Mohon tunggu...
Generus LDII
Generus LDII Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional Religius

Ini adalah akun yang berisi tulisan dari pemikiran-pemikiran para pakar dan profesional dari lingkungan warga LDII

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Atasi Krisis Moral Melalui Keteladanan

12 September 2020   08:22 Diperbarui: 9 Oktober 2020   06:30 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara kita telah mengalami krisis moral, yakni sekarang ini sering terjadi penyimpangan sosial, perbuatan asusila merajalela, zina sebagai trend dan gaya hidup terumbar nafsu setan, pengedar dan pengguna narkoba semakin menggila, pembunuhan hal yang biasa, korupsi membudaya ditunjukkan banyak pemimpinnya tidak amanah yang berujung penjara. Suguhan media massa tiap hari seakan dunia akan segera kiamat, terus apa yang harus kita perbuat sebagai orang tua, pendidik, tokoh masyarakat dan pemimpin bangsa ini mengatasi krisis moral yang tak terkendali lagi?

Penguatan pendidikan moral dapat dilakukan dengan mengevaluasi pendidikan agama, agar kuat aspek fathonah, ibadah, amanah dan muamalah-nya. Apa artinya nilai agama baik, tapi perilaku jauh dari agama. Penilaian haruslah komprehensif. Keteladanan pemimpin untuk memperbaiki bangsa, juga aspek yang sangat penting.

Mengenai pendidikan moral atau karakter pada dasarnya karakter dapat diubah, dibentuk, dan dikembangkan seperti halnya keterampilan. Karena itu, menjadi suatu hal yang realistis untuk mengembangkan karakter generasi muda, terutama dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Yang terpenting pembangunan dan pembentukan karakter harus ditularkan kepada siswa dengan keteladanan yang merupakan perilaku paling riil di masyarakat. Memang mencari sosok teladan di era globalisasi sulit, tapi tetap perlu dilakukan, karena generasi muda juga menuntut keteladanan aktual dan kontekstual yang relevan dengan kemajuan zaman.

Karakter merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang diyakini dapat berubah; dari yang baik menjadi jelek atau sebaliknya dari yang jelek menjadi baik. Itulah sebabnya pembangunan karakter menjadi sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia itu sendiri baik dalam skala individu maupun skala bangsa. Di dalam bahasa yang lebih sederhana, karakter sama dengan watak, yaitu pengembangan dari jati diri seseorang itu sendiri.

Karakter seseorang lebih mencerminkan jati diri daripada aspek kepribadian manusia yang lainnya seperti identitas, intelektual, keterampilan, dan sebagainya. Dalam kehidupan manusia, pengembangan karakter menjadi sesuatu yang sangat penting dan strategis karena karakter seringkali diidentikkan dengan budi pekerti atau akhlak. Seseorang yang karakternya baik identik bahkan sama dengan orang yang budi pekertinya luhur atau akhlaknya baik (akhlakul kariimah), sementara itu orang yang karakternya buruk identik bahkan sama dengan orang yang budi pekertinya tidak luhur atau akhlaknya tidak baik.

Itulah sebabnya dalam skala bangsa usaha untuk membangun karakter bangsa identik bahkan sama halnya dengan meluhurkan budi pekerti bangsa itu sendiri. Demikian pentingnya karakter maka banyak teori, pengetahuan, ilmu, nilai, nasehat, bahkan pedoman hidup tentang pengembangan karakter bagi manusia baik dalam skala individu maupun skala bangsa.

Dalam ajaran agama Islam kita disuruh meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad saw, yaitu siddiq atau jujur, amanah atau dapat dipercaya, tabligh atau terbuka, dan fathonah atau cerdas dan arif. Dalam hidup ini kejujuran sangat diperlukan. Orang yang tidak jujur tidak akan dapat dipercaya oleh orang lain, tidak mungkin berani bersikap terbuka atau transparan dalam hidupnya, dan sangat sulit menjadi orang yang arif dan bijaksana. Orang yang tidak jujur implementasinya menjadi koruptor, pencuri, pengemplang dan sejenisnya yang tidak saja merugikan diri sendiri akan tetapi juga merugikan orang lain.

Mengembangkan sifat kejujuran, keterpercayaan, keterbukaan dan kearifan tentu saja diperlukan bagi semua manusia. Pengembangan karakter dapat dilakukan melalui pendidikan, baik pendidikan formal di sekolah, pendidikan nonformal di masyarakat maupun pendidikan informal di dalam keluarga. Keteladanan adalah metode yang sangat tepat dalam pengembangan karakter melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan langkah paling sistematik dan berjangka panjang untuk menjadi media utama membangun karakter bangsa, yang dilakukan secara simultan. Pendidikan merupakan media internalisasi nilai-nilai kebangsaan yang paling strategis. Dimulai dari pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga-lembaga pendidikan formal dengan langkah-langkah yang sistematik yang muatan utamanya nilai-nilai luhur kebangsaan.      

Tanamkan kembali kebanggaan sebagai anak bangsa yang bermartabat, berdaulat, dan berkepribadian mulia. Pendidikan agama, akhlak atau budi pekerti, dan pendidikan kewargaan dirancang-bangun secara lebih sistematik dan komprehensif. Langkah lain ialah penanaman nilai-nilai kepribadian bangsa melalui pranata-pranata sosial di masyarakat dengan berbagai pendekatan yang bersifat kultural. Melalui kegiatan pengajian, karang taruna, remaja masjid, dan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya ditanamkan nilai-nilai akhlak atau kepribadian bangsa yang utama.

Dimulai dari penanaman nilai soal-soal kecil untuk tidak jadi pemulung agar nanti setelah menjadi elite dan pejabat negara pun tidak menjadi pemulung harta negara. Galakkan kebiasaan memberi daripada menerima, juga menjauhkan diri dari sikap-sikap lembek, lemah pendirian, sikap plin-plan, dan mentalitas budak atau inlander. Didiklah anak bangsa di semua lini untuk menjauhkan diri dari sikap ajimumpung, korupsi, merusak alam, menjarah aset negara, dan larut dalam penyimpangan dan kehinaan. Ajari mereka untuk menjadi anak-anak bangsa yang berdiri tegak berhadapan dengan anak-anak bangsa yang lain, cerdas, dan memiliki kepribadian yang kokoh.            

Peran dan keteladanan para pemimpin bangsa juga sangat penting dalam membangkitkan kesadaran untuk menjadi bangsa yang berkarakter kuat dan mulia. Para pemimpin bangsa dimulai dari pemimpin puncaknya hingga ke bawah dituntut untuk membangkitkan harga diri warga bangsa sekaligus memberikan contoh keteladanannya selaku elite bangsa yang memang bermartabat.        

Menampilkan sosok yang berkarakter jauh lebih mahal ketimbang menampilkan citra buatan yang elok dipandang dan memukau budaya populer masyarakat. Para pemimpin atau elite bangsa dituntut untuk menjadi sosok yang jujur, bersih, kokoh pendirian atau istiqamah, dan berkepribadian kuat. Sebaliknya tidak menjadi elite pendusta, korup, aji mumpung, pengejar materi dan kemewahan, lembek, dan lemah karakter. Teladanilah kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai uswah hasanah, yang tidurnya di atas tikar kasar tetapi pengaruhnya menggetarkan tahta Kisra.//**

Ari Sriyanto, M.Pd.

Guru PAI & BP SMA Negeri 4 Pangkalpinang

Ketua DPW LDII Provinsi Bangka Belitung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun