Anak-anak ini sudah jenuh rupanya dengan belajar, tugas dan memenuhi target waktu. Kebetulan kemarin siang, guru kelasnya ada acara di luar dan saya ditunjuk menggantikan beliau untuk jam terakhir. Jam yang paling panas dan sumpeg. Berhubung saya juga longgar, jadilah sejam itu menjadi pengalaman pertama saya mengajar kelas 4, satu tingkat lebih tinggi dari kelas yang saya ajar.
Masuk kelas, saya melihat wajah-wajah minta pulang. Alaah, ini murid-murid sepertinya tidak pernah pulang ya.. Jam terakhir itu hanya 60 menit. Menunggu sejam bagi orang yang tidak nyaman sama saja menunggu sewindu. Halah...:-)
Menyesuaikan sikon yang seperti itu, saya putuskan untuk "beramah-tamah" saja dengan mereka. Dialog mengalir wajar. Saya mulai membuka pertanyaan dengan ungkapan kejujuran.
"Anak-anak, tadi waktu bangun pagi, apa kamu sangat ingin belajar di sekolah ini?"
Anak-anak diam. Bingung menjawab. Tapi beberapa menyeletuk bahwa mereka sebenarnya malas ke sekolah. Mereka hanya menuruti perintah orang tuanya saja. Takut dimarahi, takut guru dan sederet alasan ke sekolah yang sebenarnya jauh dari esensi belajar itu sendiri.
Ya sudahlah, sekalian saja saya buka pertanyaan kejujuran yang akan mereka jawab dengan jujur juga, karena saya menyelipkan kalimat "ini rahasia antara kita,ya..?"
Ternyata, 2/3 dari siswa di kelas tersebut mengaku sebenarnya malas sekolah! Mereka datang ke sekolah adalah karena rutinitas. Kemudian saya bercerita keberadaan home schoolingbagi para artis. Mereka sekolah tidak terikat waktu, tidak pakai seragam, belajar di mana saja, bisa di bawah pohon, di teras rumah atau di mall. Mata mereka takjub! Mereka menginginkan belajar yang seperti itu.
Jadi, sekilas dapat diartikan bahwa para siswa itu bukan malas sekolah, tetap mereka menginginkan suasana belajar yang nyaman, tidak mengekang dan bebas belajar.
Jam dinding kelas menunjukkan pukul 12.00. Saya memutuskan untuk mengakhiri cerita dengan mengadakan permainan namun masih berhubungan dengan pelajaran. Permainan Tebak Kata. Saya membuat garis bawah sesusai jumlah huruf dalam kata bermakna yang harus mereka tebak. Contoh:
_ _ _ _ _ _ :enam huruf berhubungan dengan bencana alam
Siswa adu cepat menjawab yang harus ditulis di bukunya. Siapa cepat, hadiahnya adalah pulang duluan. Mereka ternyata antusias. Semua konsentrasi memecahkan masalah.