/1/
"teman-temanku sudah hilang, bu"
begitu kataku polos pada ibu saat tiba dirumah
dari permainan yang baru saja aku kenal
"hilang kemana, nak?"
tanya ibu pandai
sembari menggempalkan kedua tangannya
erat di masing-masing bahuku
"aku tidak tau, bu, yang aku ingat
mereka memintaku untuk menyilangkan tangan
kemudian menutup mata di hadapan dinding
lalu menghitung perlahan
dari satu hingga sepuluh
dan dipersilahkan membuka mata"
ceritaku haru masih ingin meyakini
teman-temanku hilang
"lalu apa yang terjadi, nak?"
tanya ibu penasaran
"mereka sudah tidak ada lagi
tetapi aku seperti mendengar
kasak-kusuk disekitarku
tawa-tiwi dari kejauhan
jejak kaki membekas di pasir
dan bayangan di balik semak"
lanjutku berkisah
"menurutmu dari mana bunyi cekakak-cekikik
gemerisik daun-daun
lubang yang tercetak kaki-kaki mungil
bayang-bayang bergerak
itu berasal?" ibu bertanya
seperti memberikanku
sebuah ujian
untuk naik kelas saja
"sepertinya seseorang
telah mengambil teman-temanku
dan tidak menyukai permainan kami
sekaligus mengganggu kesenangan kami"
jawabku tegas
"menurutmu, dimana mereka sekarang?"
lagi-lagi ibu menantang
"semua sebelum hilang
harus binasa terlebih dahulu, bukan, bu?
sebagaimana orang-orang telah hilang
karena sakit yang membinasakannya"
ungkapku bimbang
"sekarang, nak, datangi
tempatmu bermain tadi, dan saksikan
baik-baik bahwa siapa sebenarnya
yang hilang" bujuk ibu
dan benar saja
ketika aku kembali
semua orang tertawa
/2/
semua orang
boleh merasa sembunyi
dari sekat-sekat sangkanya
dari petak-petak lukanya
meratapi kemungkinan-kemungkinan
melampaui waktu-waktu
mendengar kutukan hidup
menakar rencana
untuk kembali muncul di permukaan
sebagai dirinya yang sama
atau bayi anteng yang baru lahir
semua orang
boleh merasa pergi
dari tanda-tanda matinya
dari peluang-peluang selamatnya
dari patah-tumbuh sayapnya
untuk kembali percaya
sebagai dirinya yang lama
atau siapa saja---sengaja
/3/
apabila menghilang adalah lenyapnya tubuh sesuatu dari pemandangan, maka apakah mata berhak mengetahui lebih banyak dibanding rasa?
*Gema Mahardhika
22 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H