Mohon tunggu...
Generus LDII
Generus LDII Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional Religius

Ini adalah akun yang berisi tulisan dari pemikiran-pemikiran para pakar dan profesional dari lingkungan warga LDII

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangkitkan Petani Indonesia

18 Maret 2021   08:16 Diperbarui: 18 Maret 2021   08:29 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal bercocok tanam, petani tentu mengalami barbagai kendala, misalnya serangan hama penyakit tanaman, perubahan musim yang sulit ditebak, gagal panen, dll. Oleh sebab itu petani perlu mendapat pendampingan dari PPL setempat.

Petani juga perlu diberi pengetahuan tentang manajemen bercocok tanam. Hal ini agar jangan sampai semua petani di satu wilayah menanam satu jenis tanaman saja. Akibatnya ketika panen raya, harga penen pun anjlog. Inilah perlunya manajemen bercocok tanam.

Guna menunjang hal itu, maka PPL juga perlu diberi wadah atau tempat untuk menyusun program maupun kegiatan lainnya seputar penyuluhan. Disinilah perlunya BPP sebagai tempat untuk mewadahi kegiatan PPL agar PPL juga bisa melaksanakan perannya dengan baik.

Lembaga pendidikan juga memiliki peran strategis mencetak petani-petani muda yang modern. Khusunya lembaga pendidikan yang bidangnya dalah pertanian, misalnya SMK pertanian, Politeknik Pertanian, maupun perguruan tinggi yang memiliki jurusan atau program studi pertanian. Kita sangat mengharapkan, petani-petani handal dan modern lahir dari berbagai lembaga pendidikan tersebut.

Dibandingkan negara tetangga, kita masih harus bekerja ekstra keras mengejar ketertinggalan dalam bidang pertanian. Harusnya pertanian di Indonesia lebih unggul daripada China, Vietnam, dan Thailand. Paling tidak kita mampu memenuhi kebutuhan pangan dari hasil pertanian dalam negeri.

Di ketiga negara tersebut, pertaniannya sudah menerapkan teknologi dan sistem pertanian modern. Pertaniannya juga dikelola secara komunal/industri, bukan perorangan. Dikelola secaa modern, bukan konvensional. Lembaga-lembaga riset pertaniannya juga sangat maju, menghailkan berbagai benih unggul. Alhasil, dengan lahan lebih sempit, waktu lebih singkat, dihasilkan hasil panen lebih banyak dan lebih unggul. Sehingga harganya pun jauh lebih murah. Tidak heran jika kenyataannya beras impor harganya jauh lebih murah daripada beras dalam negeri.

Kini saatnya kita lebih fokus dan sungguh-sungguh mengelola sektor pertanian. Karena menyangkut pangan adalah kebutuhan pokok yang sangat vital bagi setiap orang. Seperti halnya yang dikatakan Presiden pertama kita, Bung Karno: "Soal Pangan Adalah Soal Hidup Matinya Bangsa!". Semoga kita memiliki kedaulatan pangan!  (*)

Oleh: Anton Kuswoyo, S.Si., M.T.

Wakil Direktur Politeknik Negeri Tanah Laut

Ketua DPD LDII Kabupaten Tanah Laut -- Kalimantan Selatan 

(Artikel telah tayang di Koran Bajarmasin Post, 17 Maret 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun