Mohon tunggu...
Gendhis Kayana
Gendhis Kayana Mohon Tunggu... Lainnya - Alam, kopi, buku, budaya, kiddos

Bersyukur untuk setiap anugerah Mu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Belajar Gaya Hidup Minimalis ala Orang Jepang

22 Januari 2022   12:03 Diperbarui: 22 Januari 2022   14:09 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Life trully begins only after you have put your house in order" - Marie Kondo

Nah...

Ceritanya berawal mungkin 3 tahun yang lalu, saat adik saya membawa anaknya yang mulai tumbuh menjadi gadis kecil berkunjung ke rumah saya...dan mereka berdua asyik melakukan 'hunting' berbagai barang, yang menurut mereka masuk kategori pernak pernik antik dan unik, padahal menurut saya biasa saja ha ha ha...

Adik saya mulai bercerita, dia mulai belajar untuk merapikan barang di rumahnya, dengan cara mulai melakukan pengelompokan, penyortiran dan membuang barang-barang yang tidak atau kurang bermanfaat.

Ada wanita Jepang lagi  nge-trend waktu itu, Marie Kondo, hebat dia, tekniknya sederhana, tapi semua barang di rumah jadi ringkes, rapi, rumah jadi lega... sungguh nyaman ...begitu celotehnya kala itu.

Saya hanya diam, menyimak dan melongo mendengarkan... karena sungguh aku tak kenal, mendengar namanya pun baru kala itu. Tapi saya tak berani bilang kepada adik saya, karena saya tak mau mendengar komentarnya yang akan muncul, 'aduhhhh nggak tahu yooo, ndeso tenan kowe, ketinggalan jaman, gimana sih...bla bla bla bla...'

Setelah mereka pulang, maka saya pun menyempatkan diri,  mencari eyang Google dan... sungguh terkejut... Wowwwww...sesuatu banget nih!

Kok bisa ya... lemari pakaian rapi, ringkes dan sedikit banget barangnya... termasuk sedikit banget warna-warna yang ada di dalamnya, dan yang adapun senada, satu tone warna, yaitu : putih, krem, kuning muda, coklat.

Begitu pula warna perabotnya.

Beda sekali dengan saya, banyak sekali pernak-pernik juga lengkap sekali warnanya, mau warna apapun rasanya ada...

Terpesona dan terinspirasi, saya mulai mencari tahu, dan kebetulan kala itu saat saya jalan-jalan di toko buku (ohhhh rindunya akuuu jalan-jalan di toko buku, secara ini kebiasaan dari kecil sejak saya masih tinggal di kampung, bahagia itu adalah ke Surabaya atau Solo, karena ayah akan selalu membawa kami ke toko buku Gramedia, dan   ngetem di situ, di lorong -lorongnya), saya menemukan buku ini...

Di dalam buku itu disajikan foto-foto before and after, yang kayak orang sebelum dan sesudah di make up. Terkejut lagi saya...secara Penulis nya adalah laki-laki, lhooo lha kok rapi sekali jadinya.

Danshari, seni membereskan, membuang, dan berpisah dari barang-barang kita, - adalah satu hal baru yang saya pelajari. Tak mudah untuk saya yang lahir dan tumbuh dari keluarga yang hobi koleksi, mulai dari pensil, perangko, dan lain sebagainya.

Namun setelah membaca buku itu, saya pun perlahan mulai bergerak...

Melihat-lihat tumpukan barang-barang kami.

Menimbang mana yang benar-benar kami perlukan.

Tapi angan-angan untuk melakukan danshari, baru sebatas mimpi, karena kesibukan dan aktivitas harian yang cukup padat.  Konsep minimalisnya sudah mulai masuk ke dalam pikiran bawah sadar saya, sehingga sedikit banyak, mulai mempengaruhi pola belanja saya, tak lagi , impulsive, lebih hati-hati dan berpikir perlu atau tidak perlu.

Sampai saat pandemi, membuat kita semua #dirumahsaja dan boleh dibilang kegiatan di luar rumah nyaris tidak ada dan segala sesuatu menjadi melambat temponya.

Saya pun mempunyai waktu ekstra untuk merealisasikan pemberesan. Perlahan tapi pasti, satu persatu sudut-sudut ruangan rumah mungil kami mulai tertata dan lebih rapi, lebih bersih, mulai lega. 

Mengingat kembali saat melakukan perapian, benar sekali apa yang tertulis di buku itu,

DOKPRI
DOKPRI

Dan ternyata proses:

Mengelompokan

Memilih

Membuang,

membukakan mata saya bahwa banyak sekali barang-barang yang kurang bermanfaat untuk saya - namun mungkin bermanfaat untuk orang lain, yang saya simpan.

Juga ternyata proses yang masih berjalan tiap hari sampai saat ini baik di tempat kerja maupun di rumah, telah membantu saya saat mengambil keputusan dalam berbagai hal, lebih mudah melihat yang penting, yang bermakna.

Proses itu ternyata tidak saja membawa kelegaan ruang yang secara kasat mata dapat dinikmati oleh orang-orang terdekat kita, namun juga pada tahap berikutnya, menghasilkan kelegaan berpikir yang memberikan ketenangan lebih,- bagi diri kita sendiri.

Kami masih menikmati hobi mengkoleksi pernak-pernik, namun terbatas pada yang sangat lucu atau unik. Saya kini bersyukur dan berterima kasih sekali, bisa menikmati pola hidup dan pola pikir yang berbeda, sehingga kinipun saya dapat menyediakan waktu untuk membagi kisah ini.  

Bagaimana dengan anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun