Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penggenggam Jasad : Hari Pertama

5 Januari 2012   13:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:17 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* * *

Diantara pepohonan yang angkuh berdiri, mereka berdelapan tampak jalan berbaris. Matahari belum bersinar. Hanya dengan bermodalkan cahaya dari lampu senter yang mereka bawa masing-masing yang membantu penerangan di pagi buta. Sani berjalan di depan, disusul Galuh, Kurnia, Brandon, Alya, Alan, Hidayat dan Coki. Semak belukar rimbun menyambut mereka. Pohon-pohon pinus seolah menjadi pagar besar yang memisahkan bukit dengan area villa dan perkampungan. Mereka masuk ke dalam hutan lebih dalam.

Aziknyaaa, macam Ninza Hatori aza kita ini.. mendaki nunung eh gunung lewati simbah eh lembah.... eh apa lagi lanzutannya lagu Hatori itu? Dulu aku kalo nonton tipi hari minggu pazti lah sama mamakku dimarahnya. Katanya, ngapain kau nonton kartun cok? kayak karton lama - lama muka kau nanti. Gila ya mamakku itu. Zadisnya dia macam Hittler. Kadang aku ini berfikir, mereka yang nyezel punya anak macam aku atau aku yang nyesel punya orangtua kayak mereka? Heh diam aza kelian smua? macam radio aza aku ngoceh zendirian. Sial!!”  Gerutu Coki.

Alan tampak asik mengepul-ngepulkan asap rokok dari mulutnya. Dia begitu tenang memperhatikan suasana hutan pada pagi buta itu dan mengacuhkan Coki. Berbeda dengan Alya yang mesti diapit Brandon dan Alan, dia tampak ketakutan. Mungkin karena efek pertemuannya dengan sosok menyeramkan semalam.

* * *

SREEEEEK...

Apa itu?!?”, Alya setengah berteriak.

Soni dan Brandon sontak mengarahkan pada sumber suara. Ada bayangan hitam serupa manusia di sana, di balik semak perdu. Terlihat sekilas ia berambut panjang sebahu.

Itu orang bukan sih?!?”, Kurnia bingung bertanya. Sosok tadi langsung berbalik arah dan berlari menjauh.

Kejar San..!!", Hidayat tampak emosi memerintahkan Sani.

Sani diikuti yang lainnya mengejar bayangan hitam tadi. Sani tidak menghiraukan tas ransel besar yang dia bawa. Galuh jelas kepayahan mengikuti dari belakang, wajahnya tampak tegang. Coki tampak paling terakhir, menggenggam tangan Alya berusaha mengikuti kecepatan Sani berlari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun