Tiba- tiba pagi ini saya teringat pada masa dua setengah tahun yang lalu...tepatnya September 2019, saat saya bersama dua orang Sahabat bertekad untuk mewukudkan rencana jalan-jalan bareng, yang sudah lama ingin kami lakukan bersama, namun karena kesibukan masing-masing, akhirnya terlupakan, terabaikan...
Kami akhirnyam memutuskanuntuk mendaki Gunung Ijen, kita menentukan titik temu di Bandara Banyuwangi.
Bahagia rasanya saat akhirnya perjalanan itu benar-benar terwujud.
Pagi-pagi, bahkan belum Subuh, saya berangkat dari rumah, menuju Bandara Soekarno Hatta untuk menuju ke Surabaya.
Tiba di Surabaya, saya dijemput oleh sahabat saya, sebutlah namanya May. Kami langsung cari sarapan bubur di pinggir jalan langganannya di dekat daerah Tenggilis Mejoyo, dekat kampus Ubaya, Surabaya.
Kebetulan, kami ada pekerjaan yang harus kami lakukan bersama, jadi setelah sarapan, kamipun bergegas mengerjakan tugas-tugas kami supaya segera beres.
Sore hari tiba, kami pun bersiap-siappp...asiknya... dalam sekejap kami pun telah tiba Stasiun Gubeng...ya benar, kami naik kereta menuju Banyuwangi.
Saya baru pertama kali naik kereta dari Surabaya ke Banyuwangi....dan suer...sumprit...semakin dekat ke tujuan, semakin indah pemandangannya. Sungguh mempesona...deretan pohon pinus yang tinggi menjulang...seperti yang selalu nampak di foto-foto perjalanan di berbagai negara di luar negeri...bagus banget. Saking asyiknya menikmati pemandangan, saya pun lupa mengambil foto...astaga... sekarang baru sadar...ha..haa..ha...
Kami menjemput satu lagi Sahabat kami, sebutlah namanya Nana. Nana dari Jakarta ke Semarang, karena harus ke Pekalongan mengurus pesanan batiknya, dan baru bisa ke Banyuwangi untuk berkumpul bersama kami.
Singkat kata... Kami menikmati kuliner Banyuwangi yang luar biasa menarik, mulai dari Pecel Rawon (cius..pecel ama rawon 😁), kulup daun semanggi dan lain sebagainya...menarik dan asik.
Setelah beristirahat, kami pun bersiap untuk nanti dini hari naik ke Ijen.
Ternyata, Nana memutuskan tinggal di kamar saja, kecapekan dia. Jadi saya dan May yang melanjutkan keseruan kami hari itu, naik gunung. May, orang asli Banyuwangi, jadi cukup menguasai Medan. Hampir tiap dua atau tiga tahun sekali, dia pasti ke Ijen, entah mengantarkan kenalan, ataupun pergi bersama keluarga.
Saya yang sudah bertahun-tahun tidak naik gunung cukup was-was, bisa nggak ya, nyampe nggak ya...
Ternyata saudara-saudara...bisa.. Dan nggak capek... Asik, pemandangan nya cantik...cukup ramai, banyak turis manca negara datang untuk melihat blue fire, yang di dunia ini cuman ada dua, di Iceland dan di Ijen.
Saya bahagia... pastilah... Berhasil mewukudkan keinginan jalan-jalan bareng, bisa naik gunung lagi, kulineran... Wah asikkk banget...
Turun...kami beberes dan akhirnya menikmati sarapan pagi dan kulineran...yang di antaranya adalah.....
Kue Cucur...
Cakeppp yaaaa....
Sukaaa banget ngeliat nya...
Dan...kita baru tahu...kue Cucur yang khabarnya berasal dari Betawi itu, di Thailand dianggap seperti bentuk Bunga lotus, dan melambangkan harapan atas kasih yang selalu bertumbuh dalam kehidupan pernikahan....
Ya ampyunnnn....saya baru tahu...padahal dari kecil udah suka makan cucur, jajanan pasar yang legit dan khas, cukup favorite di rumah kami.
Kue tradisional dari bahan tepung beras, dan sangat sederhana.
Ternyata.... ada maknanya...
Ngomong-ngomong...kapan yaaa ksmi bisa jalan-jalan ke Banyuwangi lagi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H