Mohon tunggu...
gembul Embul
gembul Embul Mohon Tunggu... Seniman - manusia yang haus akan ilmu

Berkelana, mencari sudut pandang orang lain, memahami, menulis, tidur.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kala HMI Mengadu kepada Tuhan

22 November 2024   00:11 Diperbarui: 22 November 2024   03:51 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perjalanan pergerakan mahasiswa dinegara ini patut untuk kita soroti bersama, kenapa bisa begitu? Tak dapat dipungkiri bahwasannya peranan mahasiswa tak lepas dari dinamika negeri ini yang teramat kencang deras lika-likunya. 

Layaknya aktor film, mahasiswa selalu menjadi garda terdepan sebagai penengah disetiap langkah-langkah pegambilan kebijakan pemeritah, dari yang opsional hingga kontroversional, apalagi kala itu ketidakstabilan masyarakat Indonesia yang sangat terasa kondisinya.

        Sehubung munculnya berbagai gejolak di tanah air, seorang mahasiswa dari STI yang sekarang kita kenal dengan nama UII (Universitas Islam Indonesia) mewujudkan sebuah wadah bagi mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan diprakarsai oleh Lafran Pane dengan 14 orang temannya pada 5 Februari 1947 di Yogyakarta. 

Bagaimana kala itu keprihatinannya terhadap mahasiswa mengenai ajaran-ajaran islam dan keinginannya untuk mempertinggi derajat rakyat Indonesia, dengan kronologi-kronologi yang menyelimuti keresehan banyak umat, terpikir perlunya gebrakan-gebrakan baru yang sangat dibutuhkan untuk menyikapi dari situasi yang terjadi.

        Meruntut setelah lahirnya HMI, berbagai perubahan-perubahan terjadi seakan menerobos diruang pelarian waktu, karena pada dasarnya HMI ini terlahir untuk menumbuhkan semangat juang para mahasiswa dan mewadahi atas keresahan yang terbenak pada mahasiswa yang belum memiliki wadah untuk menyampaikan segala pemikiran dan aspirasi dari sengitnya perlawanan agresi militer Belanda satu sebelumnya, akan tetapi kondisi tersebut berbeda ketika pemahaman yang dibawa oleh presiden Soekarno (1959-1966) mulai dipublikasikan dan diterapkan di pemerintahan, mengapa? Karena kondisi pada masa itu mengalami berbagai fase memprihatinkan dan mencekam akibat pemikiran yang diimplementasikan Presiden Soekarno, yaitu Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom).

        Lontaran Bung Karno terhadap para pemuda bangsa pun menjadi boomerang kepada  dirinya sendiri "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri", pesan Bung Karno tersebut seraya ludahan yang ditelan kembali, bagaimana kekeliruan beliau mencampuradukan nilai-nilai Pancasila bisa selaras dengan konsep Nasakom milik dirinya, karena pada dasarnya beliau memaksakan kehendak untuk menyatukan air pada minyak, tak mungkin  bersinergi untuk menyatu dan menjadi satu kesatuan karena hal tersebut mustahil dan sia-sia.

         Kaum agamawan terlebih lagi umat muslim terkurung akibat ide-ide pemikiran tersebut, bahkan pemahaman idelogi tersebut "Nasakom" dipaksakan untuk diterima di semua lapisan kalangan masyarakat, apalagi komunis waktu itu sedang bangkit dari tidurnya setelah konfrontasi kala dipimpin Musso ditahun 48 yang melakukan pembelotan dan kontra dengan revolusioner Soekarno. 

Berakhirnya pemilihan umum yang memposisikan PKI masuk dalam 4 partai besar yang memenangkan pemilu tahun 1955 setelah PNI, Masyumi dan NU. Kapasitas PKI kemudian menjadi sebuah peringatan, ternyata ungkapan buah jatuh tak jauh dari pohonnya pun benar adanya, momok mengerikanpun akhirnya menampakkan wujudnya. 

Bagi orang-orang yang tak terafliasi ormas apapun, kejadian tersebut juga mengimbas bagi mereka, karena bagaimanapun isu-isu yang berlangsung kala itu, kalau orang hari ini menyebutnya informasi hoax, salah satu jalur yang mudah untuk disusupi doktrin-doktrin propaganda. Segala hal yang telah diprediksi sebelumnya akhirnya terjawab sudah, konflik antar ideologi menimbulkan permasalahan berkelanjutan hingga kontak fisik tak dapat terelakan, baik dalam ranah politik  sampai turun pada masyarakat.

        Legalisasi PKI di kalangan masyarakat menjadi prahara, munculnya PKI terkesan mengabaikan kesejahteraan masyarakat saat itu, bak hidup ataupun mati sama saja, sehingga menimbulkan kegaduhan dan menimbulkan kemarahan yang tidak beralasan. 

Lebih lanjut, rekam jejak PKI yang buruk menjadi salah satu alasan masyarakat selalu curiga terhadap tindakan partai sayap kiri tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa PKI, bersama CGMI, Lekra, Pemoeda Rakyat, dan pendukung PKI lainnya, menciptakan ketegangan dengan gerakan bawah tanahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun