Pada saat itu saya mencoba bertanya perlahan padanya sambil berusaha mengajaknya bercanda,
" Lagi ngelamun yaa... hayoo... masih kecil nggak boleh melamun !, kamu sedang melamun ?", tanyaku.
"ah... eh.. ah.. enggaaakkk kook...", jawabnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dengan memalingkan muka dari saya.
Kemudian saya berusaha tersenyum kepadanya, dan mencoba mencari tahu ada apa dengannya? Sebab dia terlihat begitu sedih.
Selama ini yang terlihat, dia adalah anak yang banyak tingkah, aktif dan banyak bicara bahkan terkadang terdengar umpatan dan kata-kata jorok dari mulutnya.
Sebagai orangtua ada rasa khawatir anak saya ikut terbawa atau tertular kebiasaan buruknya bicara tidak sopan dan bicara jorok, juga khawatir kenakalannya ikut mencemari anak saya. Saya sering ingatkan anak saya untuk tidak ikut-ikutan berbuat begitu meskipun dia berteman dengan Dedik. Namun begitu, siDedik sendiri jika berada dirumah kami kelihatannya mau menurut dan tidak terlihat liar seperti waktu diluar rumah bersama dengan teman-temannya.
Saya mencoba bertanya pada Dedik yang masih berusaha menutupi galaunya itu,
" Kamu kangen yaa sama ibumu ? ", tanyaku hati-hati.
Kuperhatikan sepertinya dia tak mampu mengeluarkan kata-kata, tetapi dengan setengah memaksakan diri dia berusaha untuk menjawab terbata-bata, sambil menganggukan kepalanya.
" i..h.. iyaa.. kangen ibu, kangen ayah.... ", jawabnya sambil terdengar hela nafasnya yg tertahan.
Aku tercekat, terharu dan tak mampu lagi meneruskan perbincangan dengannya.