau trader saham.
Moving average merupakan indikator dalam analisa teknikal yang dapat dikategorikan paling akurat untuk memberitahu kapan trend akan berakhir dan juga penentu koreksi harga saham.
5. Bollinger Band (BB)
Bollinger Band atau BB merupakan salah satu indikator teknikal analisa saham yang terdiri dari 3 garis skala indikator, diantaranya simple moving average, upper band dan lower band.
Bollinger Band sering digunakan di kalangan scalper, seorang trader atau investor yang paham pemakaian bollinger band akan membuka posisi buy ketika salah satu dari ketiga garisnya berada pada area bawah, begitu juga sebaliknya.
6. Volume
Volume dalam analisis teknikal saham memiliki peran penting dalam mengkonfirmasi tren dan pola candlestick yang terbentuk.
Volume juga menunjukkan berapa banyak saham yang dibeli dan diperdagangkan di pasar saham pada periode waktu tertentu.
Salah satu manfaat utama dari volume sebagai indikator saham adalah mengarahkan pada pergerakan harga saham dan memberikan sinyal awal pergerakan harga akan berlanjut atau berbalik.
7. Parabolic SAR
Parabolic SAR merupakan indikator teknis yang dikembangkan oleh J. Welles Wilder. Parabolic SAR bertujuan untuk membaca arah pergerakan saham.
Indikator Parabolic SAR juga disebut sebagai sistem stop and reverse, yang disingkat SAR.
Parabolic SAR berfungsi pada pasar yang sedang trend. Wilder merekomendasikan pedagang pertama-tama harus menentukan arah trend menggunakan parabolic SAR dan kemudian menggunakan indikator alternatif untuk mengukur kekuatan trend.
Kesimpulan
Analisis teknikal saham merupakan indikator yang dapat digunakan oleh investor berdasarkan data history harga saham. Analisa teknikal memiliki beberapa indikator penting seperti moving averages, RSI, MACD, Bollinger Bands, Stochastic Oscillator, dan volume serta Parabolic SAR.
Perlu dicatat bahwasannya analisa teknikal bukanlah jaminan keberhasilan tetapi hanya merupakan sebuah alat bantu dalam pengambilan keputusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H