Mohon tunggu...
Gendhis Kayana
Gendhis Kayana Mohon Tunggu... Lainnya - Alam, kopi, buku, budaya, kiddos

Bersyukur untuk setiap anugerah Mu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenangan Manis Masa Kecil

24 Juli 2022   13:54 Diperbarui: 25 Juli 2022   20:15 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nenek dari pihak Ibu, telah berpulang sekitar 20 tahun yang lalu.

Pagi ini tiba-tiba teringat padanya.

Rindu Nenek. Kami memanggil ya, Phophoh.

Baca juga: Cwi Mie Khas Malang

Phophoh, kami semua sayang sekali pada beliau. 

Nenek terbaik.

Gemuk, pendek, sangat sabar, sangat pandai memasak, jalan nya perlahan, sangat 'open', pinter ngopeni orang, semua jadi ginuk-ginuk kalau tinggal bersamanya, ha ha ha...

Nenek awalnya tinggal di Madiun juga, di jalan Nori. Namun setelah saya berumur sekitar tiga tahun, Paman mengajak Kakek dan Nenek pindah ke Bandung.

Dulu, saat kami masih kecil dan tinggal di Madiun, kami sangat menantikan...kapan yaaa bisa ke Bandung mengunjungi Nenek. Senang sekali naik kereta api dari Madiun menuju ke bumi Parahyangan, ngruntel semua jadi satu, dalam semalam perjalanan. Banyak bekal kami bawa dari rumah, kopi setermos  dan berbagai makanan khas Madiun untuk buah tangan, sambel pecel selalu wajib dibawa.

Tiba pagi Hari di Bandung, kami kemudian naik becak dari Stasiun ke rumah Nenek di jalan Paledang, dekat Alun-Alun Kota Bandung.

Nenek akan sibuk menyambut kami, mulai dari membuka pintu pagar, menyiapkan air panas untuk Mandi, karena dulu Bandung masih dingiinnn sekali kalau pagi, dan kemudian menyiapkan sarapan. 

Hari pertama tiba, biasanya beliau akan meminta tolong mbak Yem untuk membelikan kami semua, masing-masing sebungkus Yamien Manis, dari rumah tetangga di belakang rumah Nenek.

Senang sekali di teras depan rumah Nenek sangat banyak tanaman bunga. Cantik, segar, sejuk, rapi. Kakek yang mengurusnya. Memotongi daun yang menjulur, menyiram, memberi pupuk.

Kakek juga pandai bermain musik, dan punya grup musik sendiri. Kakek-kakek semua, mereka memainkan alat musik gesek dan petik, gitar, biola, dan lain-lainnya yang saya saat itu melongo melihatnya. Gede dan aneka macam.

Saya pernah satu kali melihat mereka memainkan nya saat kami menginap di sana. Indah sekali. Kami menyebutnya 'ngek ngok' karena sulit mengingat namanya. 

Kakek pandai menulis peribahasa. Setelah dewasa, kami baru menyadari, darah seni keluarga kami, adalah warisan dari Kakek.

Setelah kami mulai kuliah di Jakarta, setiap kali libur dan ke Bandung, Nenek tetap akan menyajikan Yamien Manis untuk sarapan, dan saat kami akan kembali ke kost di Jakarta, ia akan minta mbak Yem belanja 50 butir bakso, untuk oleh-oleh buat Ibu Kost dan Teman-Teman di kost.

Kini mereka telah berpulang...terkadang mengingat kembali... betapa sayangnya mereka kepada kami, kami sangat bersyukur.

Yamien manis, masih menjadi makanan yang kami sangat suka bila main ke Bandung, membawa kembali kenangan manis masa kecil.

Bulik, istri Paman kami, memelihara tradisi keluarga meskipun kini sudah pindah rumah, agak di pinggir Kota Bandung, dan sudah menjadi Nenek juga, menyuguhkan Yamien Manis.

Terima kasih Bu Isti sudah mengingatkan tentang Yamien Manis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun