Namun jumlah karbon yang bisa diserap oleh lautan pun juga ada batasnya. Semakin meningkat kadar asam di lautan, akan semakin sulit ditinggali oleh makhluk hidup : terumbu karang akan rusak dan berhenti tumbuh serta ikan-ikan pun akan sulit hidup, mengingat terumbu karang adalah tempat tinggal bagi banyak biota laut lainnya.
Dengan segala hal di atas, para ahli memperkirakan, bila kecenderungan ini tetap bertahan, diperkirakan pada tahun 2050, lima belas hinggga dua puluh persen spesies di dunia akan punah.Â
Bahkan, angka tersebut bisa semakin bertambah. Ironinya lagi, kepunahan ini bukan hanya mengorbankan hewan dan tumbuhan saja. Pada akhirnya, manusia yang awalnya pelaku pun, juga akan menjadi korban dari kepunahan masal kali ini.
Well, sebenarnya setiap manusia memang memiliki fitrah untuk bertahan hidup dan melestarikan keturunan. Fitrah yang sama yang juga dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Namun, acapkali manusia kelewat rakus dan egois ketika bersinggungan dengan kepuasan perut dan kenyamanan diri sendiri. Hal inilah yang perlu kita hentikan, atau setidaknya kita minimalisir.
" Jangan khawatir, selama kita tetap menjelajah, manusia akan tetap bertahan" tutur penulis buku ini di epilognya. Dewasa ini, masyarakat dunia semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Pun dengan beberapa kampanye cinta lingkungan yang semakin digalakkan : pengurangan penggunaan plastik, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi untuk menekan emisi, program suaka flora dan fauna yang digagas oleh WWF dan lembaga lainnya.Â
Pembahasan tentang lingkungan hidup juga menjadi topik tahunan yang dibicarakan dalam sidang antara negara-negara dunia. Menghasilkan beberapa keputusan solutif dan berujung pada aksi nyata
Dan pada akhirnya, kita harus percaya. Jalan itu masih ada, selama kita tetap mengusahakannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H