Dimulai dari penanaman nilai soal-soal kecil untuk tidak jadi pemulung agar nanti setelah menjadi elite dan pejabat negara pun tidak menjadi pemulung harta negara. Galakkan kebiasaan memberi daripada menerima, juga menjauhkan diri dari sikap-sikap lembek, lemah pendirian, sikap plin-plan, dan mentalitas budak atau inlander. Didiklah anak bangsa di semua lini untuk menjauhkan diri dari sikap ajimumpung, korupsi, merusak alam, menjarah aset negara, dan larut dalam penyimpangan dan kehinaan. Ajari mereka untuk menjadi anak-anak bangsa yang berdiri tegak berhadapan dengan anak-anak bangsa yang lain, cerdas, dan memiliki kepribadian yang kokoh. Â Â Â Â Â Â
Peran dan keteladanan para pemimpin bangsa juga sangat penting dalam membangkitkan kesadaran untuk menjadi bangsa yang berkarakter kuat dan mulia. Para pemimpin bangsa dimulai dari pemimpin puncaknya hingga ke bawah dituntut untuk membangkitkan harga diri warga bangsa sekaligus memberikan contoh keteladanannya selaku elite bangsa yang memang bermartabat. Â Â Â Â
Menampilkan sosok yang berkarakter jauh lebih mahal ketimbang menampilkan citra buatan yang elok dipandang dan memukau budaya populer masyarakat. Para pemimpin atau elite bangsa dituntut untuk menjadi sosok yang jujur, bersih, kokoh pendirian atau istiqamah, dan berkepribadian kuat. Sebaliknya tidak menjadi elite pendusta, korup, aji mumpung, pengejar materi dan kemewahan, lembek, dan lemah karakter. Teladanilah kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai uswah hasanah, yang tidurnya di atas tikar kasar tetapi pengaruhnya menggetarkan tahta Kisra.//**
Ari Sriyanto, M.Pd.
Guru PAI & BP SMA Negeri 4 Pangkalpinang
Ketua DPW LDII Provinsi Bangka Belitung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H