"Alhamdulilah" kata teman-temanku bahwa diriku tidak jadi MATI. "Dia sudah sadar." Kami akhirnya kembali ke tempat acara Bina Siswa. Ketika diriku lewat dan berjalan di lobby tempat acara yang sedang berlangsung, semua orang terdiam terpaku membisu.
Ada "Seseorang" yang lagi lewat, hening, senyap, sebagian wajah teman-temanku berkaca-kaca. Tidak terasa malam ini adalah malam Jumat, sudah jam 20:30 WIB.
Dan yang terpenting hari Kamis, 12 Juli 1990 adalah tepat 44 hari wafat/meninggalnya kakekku Teungku H.Muhammad Abu Juned.
Malam itu diriku tidur di kamar ketua panitia tidak dikasih naik ke lantai tiga. "Kamu sakit apa," tanya ketua panitia. "Saya tidak sakit apa-apa, Saya lupa bahwa hari ini tepat 44 hari kakekku meninggal dunia," ujar diriku. Hari itu langsung diriku berdoa untuk arwah kakekku.
Besok harinya Jumat, 13 Juni 1990, diriku sudah bangun pagi-pagi jam 04:00 WIB. "Tolong banguni teman-teman kamu dan katakan senam pagi hari ini dibatalkan," ujar ketua panitia. Senam pagi adalah hal yang biasa kami lakukan sejak hari Senin hingga hari kamis.
Siangnya diriku Shalat Jumat bersama teman-teman se-Aceh di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Setelah Shalat Jumat teman-teman yang lain bertanya "SAKIT" apa, mengapa seperti orang "MATI".
Diriku berkata bahwa kemarin tepat 44 hari wafat/meninggalnya kakekku. "Mungkin kakek kamu rindu dirimu, makanya datang arwah kakekmu. Atau jangan-jangan kamu adalah cucu kesayangan kakekmu" kata salah seorang temanku.
Rupanya ada juga salah seorang temanku yang seperti itu didatangi arwah kakeknya setelah 44 hari kakeknya meninggal dunia. Alfatihah...7X untuk kakekku...Amin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H