Padahal, buruh harusnya mendapat upah jauh lebih banyak kalo yang dihitung itu adalah jumlah komoditas yang diproduksinya. Misalnya. seorang buruh bekerja 10 jam. setiap satu jam upah buruh adalah 500.000, dalam satu jam buruh dapat menghasilkan komoditas sebanyak 800 jumlahnya. 500.000x 8= 5.000.000. buruh hanya dapat 5 juta dari 10 jam, tapi keutungan yang lari ke kantong para kapitalis jauh lebih besar. Bayangkan, kalo yang dihitung adalah jumlah produksi per komoditas, buruh harusnya bisa mendapat upah jauh lebih besar dari itu.
Marx juga dikenal dengan gagasan komunisme nya. Dalam Manifesto Partai Komunis Marx menegaskan bahwa komunsime adalah tahapan masyarakat dimana rantai penindasan dan kelas2 sepenuhnya hilang. Dalam fase menuju komunisme, Marx menempatkan sosialisme sebagai fase transisi.Â
Sosialisme adalah fase dimana klik2 kapitalisme dilemahkan melalui kontrol negara dan rakyat. Otoritas negara harus berjalan sesuai kehendak rakyat. Di fase ini pembangunan tenaga produktif,, fase pembangunan hubungan produksi yang kolektif, dan menjaga alur revolusi tetap dijalurnya dari ronrongan para kalangan kotrarevolusioner.Â
Tapi negara ini juga akan dilemahkan, karena Marx, dalam esainya, The Critique Of Gotha Programme dan Paris Manuscript,, menjelaskan negara itu pada dasarnya adalah institusi represif yang menjadi tempat bersarang para kapitalis dan menjaga hubungna produksi yang timpang. Bagi Marx, mengawtkan negara adalah kesalahan dan tidak boleh. Inilah kesalahan Soviet, yang justru memperkuat kontrol negara, meskipun alasan Soviet bukan tanpa pertimbangan, mengingat kondisi perang yang mengharuskan mereka melakukan itu. Tapi melihat sosialisme=Suni Soviet adalah keliru, eksperimentasi sosialisme itu masih berlangsung, bahkan sampai hari ini.
Bagi Marx komunisme itu bukan sebatas ideologi yang sangat mengawang. Sebaliknya, komunisme adalah ideologi yang berdasarkan pada hitung2an ilmiah dan terperinci. Kenapa setelah kapitalisme harus sosialisme? Karena kapitalisme sudah menyiapkan beragam prasyarat, seperti alat produksi, teknologi, alat tukar dll, tapi masih dalam kepemilikan pribadi. Dalam sosialisme semua itu dikolektiviasi. Kolektivisasi ini tujuannya mehilangkan kerja upahan, karena alat produksi langsung dikontrol oleh rakyat, termasuk buruh. Kerja upahan dihilangkan karena jenis kerja inilah yang mengalienasi manusia, menjadikan manusia sebagai buruh, karena terbangun atas hierarki pengupah dan yang diupah.Â
Dengan menghilangkan kerja upahan, Marx mengatakan bahwa penghitungan hasil kerja harus dilakukan secara kolektif dan transparan, semua orang yang bekerja harus tau hasil kerjanya, dan berapa yang ia dapat secara bersama dsn harus disepakati. Jadi "each according to his ability to each according to his need" berarti bahwa semua orang harus dapat hasil yang sesuai dengan kerja mereka, dan sesuai kebutuhan mereka, dan ini harus disepakat secara demokratis. Bukan ditentukan negara, tapi harus ditentukan oleh para pihak yang bekerjanya itu sendiri. Tugas negara hanya menjamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H