Mohon tunggu...
Gembel Bersuara
Gembel Bersuara Mohon Tunggu... Seniman - Penyair Pejalan

Pemikiran Ugal-Ugalan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Dasar Marxisme

14 Januari 2021   22:14 Diperbarui: 14 Januari 2021   22:15 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh:Gembel Bersuara

Filsafat:

Selain seorang ahli sejarah, ekonom dan kritikus sastra, Marx adalah seorang filosof. Filsafat Marx terpengaruh dari beberapa pemikir, seperti Hegel, Aristoteles, Spinoza, Feuerbach, dan Hegel. Salah satu ertanyaan paling mendasar dari Marx adalah "siapa itu manusia? bagaimana manusia mengaktualisasikan diri? Pertanyaan ini dijawab oleh Marx pasca ia bersentuhan dengan Ludwig von Feurebach. Marx mengkritik materialisme mekanis Feuerbach yang mengatakan bahwa manusia tidak bisa mengubah alam dan masyarakat, karena materi itu digerakan oleh hukum alam. 

Melawan hukum alam adalah kesia2an. Bagi Marx, ini keliru, nyatanya manusia memiliki kualitas untuk mengubah masyarakat, yakni dengan "kerja". Kerja bagi Marx tidak sesempit kerja di perusahaan. Lebih mendasar dari itu, kerja adalah segala bentuk aktivitas manusia sehari2, membuat makanan, menanam, meramu, dll adalah kerja. 

Potensi inilah yang dilihat oleh Marx sebagai motor penggerak sejarah dan masyarakat. Kerja membentuk peradaban, mengubah alam menjadi makanan, teknologi dan bangunan. Perkembangan ini akan memicu perubahan masyarakat, baik secara sosial, politik, maupun ekonomi. Jadi poinnya di sini adalah, manusia menggerakan gerak sejarah, dan segala konsekuensinya.

Konsep manusia Marx juga mengkritik paradigma liberal yang bilang kalo manusia itu pada dasarnya egois secara alamiah, dan selalu mengaminkan kompetisi. Padahal, bagi Marx manusia itu juga makhluk sosial, dan selalu berkooperasi. Manusia tidak dari sananya suka berkompetisi, melainkan dikondisikan oleh struktur sosial dan hubungan produksinya.

Dalam masyarakat terbangunlah kontradiksi kelas sebagai konsekuensi dari jalan sejarah yang sejauh ini didorong oleh manusia. Akibat dari tindakan akumulasi sumber pangan di masa komunse primitif, manusia mulai mengumpulkan kepemilikan pribadi. Terus berlanjut ke masa perbudakan dengan relasi kuasa yang berubah (tuan-budak), feodal (raja-rakyat), kapitalis (borjuasi-proletar)

Kontradiksi sangat sentral dalam sistem pemikiran Marx. Kontradiksi sejarah ia ambil dari pemikiran Hegel tentang dialektika sejarah, yang oleh Marx, dinetralisir dari anasir idealismenya. Materialisme Dialektika Historis, itulah namnya. Materialisme dialektika menjelaskan bagaimana antar materia itu selalu berkontradiksi dan saling melengkapi, sementara materialisme historis adalah matwrialisme dialektika dalam konteks sejarah pekembangan masyarakat. Sejarah pemberontakan budak melawan para tuan budak adalah benturan dua materi kelas, yang akhirnya membentuk tatanan feodal

Ekonomi-Politik

Marx klasik sangat kental dengan nuasan sekularisme. Ini berangkat dari kritik Marx terhadap agama yang seringkali diperlat kaum berkuasa untuk menindas rakyatnya. Marx memang seorang ateis, tapi ia tidak menganjurkan ateisme. Ia hanya menganjurkan bahwa agama harus hanya jadi urusan pribadi, bukan publik (On Jewish Question)

Kenapa Marx sangat kencang mengkritik kapitalisme? Karena Marx hidup di zaman kapitalisme, dan kapitalisme juga lah yang melancarkan penghisapan paling masif dibanding seluruh fase sejarah sebelumnya. Dalam menbongkar selubung penindasan kapitalisme, Marx mencetuskan teori nilai lebih. Marx melihat cara kapitalisme menghisap buruh adalah dengan melakukan perhitungan upah buruh berdasarkan jam kerjanya. 

