Senang sekali di teras depan rumah Nenek sangat banyak tanaman bunga. Cantik, segar, sejuk, rapi. Kakek yang mengurusnya. Memotongi daun yang menjulur, menyiram, memberi pupuk.
Kakek juga pandai bermain musik, dan punya grup musik sendiri. Kakek-kakek semua, mereka memainkan alat musik gesek dan petik, gitar, biola, dan lain-lainnya yang saya saat itu melongo melihatnya. Gede dan aneka macam.
Saya pernah satu kali melihat mereka memainkan nya saat kami menginap di sana. Indah sekali. Kami menyebutnya 'ngek ngok' karena sulit mengingat namanya.Â
Kakek pandai menulis peribahasa. Setelah dewasa, kami baru menyadari, darah seni keluarga kami, adalah warisan dari Kakek.
Setelah kami mulai kuliah di Jakarta, setiap kali libur dan ke Bandung, Nenek tetap akan menyajikan Yamien Manis untuk sarapan, dan saat kami akan kembali ke kost di Jakarta, ia akan minta mbak Yem belanja 50 butir bakso, untuk oleh-oleh buat Ibu Kost dan Teman-Teman di kost.
Kini mereka telah berpulang...terkadang mengingat kembali... betapa sayangnya mereka kepada kami, kami sangat bersyukur.
Yamien manis, masih menjadi makanan yang kami sangat suka bila main ke Bandung, membawa kembali kenangan manis masa kecil.
Bulik, istri Paman kami, memelihara tradisi keluarga meskipun kini sudah pindah rumah, agak di pinggir Kota Bandung, dan sudah menjadi Nenek juga, menyuguhkan Yamien Manis.
Terima kasih Bu Isti sudah mengingatkan tentang Yamien Manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H