Peserta ini terdaptar dengan nomor penjara angka 186.
Nomer cantik yang ndak pake mistik, berbonus bistik dan dimakan menggunakan chopstick, oleh cowok antik berbaju batik.
---------------------------------------------------
Ini tjeritera lain tentang sang setap pentri bernama Soekaspo. Kalaulah nanti tjeritera ini tiada mengocok perut pembaca ya haraplah dipermaklum, namanya saja tjeritera ndak niat.
=====
Di suatu pagi nan cerah, Soekaspo sedang bersantai - santai di bawah pu'un rindang sambil mencabuti bulu hidung yang tumbuh liar mengintip dunia luar. Tak lama kemudian Mas Enha, sang setap ruang rapat, mendatangi Soekaspo.
Mas Enha : Mas, anuw, disuruh mbah Jenggot nimba aer dulu, air di bak mandi hampir habis.
Soekaspo : Heh? Ngisi bak mandi? Emange aku PDAM? *sambil asyik mencabuti bulu hidung*
Mas Enha : Lhaaaa...... kalo ndak mau ya sudah *yang waras memang lebih baek ngalah*
=====
Siang hari, selesai menikmati menu nasi pendem (1) di warung tega (2) sebelah Kafe Kancing Lepis, Soekaspo bertemu dengan mbak Uni yang sedang sibuk melayani pengunjung kafenya.
Mbak Uni : Mas Kaspo, aku nitip bawain semur jengki buat mbah Jenggot ya. Aku lagi repot banget nih.
Soekaspo : Lha? Nitip bungkusan? Emange aku titipan kilat?
Mbak Uni : Ndak mau? Ya udah hush hush hussshhh ! *pasang wajah sengit*
=====
Mbesoknya, Soekaspo sedang asyik bengong mengisi TTS sambil garuk - garuk ketiak. Bu Dinces, artis iklan kagetan, yang hendak berangkat syuting mencari asisten yang bisa disuruh - suruh untuk menggotong koper berisi perabotan syutingnya.
Bu Dinces : Su eh Po, kamu lagi ndak ngapa-ngapain tho? Anterin aku syuting ya, sekalian nggotong koper, berat banget ini kopernya.
Soekaspo : Nganter syuting? Emange aku travel cipagantung? *sambil garuk - garuk ketiak*
Bu Dinces : Ndak usah sengit kalo ndak mau nganter ! *bonus mata mendelik*
=====
Di lain hari, Soekaspo pun berjumpa dengan Bu Djadoel yang sedang puyeng tujuh keliling menghitung keuangan Kafe Kancing Lepis punya mbak Uni.
Bu Djadoel : Mas, bantuin duoonggg, ngitung bon belanjaan nih. Haduuuhhhh..... ini bon kok banyak banget, pussiiiingggg.
Soekaspo : Ngitung bon? Emange aku sempoa?
Bu Djadoel : *bengong dengan sukses*
=====
Confuse Us berkata, "barang siapa menabur angin, pasti akan menuai badai". Demikian juga dengan Soekaspo yang telah berbuat tega terhadap para kambratnya, para kambrat pun bersepakat untuk melakukan pembalasan. Kesempatan membalas terjadi saat Soekaspo kehabisan uang di very old date alias tanggal akhir bulan. Seperti yang telah terjadi sejak jaman dahulu kala, Soekaspo selalu mendatangi satu persatu temannya untuk sekedar ngutang atau numpang makan gratisan. Soekaspo yang sedang kelimpungan akibat belum sarapan mendatangi Kafe Kancing Lepis, tempat para kambrat biasa berkumpul. Pucuk dicinta ulam pun tiba, dilihatnya para kambrat sedang berkumpul
Soekaspo : Anuw......mas e, mbak e, pinjem duid lagi ya. mBesok tak balikin deh kalo udah gajian *pasang wajah semelas mungkin*
Mas Enha + Mbak Uni + Bu Dinces + Bu Djadoel : Apa? Pinjem duid? Enaknye ! Emangnya gue tukang kredit !
Soekaspo : #glodagh........ *pingsan tujuh hari tujuh malem sampe gajian*
Ceritera ini bohonglah adanya. Jika ditemukan fakta yang serupa ataupun kemiripan, tiadalah maksud untuk sengaja menyindir. Fakta sebenarnya adalah Soekaspo termasuk dalam golongan mereka yang punya gaji lima koma, alias baru tanggal lima sudah "koma".
=====
Catatan :
1) Nasi pendem adalah nasi yang menyembunyikan lauk di bawahnya. Termasuk salah satu jurus makan murah di warung prasmanan.
2)Â Disebut warung tega karena ndak boleh ngutang
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Jakarta 2012-07-18
Tulisan ini dikreditkan oleh @koplakYoBand
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H