Menurut hemat saya itulah yang menjadi etiologi mengapa tukang gigi semakin ramai. Untuk penatalaksanaan permasalahan ini alangkah baiknya dokter gigi secara pribadi atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) secara institusi profesi, melalukan tindakan yang lebih elegan layaknya kaum terdidik, jadi ketika ada indikasi oknum tukang gigi yang menjelek-jelekan atau mengambil alih kompetensi dokter gigi tidak sepatutnya dokter gigi yang sekali lagi sebagai kaum profesional membalas dengan hal yang tidak elegan.
Rezeki seseorang sudah ada yang mengatur, tidak sepatutnya kebakaran jenggot ketika lahan pekerjaan diambil alih orang lain, apalagi pekerjaan yang lebih kepada hal-hal kemanusiaan. Solusi kongkrit dari saya untuk memecahkan permalsahan ini adalah, PDGI sebagai organisasi profesi harus menjadi promotor dalam menekan etiologi  yang tadi saya jelaskan, saya mempunyai keyakinan besar jika pelayanan kedokteran gigi dan mulut sudah prima (humanis) untuk semua lapisan masyarakat, sudah terjangkau, apalagi anggaran subsidi pemerintah semakin besar untuk kesehatan gigi dan mulut. Maka sekali lagi saya sangat yakin masyarakat secara tidak langsung akan lebih memilih dokter gigi sebagai kaum yang profesional dan lebih dipercaya masyarakat dari pada tukang gigi, dan akhirnya tukang gigi akan berkurang dengan sendirinya.
Kemudian saya sepakat dengan yang ditulis oleh Bung Armand bahwa tukang gigi juga adalah warga negara yang memiliki hak yang sama, jadi sangat tidak manusiawi jika tukang gigi diberantas apalagi atasnama egoisme profesi. Lebih baik dirangkul dijadikan mitra secara legal, tentunya dengan kapasitas-kapasitas yang ditentukan.
-------------------------------------------
Apabila anda ingin bersilaturahmi dengan penulis, silahkan bisa melalui:
- Facebook:http://www.facebook.com/gelarsramdhani
- Twitter:http://www.twitter.com/gelarsramdhani
- Instagram:http://www.instagram.com/gelarsramdhani
- Klik disiniapabila anda ingin menyimak tulisan-tulisan Gelar S. Ramdhani di Kompasiana
-------------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H