Padahal, buruh harusnya mendapat upah jauh lebih banyak kalo yang dihitung itu adalah jumlah komoditas yang diproduksinya. Misalnya. seorang buruh bekerja 10 jam. setiap satu jam upah buruh adalah 500.000, dalam satu jam buruh dapat menghasilkan komoditas sebanyak 800 jumlahnya. 500.000x 8= 5.000.000. buruh hanya dapat 5 juta dari 10 jam, tapi keutungan yang lari ke kantong para kapitalis jauh lebih besar. Bayangkan, kalo yang dihitung adalah jumlah produksi per komoditas, buruh harusnya bisa mendapat upah jauh lebih besar dari itu.

Marx juga dikenal dengan gagasan komunisme nya. Dalam Manifesto Partai Komunis Marx menegaskan bahwa komunsime adalah tahapan masyarakat dimana rantai penindasan dan kelas2 sepenuhnya hilang. Dalam fase menuju komunisme, Marx menempatkan sosialisme sebagai fase transisi. 

Sosialisme adalah fase dimana klik2 kapitalisme dilemahkan melalui kontrol negara dan rakyat. Otoritas negara harus berjalan sesuai kehendak rakyat. Di fase ini pembangunan tenaga produktif,, fase pembangunan hubungan produksi yang kolektif, dan menjaga alur revolusi tetap dijalurnya dari ronrongan para kalangan kotrarevolusioner. 

Tapi negara ini juga akan dilemahkan, karena Marx, dalam esainya, The Critique Of Gotha Programme dan Paris Manuscript,, menjelaskan negara itu pada dasarnya adalah institusi represif yang menjadi tempat bersarang para kapitalis dan menjaga hubungna produksi yang timpang. Bagi Marx, mengawtkan negara adalah kesalahan dan tidak boleh. Inilah kesalahan Soviet, yang justru memperkuat kontrol negara, meskipun alasan Soviet bukan tanpa pertimbangan, mengingat kondisi perang yang mengharuskan mereka melakukan itu. Tapi melihat sosialisme=Suni Soviet adalah keliru, eksperimentasi sosialisme itu masih berlangsung, bahkan sampai hari ini.

Bagi Marx komunisme itu bukan sebatas ideologi yang sangat mengawang. Sebaliknya, komunisme adalah ideologi yang berdasarkan pada hitung2an ilmiah dan terperinci. Kenapa setelah kapitalisme harus sosialisme? Karena kapitalisme sudah menyiapkan beragam prasyarat, seperti alat produksi, teknologi, alat tukar dll, tapi masih dalam kepemilikan pribadi. Dalam sosialisme semua itu dikolektiviasi. Kolektivisasi ini tujuannya mehilangkan kerja upahan, karena alat produksi langsung dikontrol oleh rakyat, termasuk buruh. Kerja upahan dihilangkan karena jenis kerja inilah yang mengalienasi manusia, menjadikan manusia sebagai buruh, karena terbangun atas hierarki pengupah dan yang diupah. 

Dengan menghilangkan kerja upahan, Marx mengatakan bahwa penghitungan hasil kerja harus dilakukan secara kolektif dan transparan, semua orang yang bekerja harus tau hasil kerjanya, dan berapa yang ia dapat secara bersama dsn harus disepakati. Jadi "each according to his ability to each according to his need" berarti bahwa semua orang harus dapat hasil yang sesuai dengan kerja mereka, dan sesuai kebutuhan mereka, dan ini harus disepakat secara demokratis. Bukan ditentukan negara, tapi harus ditentukan oleh para pihak yang bekerjanya itu sendiri. Tugas negara hanya menjamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun