Kemarin saya mendapatkan informasi yang mengejutkan di sekolah anak saya di wilayah bekasi timur, anak siswa kelas 6 di keroyok oleh siswa - siswa yang lainnya di dalam kelas, dan di waktu kegiatan belajar - mengajar sedang berlangsung.
Informasi yang ditelusuri ternyata anak tersebut sudah mendapatkan bully dari teman - temannya sejak 4 bulan yang lalu, badannya penuh luka lebam, setiap hari sehabis pulang sekolah, selalu melaporkan kepada orang tuanya tetapi diacuhkan. Berdasarkan informasi dari korban ternyata tindakan - tindakan aniaya tersebut di biarkan oleh pihak pendidik, suatu waktu pencil korban di ambil oleh temannya si korban tidak ingin melakukan perlawanan tetapi meminta ijin untuk membeli pensil yang baru, pendidik bertanya kenapa pencilnya, korban memberikan informasi bahwa pencilnya di ambil temannya, tetapi pendidik membiarkan dan melarang korban untuk membeli pencil baru.
Sama seperti kasus pengeroyokan siswi di sumatera barat, kasus serupa terjadi di wilayah kita, dan bukan satu hal mustahil jika nanti anak - anak anda dan saya akan menjadi korban selanjutnya, dan juga bukan hal yang mustahil jika anak anda atau anak saya yang menjadi pelaku penganiayaan.
Untuk menghindari agar perilaku - perilaku tersebut tidak terulang maka kita mesti melakukan pengawasan yang intensif kepada anak - anak kita. agar mereka - mereka bisa menjadi penopang kehidupan kita dalam bermasyarakat dan bernegara.
Mestilah orang tua dapat menjadi sarana konseling anak - anaknya, harus dibuat cara agar anak menjadi terbuka dan tidak takut untuk mengatakan yang benar dan yang salah. Anda bisa bayangkan jika kondisi korban tersebut adalah anak - anak kita, atau justru sebaliknya anak - anak kita lah yang menjadi pelaku aniaya tersebut, maka bukan lah hal yang tidak mungkin jika suatu waktu kita lah orang tua nya yang akan menjadi korban selanjutnya.
Marilah kita peduli terhadap anak - anak lain yang bukan anak kita, karena jalan kehidupan itu tidak dapat di perkirakan atau di tetapkan, barangkali di suatu masa yang akan datang anak - anak yang kita berikan perhatian dan kasih sayang akan memikirkan tentang masa - masa tua kita.
Berdasarkan kasus tersebut, saya melakukan beberapa analisa :
1. Anak tersebut sombong (Korban) :
Maaf pak / bu, walau pun terhadap anak sombong tindakan aniaya tidak boleh dibenarkan, tindakan aniaya tidak dibenarkan dengan alasan apapun juga kecuali untuk membela diri, jika benar anak tersebut melakukan tindakan kesombongan di lingkungan sekolah, bukankah pendidik bisa memberikan pengajaran (atau memang sudah tidak perduli).
2. Anak tersebut (korban) terlalu penakut :
3. Anak - anak pelaku aniaya di suruh oleh pendidik untuk melakukan tindakan aniaya :
Ini suatu hal yang berbahaya untuk dunia pendidikan kita, jika pendidik melihat atau mengetahui ada penganiayaan dan dibiarkan maka, 100% saya berani jamin bahwa jika anak kita di didik oleh pendidik yang seperti ini anak - anak kita akan menjadi "BAJINGAN - BAJINGAN BARU" atau "MAFIA - MAFIA BARU".
4. Anak tersebut tidak memiliki teman :
Analisa yang tidak mungkin yang cuma ada di film dan dunia mimpi.
5. Orang tua korban memiliki masalah dengan pendidik :
Ini juga menjadi perhatian penting untuk orang tua / wali murid jika anda memiliki masalah dengan pendidik maka segera melakukan pengawasan intensif kepada anak anda. Karena pendidik adalah manusia dewasa yang di takuti oleh anak - anak kita di sekolah, dan mereka bisa melakukan tindakan semena - mena terhadap anak - anak kita.
Mari kita lebih peduli dengan hidup anak - anak kita, karena mereka lah sebenar - benarnya tabungan masa depan kita, "JANGAN PERNAH BERHARAP ORANG LAIN AKAN PERDULI DENGAN KONDISI ANDA, JIKA ANDA SAJA TIDAK PERDULI DENGAN KONDISI ORANG LAIN ", itu merupakan asas hidup yang paling sederhana yang memang wajib dijalankan dan di dengungkan.
Jika anda melihat ada luka lebam di tubuh anak anda maka segeralah telusuri jika hasilnya ternyata anak anda yang bermasalah maka lakukan tindakan sesegera mungkin agar anak anda tidak mengulangi prilakunya. MORAL merupakan PR kita bersama, jangan pernah bertumpu kepada pendidik di sekolah saja, tetapi kita sebagai orang tua mesti bisa menjadi pendidik yang baik di rumah.
Dan mungkin untuk para pendidik di sekolah, kami sebagai orang tua masih memiliki kepercayaan kepada anda sebagai pendidik, kami titipkan anak kami kepada anda, tolong jangan khianati kepercayaan kami.
Untuk para penyelenggara dunia pendidikan mohon untuk lebih mengasaskan karakter dan pembinaan untuk para pelaku dunia pendidikan, Uji kompetensi dan uji kondisi kejiwaan para pengajar sebelum mereka terjun dalam dunia pendidikan.
Satu hal yang ingin saya sampaikan "WAJIB BELAJAR 12 TAHUN TIDAK LAH GRATIS, SETIAP BULAN GAJI KAMI DI POTONG MELALUI PPH21(BELUM LAGI PAJAK-PAJAK LAINNYA), UNTUK MENJALANKAN RODA - RODA PENDIDIKAN", tidak ada dasar untuk para pendidik untuk menyepelekan kegiatan belajar mengajar di sekolah, apalagi sampai melakukan tindakan yang tidak sepatutnya.
Salam damai (untuk Indonesia yang lebih baik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H