Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Om Garong: Kependudukan antara RT, Juniarsih, dan Ayu

12 Oktober 2011   11:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:02 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Secangkir teh manis hangat menambah hangat pagi

Sudah tiga hari ini aku memulai kehidupan ditempat yang baru. Aku masih disibukkan dengan penataan tempat tinggalku yang baru. Capek rasanya jika mengingat masih ada tiga sound system dan dua gitar listrik yang belum dikeluarkan dari kardusnya. Itupun belum semua perlengkapan dipindahkan. Masih ada kendang dan keyboard yang tertinggal di kontrakan yang lama.

Selepas mandi, tiga buah pisang goreng, secangkir kopi hitam kapal api dan sebatang samsu mewarnai pagi. Berkaca sekali lagi, sembari merapihkan jeans kumal dan kaus "Dangdut Never Die"ku. Mumpung masih pagi, pas rasanya silaturahmi ke rumah Pak RT sembari mengurus kependudukan. Sejuk hangat pagi menemani langkahku sambil menginga-ngingat kalimat Thamrin Dahlan si super hansip kemarin sore di warung kopi Budi van Boil.

* * *

Nah! Ini dia pohon jengkol yang disebut Bang Thamrin kemarin sore di Warkop. Mungkin rumah putih itu rumah Pak RT

"Assalamualaikum.... Permisi..." Sambil mengetuk pintu rumah.

"Walaikum salam" Sosok gadis muda membukakan pintu.

"ee.... a.... I.. Ini rumah Pak RT?"

"Iya betul" Jawabnya ramah.

"S.. Saya warga baru di desa ini. Saya mau mengurus kependudukan. Pak RT ada?"

"Oh.. Bapak ada, masuk dulu mas. Duduk dulu, sebentar saya panggilkan." Berlalu masuk kedalam memanggil ayahnya.

Benar-benar pagi ini tambah hangat. Sapaan dan senyuman gadis tadi hangat sekali. Setidaknya sedikit menghilangkan dingin sikap ayah yang selalu menyambangi tiap kali ingat ayah. Bukan aku tidak menuruti permintaannya untuk kuliah di jurusan informatika. Tapi aku sudah sangat jatuh hati pada musik ini. IKJ dan dangdut adalah pilihanku. Dari kafe ke kafe manggung bersama teman-teman satu visi menghibur orang dengan musik yang katanya kampungan. Getir, perih dan pahit memang, tapi aku senang malkoninya. Setidaknya aku masih punya kebahagiaan dan ketenangan melakoninya. Tambah lagi kebahagiaanku ketika bertemu dengan Ayu waktu itu.

"Selamat pagi mas. Ada yang bisa saya bantu?" Sapaan tersebut membuyarkan lamunanku.

"S.. Saya Fahmi pak.. Warga sudah 3 hari ini pindah ke rumah biru yang diujung jalan. S.. Saya mau minta pengantar untuk membuat KTP sementara."

"Oh iya.. Nama saya Ibay. Maaf ya mas.. Sih... Juniarsih.. Bikinkan teh..! Sebentar ya mas, saya ambilkan dulu formulirnya" Bergerak menuju meja telepon di sebelahnya mengambil tumpukan kertas.

Oh.. Rupanya gadis manis tadi namanya Juniarsih

"I.. Iya pak."

"Ini mas formulirnya, kalau butuh pulpen ambil dibawah meja. Fotokopian surat pindah sama KK-nya dibawa"

"Bawa pak"

Juniarsih datang membawa 2 cangkir diatas nampan. "Ini minumannya.. Silahkan."

"M.. Makasih"

Sambil mengisi formulir yang diberikan, lamunanku kembali menerawang. Terkenang betapa Ayu mampu menghipnotis penonton untuk ikut berjoget tiap kali lagu 'Ya iya deh' dibawakan. Sosok cantik, hangat dan bersahabat yang mampu menoreh senyum jika dikenang. Kadang sedih jika ingat setahun lalu. Ketika Ayu pamit untuk meraih mimpinya bersama label rekaman. Grup kami tidak ikut serta bersama Ayu waktu itu. Label menganggap hanya Ayu yang pantas diboyong. Entahlah.. Mungkin karena saya gagap. Kamipun menyerah demi Ayu. Harapan dan doa terus kami panjatkan untuk karir Ayu. Setelah perpisahan dengan Ayu, sayapun mengganti nama grup ini menjadi OM GARONG (Orkes Melayu GerobAk doRONG). Selang enam bulan, tepatnya empat bulan kemarin kami mendengarkan lagu Ayu diputar di radio RDI. Kami kenal sekali cengkok khas Ayu. Lembab dinding kontrakan tak menghentikan joget kebahagiaan kami. Senang sekali rasanya mendengar 'Alamat Palsu' itu diputar di RDI.

"I.. Ini pak f.. formulirnya"

"Sini saya bubuhkan tanda tangan dan cap. Sambil nunggu, diminum dulu mas.. "

"T.. Trima K.. Kasih pak"

Ahhhhh.. Teh buatan Juniarsih ini hangat dan manis

"Nah.. Ini sudah selesai.. Selanjutnya kamu bawa surat ini ke Pak RW" sambil memberikan map biru berisi dokumen terkait.

"Rum.. m.. mah pak RW d.. dimana pak?"

"Kamu ikuti jalan ini.. Ambil ke arah kanan, ikuti saja jalan itu. Nanti ada pohon petai cina. Nah rumahnya disana, warna cat biru muda"

Kenapa rumah-rumah pejabat di desa rangkat ini ditandai dengan pohon ya?!?

"K... Kalau begitu, s.. ssaya pammit d.. dd.. dulu pak.. M... mm.. mungkin nanti s.. siang saya ke rumah Pak RW,, P.. Permisi pak.. Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Sekali lagi mataku mencari Juniarsih.. Tapi tak ketemu.. _________________________________________________________________ Selanjutnya: Om Garong: Batal ke Rumah RW demi Papap _________________________________________________________________

___________________________________________________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun